Anda di halaman 1dari 54

MENJADI AUDIT PROFESIONAL

IAIN PALANGKA RAYA


AUDIT PERBANKAN SYARIAH
DWI HARYANTO, ME
PERTEMUAN KE 6
DAFTAR ISI
I. LATAR BELAKANG

II. TUJUAN

III. PROSES AUDIT

IV. KESIMPULAN
LATAR BELAKANG & TUJUAN
B  PEMAHAMAN TERHADAP KETENTUAN, BISNIS, TEKNIK AUDIT DAN
E KOMUNIKASI YANG MASIH KURANG.
L
L  TATA CARA AUDIT DAN PEMBUATAN TEMUAN SERTA KKA YANG MASIH
A BELUM OPTIMAL.
A
T  MEMPERSIAPKAN AUDITOR YANG MAMPU BEKERJA SAMA DAN
K
A MENGELOLATIM.
A
R  AUDITOR DAPAT MEMBERIKAN NILAI TAMBAH MELALUI REKOMENDASI
N
YANG STRATEGIS DAN KONSTRUKTIF.
G

T  PENINGKATAN KOMPETENSI AUDITOR DARI SISI


U KETENTUAN, BISNIS, TEKNIK AUDIT DAN
J KOMUNIKASI.
U  PENINGKATAN KEMAMPUAN AUDITOR DALAM
A MENGGALI ROOT CAUSE, MENYUSUN TEMUAN DAN
N REKOMENDASI YANG STRATEGIS.
 REGENERASI ATAU KADERISASI UNTUK MENJADI
AUDITOR PROFESIONAL.
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

Tujuan dari kompetensi (ideal: auditor > auditee)


a. Audit lebih fokus dan efisien.
b. Mudah identifikasi permasalahan/root cause.
c. Memberikan rekomendasi strategis/solusi.
d. Mitra bisnis dari auditee.
e. Temuan tidak mudah dibantah/auditee mencari alasan pembenar.
III. PROSES AUDIT
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

1. Pemahaman ketentuan internal dan


eksternal.
2. Pemahaman bisnis nasabah (key
success dan key risk factor) dan mitigasi
risiko.
3. Teknik dalam melakukan audit.
4. Komunikasi yang efektif.
5. Perilaku/kode etik auditor.
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

1. Pemahaman ketentuan
 Internal: BPP, Juklak/Juknis, Kebijakan, dll.
 Eksternal: BI/OJK, UU, Keppres, Kepmen dll.
2. Pemahaman bisnis: kondisi makro, siklus bisnis debitur, key
success dan key risk serta mitigasinya.
3. Teknik audit
 Pengujian kontrol melalui pengamatan, wawancara, screening
dokumen (Control environment, Risk assessment, Control
activities, Informasi & komunikasi, Monitoring).
 Pengujian ketaatan (Audit Program).
 Pengujian substansi/uji benar materi (analytical test & test of
detail).
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

Substantive Test
Pengujian kebenaran/kewajaran data/informasi yang di analisis
meliputi kelengkapan, akurat, up to date dan relevan. Apabila data
tidak benar >>> hasil analisis tidak benar.
 Lengkap >>> mewakili seluruh data yang dibutuhkan.
 Akurat/Valid >>> sesuai kondisi sebenarnya.
 Up to date >>> kondisi terkini, sehingga analisis tepat.
 Relevan >>> sesuai dengan tujuan pengumpulan data.
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

SubtantiveTest
1) Analytical Test
Mendeteksi data/dokumen yang tidak wajar/diragukan dengan
mengevaluasi kelayakan informasi dalam dokumen melalui : analisis
kronologis terbit dok, informasi penting, keabsahan, konsistensi data,
informasi pembanding, kewajaran data.
Misal: bandingkan informasi dari beberapa dokumen
yang memuat informasi/ data yang berkaitan atau
membandingkan dengan dokumen sejenis lainnya.
2) Test of detail (pengujian rinci) transaksi, dokumen dan saldo melalui.
 Konfirmasi dokumen, transaksi dan saldo.
 Observasi/Inspeksi.
 Penghitungan Ulang.
 Vouching (meneliti dokumen atau bukti pendukung).
 Rekonsiliasi.
 Account Analysis (menguji kewajaran transaksi).
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

4. Komunikasi yang efektif


Komunikasi yang berhasil mencapai sasaran dengan feedback yang sesuai dengan
tujuan individu berkomunikasi.
Implementasi komunikasi yang efektif (5W + 1H)
 Persiapan
 Who: memahami/mengenal pihak yang akan dikonfirmasi (karakter, back round/track
record, gaya kepemimpinan dan kebiasaan, dll).
 What : apa permasalahan yang akan digali/harus dikuasai/penting.
- Perencanaan dan penyusunan pesan yang dapat menarik perhatian lawan bicara dan
sesuai dengan tujuan/sasaran yang ingin dicapai
- Menggunakan bahasa dan alat komunikasi yang mudah dipahami kedua pihak.
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

 Why : Arti penting permasalahan/dampaknya.


 When : Pilihan waktu yang tepat dalam komunikasi.
 Where : Pilihan tempat atau suasana yang tepat.
 Pelaksanaan
 How : Teknik komunikasi yang efektif
- Keterampilan verbal.
- Keterampilan non verbal.
- Sikap tubuh.
- Memulai pembicaraan.
- Mendengar aktif.
- Mengakhiri pembicaraan.
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

a. Ketrampilan verbal
 Keterbukaan
 Saling mendukung
 Bersikap positif
 Memahami perasaan orang lain
 Kesetaraan
 Jelas dan ringkas
 Intonasi (kecepatan, volume dan kata-kata)
 Pujian, mengakui kesalahan dan humor
b. Ketrampilan non verbal
 Penampilan fisik (rapi, nyaman, serasi, tidak mencolok/aneh)
 Sikap tubuh & cara berjalan
 Ekspresi wajah & kontak mata
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

c. Sikap tubuh
Perlakukan diri kita sebagai cermin dari postur tubuh teman bicara kita. Apabila ybs kaki
bersilang, anda juga menyilangkan kaki, badan bersandar ke kursi anda melakukan hal yang
sama dan seterusnya. Namun harus diingat bahwa teknik mirroring ini harus dilakukan dengan
halus.
d. Memulai pembicaraan
 Dalam menggali informasi, jangan terkesan mencari2 kesalahan, biarkan teman bicara
sampai selesai/jangan memotong pembicaraan.
 Dalam menyampaikan permasalahan gunakan bahasa positif.
 Hal-hal yang harus dihindari dalam pembicaraan:
 Mengevaluasi/menilai
 Mencecar/interogasi
 Memberi label
 Menyuruh
 Intimidasi/mengancam
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

e. Mendengar aktif
 Melibatkan fisik, mental & intelektual (konsentrasi).
 Memahami pesan dengan ditunjukkan secara verbal atau non verbal, misal
mengangguk2, senyum, kontak mata, jarak.
 Empati: mampu merasakan & memahami keadaan emosi orang lain
f. Mengakhiri pembicaraan
 Klarifikasi hal2 penting dengan bahasa sendiri
 Meringkas/menyimpulkan hasil pembicaraan
 Ucapan terima kasih

Menurut penelitian, pada saat terjadinya komunikasi >>>


 Kata-kata 7%
 Intonasi suara 38%
 Postur tubuh 55%
KOMPETENSI AUDITOR ANALISA PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

5. Menjaga kode etik.


 Profesional dan menjaga attitude.
 Objektif/Integritas.
 Menjaga kerahasiaan data/hasil pemeriksaan.
PERSIAPAN AUDIT PERSETUJUAN PEMANTAUAN PENYELAMATAN

PEMBIAYAAN

 Data dan penetapan fokus audit sudah harus selesai sebelum on


site audit.
 Kelengkapan sarana/prasarana audit.
 Pembagian tugas anggota tim sesuai kompetensi dan berimbang
(time schedule).
 Memahami ketentuan, siklus bisnis dan risiko utama dari bisnis
debitur yang akan diperiksa.
 Menyiapkan audit program dan audit procedure.
PELAKSANAAN AUDIT PEMANTAUAN PENYELAMATAN

a. Pembuatan KKA (Kertas Kerja Audit)


 Lengkap dan teliti >>> mendukung temuan.
 Jelas dan ringkas >>> informasi penting.
 Mudah dipahami dan rapi (incl. indexing) >>> memudahkan
penyusunan laporan.
 Ketepatan informasi >>> sesuai tujuan audit.
 Hindari menyalin yang tidak perlu/menyalin ulang >>>
efisien waktu.
 Bukti keterangan lisan disertai dokumen pendukung.
 Jangan meninggalkan pertanyaan atau masalah yang belum
terjawab.
PELAKSANAAN AUDIT PEMANTAUAN PENYELAMATAN

b. Penentuan besarnya sampling disesuaikan dengan


kebutuhan pemeriksaan, dan sampling ditambah apabila
dijumpai kondisi sbb.
 Sistem internal control lemah dan transaksi berjumlah besar.
 Tingkat kerawanan tinggi, misal bisnis makro menurun,
masalah hukum.
 Terdapat kemungkinan kesalahan/kecurangan yang material.
 Integritas manajemen diragukan.
PELAKSANAAN AUDIT PEMANTAUAN PENYELAMATAN

c. Proses pemeriksaan pembiayaan


 Pengujian ketaatan dan subtantif (analytical test & test of detail).
 Analisis kewajaran data/dokumen >>> bentuk/format, konsistensi data, kronologis
transaksi/ penerbitan dokumen, membandingkan dengan data/ dokumen lainnya atau
internet sebagai referensi.
 Apabila ada kejanggalan >>> verifikasi/site visit ke lokasi usaha, instansi penerbit
dokumen atau pihak III lainnya untuk bukti pendukung temuan.
 Pengujian hasil analisis yang dibuat RM/CA (FPN, FAK, MAK, MPK dll) >>> telah
sesuai dengan ketentuan/BPP.
 Menggali informasi melalui wawancara ke RM/CA/ Pimpinan >>> mengidentifikasi
informasi/permasalahan penting yang tidak ada di advis pembiayaan, identifikasi
penyebab, penyamaan persepsi.
PELAKSANAAN AUDIT PEMANTAUAN PENYELAMATAN

 Jangan terlalu cepat percaya penjelasan auditee (setiap penjelasan


dimintakan bukti pendukung).
 Mengidentifikasi root cause (bukan penyebab antara):
- Klasifikasi masalah >>> skala prioritas sesuai
materialitas dan frekuensi terjadinya.
- Data pendukung dokumen, hasil wawancara, OTS
dan kebijakan/prosedur internal/eksternal.
- Rekonstruksikan permasalahan dengan data.
- Analisis faktor yang paling berperan sebagai root
cause-nya.
- Susun rekomendasi.
 Setiap permasalahan/temuan harus dilengkapi dengan
bukti pendukung dan disertai dengan ketentuan
yang dilanggar.
PELAKSANAAN AUDIT PEMANTAUAN PENYELAMATAN

Alur proses pembiayaan vs Audit:


Screening Pengumpulan Data Verifikasi data Analisa
LK & aspek lainnya Analisa risiko Analisis proyeksi
keuangan Evaluasi kebutuhan keuangan Struktur
fasilitas (MPK-MRK) Uji kepatuhan Komite NK3
SKK/PK

Alur pemeriksaan/Audit:
Berbanding terbalik dengan proses pembiayaan atau dimulai dari akhir
proses.
PELAKSANAAN AUDIT PEMANTAUAN PENYELAMATAN

d. Penyusunan temuan.
 Setiap permasalahan/penyimpangan ketentuan  harus dicantumkan
dalam KKA, dan dikonfirmasikan dengan auditee (penjelasan dan
penyelesaian).
 Diskusikan setiap temuan dengan Ketua Tim/ anggota tim lainnya untuk
mendapat masukan.
 Objektif disertai dengan bukti yang cukup.
 Menggunakan bahasa sederhana/ringkas/mudah dipahami, hindari
istilah teknis atau bahasa teknis dibuatkan bahasa umumnya, serta hindari
pengulangan kata-kata.
 Mengandung 5 unsur  Kondisi, Kriteria, Sebab, Akibat, Rekomendasi.
 Formulasikan & identifikasikan kembali
temuan sampai menemukan root cause.
PELAKSANAAN AUDIT PEMANTAUAN PENYELAMATAN

Misal informasi yang diperoleh saat pemeriksaan:


- Kredit telah diberikan 10 bulan yang lalu.
- Lemahnya pemantauan usaha debitur, karena aktivitas usaha
debitur belum pernah dilakukan.
- RM tidak melakukan pemantauan secara konsisten secara
triwulanan.
Temuan:
Pemantauan aktivitas usaha debitur belum dilakukan sesuai
intensitasnya sejak pemberian kredit 10 bulan yang lalu,
seharusnya pemantauan aktivitas usaha melalui call/ site visit
dilakukan secara triwulanan. Hal ini karena lemahnya pemantauan,
sehingga kondisi usaha debitur tidak terpantau dengan baik.
Rekomendasi:
Untuk selanjutnya RM melakukan pemantauan aktivitas usaha debitur
sesuai intensitasnya.
PEMANTAUAN PENYELAMATAN

PELAKSANAAN AUDIT

Setelah digali kembali diperoleh informasi tambahan:


 Rasio kelolalaan RM saat ini adalah 1 : 60, seharusnya 1 : 40.
 Telah diusulkan tambahan tenaga RM sebanyak 2 orang ke Wilayah, namun
belum ada tindaklanjutnya.
Penyusunan ulang temuan:
Rasio kelolaan RM telah melebihi ketentuan yaitu 1 : 60, seharusnya rasio
kelolaan RM maksimal 1 : 40. Hal ini karena pengusulan tambahan 2 RM ke
Wilayah belum ada tindaklanjutnya, sehingga pemantauan aktivitas usaha
debitur belum dilakukan sesuai dengan intensitasnya.
Rekomendasi:
Agar SKC segera mengkonsultasikan kembali keWilayah mengenai pemenuhan
kekurangan 2 RM tersebut.
PELAKSANAAN AUDIT PEMANTAUAN PENYELAMATAN

 Ada rasa ingin tahu/penasaran kalau melihat adanya


gejala/symptom yang negatif/kejanggalan meskipun hal-hal kecil.
 Memeriksa suatu transaksi/data dapat dilakukan dari banyak sisi, misal
membuktikan kewajaran nilai persediaan dalam LK >>> menguji
bukti fisik melalui foto, kapasitas gudang, faktur pembelian, jumlah
pembelian pada mutasi rekening koran, hasil call memo RM, atau site
visit) dll.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

Pengumpulan data kurang memadai/lengkap:


 Tidak dimintakan/dilengkapi:
- Informasi BI a.n. group usaha, pengurus, suami dan istri.
- SPK hanya berupa photo copy dan surat penyaluran termijn
- Data penghasilan/slip gaji (konsumtif).
- Laporan keuangan group usaha.
- Rekening koran simpanan/pinjaman dibank lain (minimal 6 bulan).
- Data keuangan yang tidak recent.
- Kontrak kerjasama dan atau perjanjian sewa dengan pihak III.
- Copy SPT Pph (kepatuhan eksternal).
 Legalitas usaha (Akta pendirian, SIUP, TDP, SIUJK dll) expired
dan/atau tidak cocok dengan usaha calon debitur.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Catatan aktivitas usaha tidak dimintakan (laporan pembelian, penjualan,


piutang, persediaan, bukti pembelian aset berupa invoice/faktur/
kuitansi).
 Audited report, laporan appraisal, feasibility study tidak dimintakan/ diserahkan setelah analisa
dibuat >>> jika diperoleh setelah analisa pembiayaan lakukan pemeriksaan kesesuaian
dengan penuangan dalam FAK.
 Proses pengumpulan data bertahap sehingga proses pembiayaan lama.
 Jaminan pihak III tidak dimintakan persetujuan istri/suami pemilik jaminan.
 BA Taksasi (BATA) jaminan tidak dibuatkan karena tidak dilakukan OTS atau dilakukan
OTS ke lokasi/fisik jaminan, namun berpersepsi penilaian jaminan menggunakan KJPP
>>> kewajiban verifikasi kewajaran nilai
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

Verifikasi data belum memadai :


 Lemahnya verifikasi dokumen identitas dan legalitas usaha al. (KTP, surat
nikah), legalitas usaha (Akta pendirian,TDP, SIUP), PBB
>>> pemalsuan dokumen.
 Tidak diverifikasi past performance (pengalaman debitur) dan group usahanya
(melalui Info BI/SLIK dan Laporan aktivitas usaha)
>>> interfinancing.
 Tidak diverifikasi karakter debitur ke lingkungan bisnis setempat.
 Tidak diverifikasi pos-pos keuangan dominan a.l. persediaan, hutang, piutang
dagang/piutang termijn (pemasok/supplier, pelanggan, bouwheer) >>> syarat,
cara pengiriman/pembayaran dan kualitasnya/progress proyek
 Verifikasi aktivitas keuangan melalui rekening koran pembiayaan/ simpanan di
bank lain belum dilakukan >>> kewajaran aktivitas usaha.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Verifikasi/identifikasi tujuan penggunaan pembiayaan tidak memadai sehingga


penggunaan kredit tidak sesuai dengan analisa awal al. Pembiayaan MK
untuk investasi/pelunasan pembelian jaminan.
 Verifikasi aktivitas usaha hanya berdasarkan wawancara dgn debitur tanpa
cross check ke bukti pendukung a.l. invoice/faktur, kontrak kerja sama.
 Verifikasi transaksi dengan pihak III (pemasok/supplier dan pembeli, dll) hanya
melalui telepon yang nomor HP-nya dari debitur >>> yang diserahkan rekan
bisnis yang hubungan bisnis bagus/lancar.
 Tidak dilakukan site visit ke lokasi usaha, proyek yang dibiayai & jaminan >>>
lokasi jauh
 Tidak dilakukan verifikasi harga & proses pembayaran kepada pihak penjual
atas jaminan yang masih a.n. pihak III saat pengajuan pembiayaan/yang baru
dibeli oleh debitur >>> pelunasan diindikasikan dari pencairan pembiayaan.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Tidak diverifikasi kontrak kerja sama dengan pihak ketiga, misal kontrak
pengadaan/penjualan barang atau pelaksanaan proyek.
 Tidak melakukan evaluasi/verifikasi terhadap kewajaran dari laporan audited
report dan laporan penilaian aset.
 Tidak dilakukan evaluasi/verifikasi terhadap data-data yang tercantum dalam
informasi BI untuk melihat group usaha debitur lainnya.
 Saat verifikasi usaha dan jaminan (OTS) selalu didampingi oleh debitur.
 Tidak dilakukan verifikasi kepada pihak III lainnya (notaris dan instansi
lainnya) sebagai penerbit dokumen.
 Verifikasi, taksasi, dan plotting jaminan tidak dilakukan secara mendalam, akurat, dan informatif
sehingga terjadi permasalahan pada saat pembiayaan macet a.l. jaminan sulit dijual karena tidak
marketable, nilai likuidasi tidak meng-cover outstanding pembiayaan, pengikatan tidak sempurna,
jaminan digunakan sebagai fasilitas umum.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Tidak melakukan verifikasi/melihat dokumen asli jaminan yang


masih an. pihak III (hanya percaya kepada covernote notaris).
 Verifikasi tanpa persiapan/perencanaan yang baik mengenai hal-hal
yang akan diteliti.
 Verifikasi tidak kepada pihak yang berkompeten, misal menanyakan
omzet/penjualan kepada bagian pembelian.
Penyebab Area Perbaikan :
 Kurangnya pemahaman/kemauan petugas  Peningkatan pemahaman petugas melalui
dalam menggali informasi baik kepada debitur pelatihan, sharing moment dll
maupun media lainnya.  Peningkatan supervisi dan koordinasi antara
 Pelaksanaan kerja yang tidak konsisten unit bisnis dan risiko
 Kelemahan supervisi dan koordinasi  perbaikan manajemen pekerjaan/ penambahan
 over load pekerjaan pegawai
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

Analisa kredit/kewajaran data:


 Data/dokumen yg disampaikan debitur banyak yg tidak
konsisten/berbeda untuk pos-pos/perihal yang sama dan juga berbeda
dengan hasil wawancara dengan debitur.
 Terdapat ketidakwajaran/kejanggalan data yang disampaikan debitur,
misal jumlah pembelian/persediaan tidak sesuai dgn kapasitas gudang,
atau jumlah penjualan/produksi tdk sesuai dgn kapasitas produksi pabrik
 Tidak dianalisa kewajaran dari keabsahan dan kronologis penerbitan
dokumen.
 Sumber data pembanding yang tidak mencukupi.
 Pembiayaan terhadap diversifikasi usaha debitur (group usaha ) yang
tidak ada kaitan dengan core bisnisnya.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 RM/CA tidak memahami secara memadai siklus bisnis dan risiko


terhadap usaha yang dibiayai >>> inherent risk (kelangkaan bahan baku,
piutang tdk tertagih, perubahan teknologi, selisih kurs, dll).
 Analisa pembiayaan belum mempertimbangkan past performance/
pengalaman/pola usaha/karakter usaha dan fasilitas pembiayaan lainnya
yang diterima debitur.
 Analisa kurang memperhatikan bonafiditas avalis, kemungkinan
interfinancing, sehingga risiko tidak dapat termitigasi dengan baik.
 Usaha debitur kurang dari 2 tahun (small) dan 3 tahun (middle) dan atau
pengurus tidak mempunyai pengalaman di bidang usaha yang dibiayai ->
masuk pengurus baru yang berpengalaman.
 Debitur yang merupakan group usaha tidak diproses secara group.
 Data keuangan yang dijadikan dasar analisa kredit tidak up to date.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Key person tidak aktif sepenuhnya dalam mengelola usaha yang dibiayai,
>>> parpol/anggota dewan atau mengelola usaha lainnya sehingga tidak
bisa mengontrol usahanya dengan baik.
 Debitur yang mengajukan pembiayaan tidak menguasai seluk beluk
bisnis yang dibiayai.
 Jaminan yang diserahkan sebagian besar milik pihak III/dibalik
nama/AJB.
 Taksasi jaminan meningkat signifikan dalam waktu singkat (saat debitur
mengajukan tambahan pembiayaan) >>> hanya menggunakan taksasi
dari appraisal.
 Debitur memiliki beberapa usaha namun analisa kredit hanya terhadap
usaha yang dibiayai.
 Beberapa debitur yang dikelola secara individual mempunyai bentuk dan
format data aplikasi permohonan pembiayaan yang sama.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Dokumen jaminan yang diterima berbeda dengan fisik yang ada atau
yang dibiayai, misal: invoice mesin yang dijaminkan berbeda dengan fisik
di pabrik.
 Proyek yang bersifat insidentil dibiayai dengan KMK konstruksi plafond,
seharusnya KMK Transaksional.
 Asumsi pertumbuhan penjualan tidak realistis dan tidak didukung data
konkret, misal pertumbuhan dan profit margin jauh diatas rata-rata
industri.
 Proyeksi pembelian/kebutuhan MK tidak sesuai dengan asumsi yg
ditetapkan.
 Proyeksi/asumsi perputaran piutang dan perputaran persediaan semakin
lama dan pembelian secara tunai/cash agar kebutuhan pembiayaan
sesuai dengan besarnya permohonan debitur (financing gap).
 Perhitungan pembiayaan MK yang keliru sehingga terjadi over/under
financing.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Debitur yang usahanya bersifat musiman/insidentil diberikan KMK R/C


terbatas (penetapan skim pembiayaan keliru).
 Pembuatan arus kas tidak sesuai dengan jangka waktu pembiayaan.
 Saldo kas minimal dibesarkan (tidak sesuai kebutuhan usaha) untuk
memperbesar pinjaman/memperlama jangka waktu pembiayaan.
 Pembuatan arus kas belum memperhitungkan kewajiban kepada pihak III
lainnya al. pinjaman di bank lain, leasing dll.
 Melakukan penyesuaian terhadap hasil akhir kebutuhan MK pada
proyeksi cash flow (tidak ada dasar perhitungannya).
 Membuat asumsi kebutuhan pembiayaan tertinggi debitur pada cash flow
hanya pada bulan tertentu/saat pencairan pembiayaan, kemudian bulan
selanjutnya kebutuhan MK turun seperti sebelum pengajuan pembiayaan.
 Asumsi yang ditetapkan tidak dikonfirmasi kepada debitur mengenai tren
masa lalu dan rencana debitur dimasa datang.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Melakukan penyesuaian/mark up terhadap nilai jaminan atau persediaan


agar total nilai jaminan minimal terpenuhi, sesuai dengan permohonan
maksimum pembiayaan.
 Mark up nilai proyek/barang yang dibiayai KI dari nilai yang sebenarnya
agar bisa meng-cover self financing (pembiayaan KI sebenarnya full dari
pinjaman).
 Memberikan grace period yang cukup lama, dimana proyek KI yang
dibiayai telah beroperasi. Misal proyek selesai/beroperasi 6 bulan, namun
grace period 2 tahun.
 Pemberian tambahan kredit kepada debitur yang baru memperoleh kredit
beberapa bulan, atau sering mendapat tambahan kredit dalam waktu
kurang setahun.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Pemberian tambahan kredit sementara yg tidak didukung dengan


underlying transaction dan jaminan tidak mengcover.
 Pemberian tambahan KMK konstruksi (clean up sistem) yg dijamin
dengan piutang termijn proyek lainnya yang akan diterima.
 Nilai jaminan yg diterima tidak mencukupi atau memasukkan jaminan
uncontrolled ke dalam jaminan controlled, misal proyek yang belum
dikerjakan dimasukkan dalam jaminan controlled piutang.

Area Perbaikan
Penyebab
 Peningkatan pemahaman petugas
 Kurangnya pemahaman bisnis dan risiko
(pelatihan, sharing moment dll)
usaha yang dibiayai.
 Peningkatan supervisi & koordinasi antara
 Pelaksanaan kerja yang tidak konsisten
unit bisnis dan risiko
 Kelemahan supervisi dan koordinasi
 perbaikan manajemen pekerjaan/
 Over load pekerjaan
penambahan pegawai
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

Persetujuan pembiayaan:
 Debitur merupakan group usaha >>> diproses secara individual agar
kewenangan memutus tidak naik ke PPK/Komite diatasnya.
 Persyaratan yang telah disetujui komite pembiayaan cfm. NK3 >>> tidak
dicantumkan dalam SKK/PK >>> tidak melindungi kepentingan bank.
 Kelemahan dalam pembuatan PK al. pihak yang berkomparisi, objek
yang diperjanjikan, klausul yang saling bertentangan, kesalahan ketik
tanggal, PK yang dirujuk dll.
 Merubah persyaratan SKK yang tidak dipenuhi debitur >>> memo
peninjauan kembali tanpa mitigasi risiko yang memadai.
 Syarat disposisi pembiayaan belum semuanya terpenuhi >>>
pembiayaan telah direalisir seluruhnya al. penyerahan SPK, invoice,
pengikatan jaminan dll.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Dokumentasi jaminan/pengikatan belum sempurna >>> pembiayaan


tetap direalisir.
 Pelepasan jaminan dengan penggantian jaminan yang nilai taksasi lebih
rendah dan tidak marketable.
 Proses pemberian kredit melebihi standar waktu al. karena :
- menunggu jadwal komite,
- proses pemenuhan kelengkapan data,
- revisi PAK,
- menunggu hasil taksasi jaminan dan
- tingginya workload komite kredit SKC karena penambahan kewenangan
memutus kredit STA yang menyebabkan keterlambatan perpanjangan
Perjanjian Kredit (PK) dan atau pembatalan kredit oleh debitur.
 Kredit diputus tidak sesuai kewenangannya seharusnya komite lebih
tinggi.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Pembiayaan telah jatuh tempo namun perpanjangannya hanya melalui


maintenance rekening
 Perpanjangan sementara lebih dari 1 kali dalam setahun.
 Pencairan termijn proyek tidak disyaratkan melalui escrow account.
 Pembuatan SKK dan PK belum melindungi kepentingan bank

Area Perbaikan :
Penyebab
 Meningkatkan risk awareness melalui
 Kurangnya risk awareness petugas
pembinaan/coaching kepada petugas.
 Pelaksanaan kerja yang tidak konsisten
 Peningkatan supervisi dan koordinasi antara
 Kelemahan supervisi dan koordinasi
unit bisnis, risiko dan ADK.
 Over load pekerjaan
 perbaikan manajemen pekerjaan/ penambahan
pegawai
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

Pemantauan pembiayaan:
 Pencairan pembiayaan untuk pembelian aktiva yang dibiayai tidak ke
rekening penjual tetapi ke rekening debitur.
 Pencairan pembiayaan secara bertahap tidak sesuai dengan
perkembangan proyek >>> outstanding pembiayaan tidak sebanding
dengan realisasi proyek.
 Pembayaran termijn proyek tidak dipantau (BNI -118).
 Pemantauan usaha melalui aktivitas/mutasi rekening pinjaman/giro dan
site visit tidak dilakukan, dimana saat pemberian tambahan pembiayaan
sebenarnya kondisi usaha telah menurun.
 Peningkatan status hak milik dan proses pengikatan tidak dipantau >>>
proses yang lama.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Pemantauan terhadap pemenuhan syarat dalam PK belum dilakukan a.l.


disposisi secara bertahap, verifikasi terhadap isi covernote notaris terkait
permasalahan jaminan, adanya perjanjian selain dengan bank tanpa
memperhatikan persyaratan SKK, tidak dilengkapi SPK asli dan surat
pernyataan pembayaran bowheer.
 Pemantauan belum dilakukan sesuai intensitasnya >>> permasalahan
debitur tidak bisa diketahui sedini mungkin, perusahaan telah dijual dan
atau sisa tagihan termijn tidak meng-cover outstanding kredit,
penggunaan kredit tidak sesuai peruntukannya (a.l. untuk kepentingan
avalis, pembiayaan konsumtif untuk tujuan usaha/produktif/take over
KMK di bank lain).
 Dokumen yang telah jatuh tempo tidak dimintakan perpanjangan, a.l.
SHGB, SIUP, TDP, asuransi telah jatuh tempo dll.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Pemantauan nilai taksasi jaminan tidak dilakukan, dan taksasi jaminan selalu
meningkat setiap tambahan kredit sesuai dgn jumlah permohonan tambahan
kredit.
 Pemantauan pembiayaan secara langsung ke lokasi usaha tidak dilakukan
atau hanya dilakukan saat tambahan kredit atau kredit telah bermasalah.
 Tidak melihat kembali kondisi terakhir usaha debitur yang proses permohonan
s/d persetujuan pembiayaannya cukup lama, dan saat pembiayaan direalisir
kondisi usaha debitur telah menurun.
Area Perbaikan :
 Meningkatkan risk awareness melalui
Penyebab pembinaan/coaching kepada petugas.
 Kurangnya risk awareness petugas  Peningkatan supervisi dan koordinasi antara
 Pelaksanaan kerja yang tidak konsisten unit bisnis dan unit risiko
 Kelemahan supervisi dan koordinasi  perbaikan manajemen pekerjaan/ penambahan
 Over load pekerjaan pegawai
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

Penyelamatan pembiayaan:
 Pembiayaan telah menunggak atau NPL, namun tetap dipertahankan di
golongan lancar (maintenance sistem).
 Premi asuransi yg telah dipungut dari debitur tidak langsung dibayar ke
asuradur, dan bila terjadi musibah tidak bisa diklaim ke asuradur.
 Melakukan penjualan jaminan dibawah harga taksasi/pasar dan petugas
pembiayaan mendapat komisi dari pembeli.
 Memorandum Analisa Penyelamatan (MAP) dan Laporan
Perkembangan Penyelesaian Kredit (LPPK) berikut action plan/step
belum dibuat atau tidak segera dibuat saat pembiayaan bergeser ke
NPL dan diserahkan kepada Unit Remedial >>> upaya penyelamatan
kurang fokus/terarah.
 Penyelamatan pembiayaan terhadap usaha yang tidak prospek melalui
pemberian pembiayaan baru/tambahan kepada group usaha.
PERSETUJUAN KELEMAHAN PROSES PENYELAMATAN

 Debitur yang direstrukturisasi tidak memenuhi persyaratan BI (hanya


untuk perbaikan kolektibilitas) al. debitur tidak mempunyai prospek/
usaha telah tutup.
 Kewenangan memutus restrukturisasi tidak sesuai al. kewenangan
nominal, pemutus adalah orang yang mengusulkan/memutus
pemberian pembiayaan sebelumnya/awal.

Area Perbaikan :
Penyebab  Meningkatkan risk awareness melalui
 Kurangnya risk awareness petugas pembinaan/coaching kepada petugas.
 Pelaksanaan kerja yang tidak konsisten  Peningkatan supervisi dan koordinasi antara
 Kelemahan supervisi dan koordinasi unit bisnis dan unit risiko .
 Over load pekerjaan  perbaikan manajemen pekerjaan/ penambahan
pegawai
PERSETUJUAN PEMANTAUAN KREDIT PROGRAM

Kelemahan pembiayaan program:


 Avalist belum berpengalaman dalam bidang usaha yang dibiayai dan belum
dinilai bonafiditasnya/track record-nya.
 Verifikasi end user tidak memadai, tercermin dari profesi end user pada KTP
tidak sesuai dengan jenis usaha yang dibiayai dan alamatnya jauh dari lokasi
usaha.
 End user adalah pegawai avalist/profesinya bukan peternak / petani
 Lokasi end user jauh dari unit pemberi pembiayaan >>> terkendala dalam
pemantauan.
 Pembiayaan digunakan oleh debitur/pengusaha/avalist bukan oleh
petani/peternak yang dibiayai.
 KUR dicairkan secara bertahap >>> self financing tahap kedua dan
selanjutnya bersumber dari pencairan pembiayaan sebelumnya.
 Penolakan klaim asuransi kredit KUR a.l. karena debitur bankable, pemberian
pembiayaan tidak tepat sasaran, pembiayaan fiktif, keterlambatan klaim.
INDIKASI PELANGGARAN/INTEGRITAS PEGAWAI

 Demotivasi karena terlalu lama disatu unit >>> jenuh, tidak


naik jabatan.
 Adanya perubahan perilaku/gaya hidup yang signifikan.
 Tidak mau mengambil cuti >>> pekerjaannya tidak
dialihkan kepada pegawai lainnya.
 Conflict of interest dengan debitur yang dibiayai >>>
mempunyai hubungan keluarga atau hubungan bisnis
dengan debitur.
 Sering bekerja lembur/bertemu debitur sendirian.
 Proses pembiayaan relatif cepat (diluar batas kewajaran)
>>> over service.
 Adanya aliran dana dan atau gratifikasi.
 Pembiayaan < 1 tahun telah bermasalah atau macet.
 Laporan/pengaduan dari pegawai atau pihak III
INDIKASI KECURANGAN DEBITUR
 Pengajuan pembiayaan melalui perantara (broker/keluarga/rekan bisnis) atau
bukan pengurus.
 Mendirikan beberapa perusahaan untuk usaha yang sama dengan susunan
pengurus yang berbeda.
 Memasukkan pihak III yang mempunyai usaha sebagai pengurus baru (terkait
pengalaman usaha).
 Menggunakan KAP/Appraisal tidak professional >>> Mark up nilai
aset/jaminan.
 Jaminan yang diserahkan masih a.n. pihak III/tanggal AJB berdekatan dengan
pengajuan pembiayaan >>> sumber pembayaran/pelunasannya dari pencairan
pembiayaan.
 Melakukan pemalsuan Identitas, legalitas usaha, sertifikat jaminan/invoice dan
SPPT PBB.
 Melakukan balik nama sertifkat tanpa sepengetahuan pemilik sebenarnya
(digadaikan ke debitur) dengan memalsukan identitas pemilik.
INDIKASI KECURANGAN DEBITUR
 Melakukan rekayasa/pemalsuan terhadap aktivitas/kondisi usaha dan
dokumen pendukung a.l. R/C simpanan bank lain, data pembelian, penjualan,
piutang, persediaan, lokasi usaha, dll.
 Melakukan transaksi tarik setor tunai tanpa ada underlying transaksi >>>
volume usaha.
 Debitur menghindari untuk melakukan pertemuan dikantor/ditempat usaha >>>
restoran, café dll.
 Mengarahkan OTS/verifikasi ke lokasi usaha yg baru disiapkan >>>
menempatkan orang suruhan.
 Memberikan data yang sulit dilacak, misal nomor HP, faktur tanpa alamat
atau lokasi relasi bisnis jauh.
 Sebagian besar data yang diberikan debitur baru disiapkan/diterbitkan 1-2
bulan sebelum pengajuan pembiayaan.
 Melakukan penekanan secara psikologis (tidak langsung) kepada petugas
pembiayaan agar diproses cepat >>> menelpon pejabat BNI atau
memperlihatkan SKK dari bank lain yang belum tentu benar.
 Melakukan kerjasama dengan petugas bank agar pembiayaan disetujui
dengan memberikan imbalan/gratifikasi.
INDIKASI LAP. KAP DAN KJPP YG TIDAK PROFESSIONAL
 Pekerjaan dilakukan oleh tenaga freelance/pihak III, sedangkan
KAP/Appraisal hanya sebatas penerbit laporan.
 Kontrak kerja debitur dengan KAP/Appraisal ditandatangani oleh tenaga
pelaksana freelance.
 Pekerjaan yang dilakukan oleh bukan salah satu cabang rekanan,
namun mengaku sebagai salah satu cabang rekanan BNI >>> sehingga
wajib diverifikasi ke kantor pusat dari rekanan.
 Yang bertandatangan di laporan tidak mempunyai izin (register izin
akuntan/Mappi).
 Mengirim draft (Laporan) pendahuluan untuk minta persetujuan pihak
bank.
 Tanggal laporan berdekatan dengan surat permohonan pelaksanaan
pekerjaan.
REKOMENDASI (AREA PERBAIKAN)

 Meningkatkan pemahaman terhadap bisnis debitur dan


risikonya dan strategi debitur dalam mengatasi risiko tersebut.
 Pimpinan menjadi Role Model
 Meningkatkan pembinaan terhadap bawahan.
 Melakukan supervisi yang memadai.
 Meningkatkan koordinasi dan sinergi unit bisnis dan risiko.
REKOMENDASI (AREA PERBAIKAN )

 Mengambil risiko pembiayaan debitur dengan mitigasi yang


terukur.
 Meningkatkan kompetensi pegawai secara berkesinambungan
(pelatihan/sharing moment)
 Meningkatkan risk awareness segenap pegawai.
 Lebih sensitif terhadap indikasi adanya pelanggaran /integritas
pegawai (Know Your Employee) dan indikasi kecurangan yang
dilakukan calon debitur/ debitur (KnowYour Customer).
IV. KESIMPULAN

Untuk menjadi auditor profesional perlu peningkatan kompetensi


dibidang :
 BPP/Sisdur, ketentuan internal/eksternal.
 Siklus Bisnis, key success dan key risk serta mitigasinya.
 Tata cara pelaksanaan audit.
 Komunikasi yang efektif.
 Menjaga kode etik/perilaku seorang auditor.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai