Pertemuan I
Pertemuan I
Pertemuan I:
Berpikir Sebagai Esensi Manusia dan Asas
Keilmiahan Logika
BERPIKIR
Berpikir
Salah
Logika
ASAS KEILMUAN LOGIKA
Delapan Asas (al-Ru’ūs al-Tsamāniyah) Ilmu:
1. Definisi: ilmu alat (untuk membantu ilmu lain dalam
menjelaskan alur berpikirnya) yang berbentuk hukum-
hukum (instrumen yang berbentuk aturan-aturan) untuk
mencegah mental dari kesalahan berpikir.
2. Penemu/penyusun: Aristoteles, seorang filsuf Yunani
pada abad ke-4 SM. Bukunya tentang logika
diterjemahkan oleh seorang kristen Syiria bernama
Hunain bin Ishaq (809-879).
3. Prinsip-prinsip (mabadi’): yang menjadi landasan logika,
yaitu: bayyin (konsep dan proposisi badihi, cth: konsep
sesuatu, proposisi: dua hal yang bertentangan mustahil
dinegasi dan diterima keduanya) dan ghair bayyin
(konsep dan proposisi yang membutuhkan penalaran
terlebih dahulu/nadzari, cth: konsep ‘pohon’, proposisi
“pohon itu hijau”)
4. Objek Kajian: definisi dan argumentasi (material),
cara membuat definisi dan argumentasi (formal).
5. Masalah-masalah Kajian: a). Hal-hal yang berkaitan
dengan proses konsepsi (kāsib al-tashawwur), yaitu
materi-materi berupa lafadz dan konsep/makna (adillah) yang
mencakup lima konsep universal (kulliyat khamsah), dan
bagaimana menyusun konsep-konsep/makna-makna (Had)
dalam proses membuat definisi. b). Hal-hal yang berkaitan
dengan proses pembenaran (tashdiq/asensi), yaitu cara
berargumentasi yang dibedakan menjadi: silogisme (deduktsi),
induksi, dan analogi (argumentasi langsung), kontradiksi,
konversi, dan ‘aks mustawa (argumentasi tidak langsung)
6. Tujuan dan Manfaat: mengetahui kaidah-kaidah
umum dalam berpikir yang benar.
7. Kedudukan logika diantara ilmu-ilmu lain: sebagai
ilmu bantu bagi ilmu-ilmu lain. Oleh sebab itu, logika
juga disebut sebagai pemimpin ilmu, karena logika
menjadi gerbang bagi ilmu lain dalam menjelaskan
objek dan masalah-masalahnya.
8. Metode: yang digunakan dalam membahas masalah-
masalah dalam logika adalah metode demonstrasi
akal yang berpijak pada prinsip-prinsip ilmu logika.