Anda di halaman 1dari 59

PENGANTAR HUKUM

JAMINAN
Pengertian Jaminan

Jaminan (zekerheid, cautie) istilah yang


mencakup macam-macam cara kreditur
menjamin dipenuhinya tagihannya.
Hukum Jaminan
Mengatur tentang jaminan-jaminan piutang kreditur terhadap
debitur
1. Hak jaminan umum (Pasal 1131 KUHPerdata)
2. Hak jaminan khusus (zekerheidsrecten)
Hak yang memberi kepada kreditur suatu
kedudukan yang lebih baik daripada kreditur lain
yang tidak memiliki hak jaminan khusus. Hak jaminan
khusus berupa:
a.Hak jaminan pribadi (persoonlijke
zeherheidsrechten)
b. Hak jaminan kebendaan (zakelijke
zekerheidsrechten)
Jenis jaminan kredit

Jaminan umum Perjanjian


(Jaminan lahir Jaminan Perorangan Penanggungan
karena undang-
Jenis undang) - Jaminan pribadi (personal
guarantee)
(Borgtocht)

Jaminan - Jaminan badan


Kredit Jaminan khusus
(Jaminan yang lahir
(corporate guarantee) Perjanjian garansi

karena perjanjian)
Dalam BW
- Gadai
- Hipotek
Jaminan
Kebendaan

Di luar BW

Memiliki hak
didahulukan
Hak Jaminan Umum

Pasal 1131 BW:


Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak
(roerende goederen) maupun yang tidak bergerak
(onroerende goederen), baik yang sudah ada maupun
yang baru akan ada dikemudian hari menjadi
tanggungan untuk segala perikatannya.
Pasal 1132 BW:
Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama
bagi semua orang yang mengutangkan padanya.
Pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi menurut
keseimbangan yaitu menurut besar kecilnya piutang
masing-masing, kecuali apabila diantara para
berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
didahulukan.
Ciri-ciri jaminan umum
 Jaminan diberikan kepada semua kreditur dan meliputi seluruh
kekayaan si berutang, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang akan ada diperolehnya di kemudian
hari.
 Para kreditur mempunyai kedudukan yang sama tidak ada yang
lebih didahulukan dalam pemenuhan piutangnya disebut kreditur
konkuren (prinsip Paritas Creditorium).
 Jika kekayaan debitur lebih kecil dari jumlah utangnya maka harta
debitur akan dibagi kepada para kreditur berdasarkan asas
keseimbangan yaitu masing-masing memperoleh seimbang dengan
piutang kreditur lain (pond-pond gewijs). Dikenal sebagai prinsip
pari passu prorata parte.
 Penyimpangan terhadap asas keseimbangan dapat terjadi
berdasarkan perjanjian atau undang-undang menentukannya.
Benda bergerak
dan benda tidak
bergerak
Meliputi segala
kebendaan si
berutang (Debitur) Yang sudah ada
dan yang akan
diperoleh
Jaminan Umum dikemudian hari

Sederajat

1131 dan 1132 BW Kedudukan kreditur


Dibagi menurut
keseimbangan
besar/kecil piutang
Contoh pembayaran kepada kreditur
berdasarkan asas keseimbangan
- Jumlah harta debitur Tuan Alfa = 900 juta
- Jumlah kreditur ada 3 dengan jumlah tagihan Rp.
1.500.000.000,00
- Cara pembagian:
a. Kreditur A jumlah tagihan 200 juta
Rp. 200 jt x Rp. 900 jt = Rp. 120 jt
Rp. 1,5 M
b. Kreditur B jumlah tagihan 500 juta
Rp. 500 jt x Rp. 900 jt = Rp. 300 jt
Rp. 1,5 M
c. Kreditur C jumlah tagihan 800 juta
Rp. 800 jt x Rp. 900 jt = Rp. 480 jt
Rp. 1,5 M
- Sisa utang para kreditur yang belum terbayar 600
juta terdiri dari:
- Kreditur A 200 jt – 120 jt = Rp. 80 jt
- Kreditur B 500 jt – 300 jt = Rp. 200 jt
- Kreditur C 800 jt – 480 jt = Rp. 320 jt
- Sisa utang tersebut tetap dapat ditagih dari harta
yang akan diperoleh oleh debitur Tuan Alfa di
kemudian hari.
Hak-Hak Jaminan Pribadi

a. Borgtocht (Penanggungan)
b. Perjanjian Garansi
c. Perjanjian Tanggung Menanggung (tanggung
renteng)
Perjanjian Penanggungan

Pasal 1820 KUHPerdata


“Penanggungan adalah suatu persetujuan dengan
mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si
berpiutang, mengikat diri untuk memenuhi
perikatannya si berhutang, manakala orang ini
sendiri tidak memenuhinya.”
Beberapa unsur dari perjanjian
penanggungan

 Merupakan suatu perjanjian


 Pemberi jaminan (Boreg) adalah pihak ketiga
 Untuk kepentingan kreditur
 Boreg mengikat diri untuk memenuhi perikatan
debitur kalau debitur wanprestasi
 Ada perjanjian bersyarat
Ciri-ciri perjanjian penanggungan
1. Sukarela
2. Subsidair
3. Assessoir
4. Penjamin sebagian atau seluruh
5. Setahu atau tanpa setahu debitur
6. Hak subrogasi dan hak regres
7. Beralih kepada ahli waris
Ciri Sukarela
Seorang pihak ketiga secara sukarela membuat
perjanjian “mengikat diri” kepada kreditur untuk
memenuhi kewajiban debitur jika debitur gagal
memenuhi kewajibannya.
Ciri Subsidair
 Kreditur dapat menuntut pelaksanaan perjanjian,
baik terhadap debitur maupun kepada penjamin.
Jika debitur tidak melaksanakan kewajibannya,
maka kreditur dapat menuntut penjamin untuk
memenuhi kewajiban debitur tersebut.
 Sifatnya bersyarat yaitu apabila debitur tidak
melaksanakan sendiri kewajibannya terhadap
kreditur.
Ciri Assessoir
 Perjanjian penanggungan hanyalah perjanjian ikutan pada
perjanjian pokok yang dibuat oleh kreditur dan debitur.
 Ciri perjanjian accessoir:
- Tidak ada perjanjian penjaminan tanpa perjanjian pokok
yang sah. Konsekuensinya jika perjanjian pokok yang dijamin
tidak sah maka dengan sendirinya perjanjian penanggungan
dianggap tidak ada atau batal demi hukum.
- Ruang lingkup penjaminan tidak boleh melebihi perjanjian
pokok.
- Perjanjian penjaminan hapus jikalau perjanjian pokok telah
hapus.
Penjaminan Sebagian atau Seluruh
 Jaminan sebagian maka penjamin hanya
bertanggung jawab sebesar bagian yang
dijaminnya.
 Jaminan atas seluruh kewajiban yang harus
dipenuhi oleh debitur dalam perjanjian pokok.
 Jaminan tidak hanya pada kewajiban dalam
perjanjian pokok, tetapi meliputi juga akibat yang
timbul dari perjanjian pokok. Misal biaya yang
dikeluarkan untuk menegur si penjamin, biaya
perkara menggugat debitur, biaya eksekusi,
pelelangan.
Setahu atau Tanpa Setahu Debitur
Perjanjian penanggungan dapat dilakukan:
- Tanpa diminta oleh debitur atau tanpa diketahui

oleh debitur
- Sepengetahuan atau atas permintaan debitur/

kreditur.
Subrogasi dan Hak Regres
Seorang penjamin yang telah melakukan
pembayaran utang debitur kepada kreditur
dengan sendirinya menggantikan (subrogasi)
kedudukan kreditur yang mempunyai hak menuntut
kembali penggantian pembayaran (regres) kepada
debitur yang dijamin.
Kewajiban Penjamin Beralih kepada
Ahli Waris
Jikalau penjamin meninggal dunia maka
persetujuan penjaminan tidak terputus. Jaminan
beralih dan diteruskan oleh ahli waris (Pasal 1826
BW).
Perbedaan Perjanjian Penanggungan dan
Perjanjian Garansi
1. Perjanjian garansi merupakan perjanjian yang berdiri sendiri
sedangkan perjanjian penanggungan bersifat accessoir. Kalau
perjanjian penanggungan hanya mungkin kalau ada perikatan lain,
yang dijamin, maka pada perjanjian garansi tidak ada syarat
seperti itu, bahkan perjanjian garansi justru diberikan sebelum
pihak ketiga yang dijamin terikat. Dalam peristiwa di mana orang
yang akan dijamin sudah terikat dalam suatu perikatan tertentu,
orang justru memilih bentuk perjanjian penanggungan.
2. Pada umumnya suatu perjanjian yang menanggung pemenuhan isi
kewajiban pembayaran sejumlah uang yang dikualifisir sebagai
perjanjian penanggungan. Biasanya perjanjian untuk menanggung
bahwa akan dilakukan sesuatu atau tidak akan dilakukan sesuatu
oleh pihak ketiga dikualifisir sebagai perjanjian garansi.
3. Perjanjian penanggungan ada hak subrogative (Pasal 1840) dalam
hal Boreg membayar utang debitur
Syarat Perjanjian Penanggungan (1)

 Penanggungan didasarkan pada suatu perjanjian.


Perjanjian yang dimaksud adalah antara kreditur
dengan pemberi jaminan pribadi (Boreg).
 Adanya penanggungan disyaratkan adanya perikatan
pokok yang sah (tidak boleh mengandung cacat yang
menyebabkan batal (misalnya bertentangan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum Pasal 1320 Sub 4
Jo Pasal 1335 dan 1337 KUHPerdata)
 Penanggungan harus diadakan dengan pernyataan
yang tegas (Pasal 1824 KUHPerdata). Kata tegas
bukan dimaksudkan sebagai lawan secara diam-diam,
tetapi dalam arti jelas dan tidak meragukan.
Syarat Perjanjian Penanggungan (2)
 Perjanjian penanggungan juga dapat timbul secara diam-diam. Tidak
tertutup kemungkinan bahwa penanggungan sebagai suatu janji selalu
diperjanjikan, sudah termasuk dalam perjanjian lain, asal tidak ada
keragu-raguan mengenai adanya, isinya, dan luasnya kebiasaan seperti
itu.
 Tidak mungkin ada perjanjian penanggungan atas dasar pernyataan
sepihak saja. Harus ada akseptasi dari pihak kreditur.
 Dalam praktek,penanggungan diberikan dengan pernyataan sepihak,
tetapi kalau kreditur kemudian menggunakan pernyataan tersebut
sebagai dasar untuk minta tanggung jawab dari Borg maka dengan itu
secara diam-diam pernyataan sepihak tersebut telah diterima atau telah
diakseptir oleh kreditur sehingga menjadi suatu perjanjian, yang harus
tegas adalah kehendak Borg untuk menanggung bukan perjanjian
penanggungan yang harus ditutup dengan tegas-tegas (Arrest HR
tanggal 31 Maret 1932).
Kewajiban Borg (1)
 Berkewajiban untuk memenuhi prestasi yang seharusnya
dipenuhi oleh debitur kalau perlu termasuk memberikan
ganti rugi. Konsekuensi dari prinsip tersebut bahwa Borg
mempunyai kewajiban perikatan sendiri.
 Karena perjanjian penanggungan merupakan perjanjian
yang berdiri sendiri antara kreditur dan Borg maka
perjanjian penanggungan dapat diberikan tanpa
sepengetahuan debitur (Pasal 1823 KUHPerdata).
 Sesudah debitur utama wanprestasi, kreditur mempunyai
dua orang debitur yang sama-sama bisa ditagih untuk
seluruh hutang, dan pembayaran oleh yang satu
membebaskan yang lain.
Kewajiban Borg (2)
 Kewajiban perikatan Borg dalam penanggungan
tidak harus sama dengan kewajiban debitur utama
dalam perikatan pokoknya.
 Dalam hal Borg menjamin perikatan yang hanya
dapat dipenuhi oleh debitur utama saja, maka
kewajiban Borg diubah menjadi kewajiban untuk
mengganti rugi dan bunga atas dasar
wanprestasinya, dan perikatan yang demikian
memang bisa dipenuhinya (Pothier).
Hak Borg

 Hak untuk minta agar debitur ditagih dan kekayaannya


dieksekusi dahulu (Pasal 1832 KUHPerdata).
 Perjanjian penanggungan bersifat pengganti apa yang
ditinggalkan debitur utama (debitur dalam perjanjian
pokok) tidak dipenuhi.
Subyek Penanggung (Borg)
 Orang Perseorangan (Personal Guarantee)
 Badan ( Corporate Guarantee)
Macam-Macam Penanggungan
 Penanggungan kredit (kredit borgtocht)
 Penanggungan bank (bank borgtocht)
 Penanggungan pembangunan (bouw borgtocht)
Penanggungan kredit
 Seorang penanggung (borg) mengikat diri kepada
kreditur untuk menjamin pelunasan utang debitur
sehubungan dengan perjanjian pemberi kredit
antara kreditur dan debitur tersebut.
Kreditur X Debitur Y

Perjanjian Perjanjian Pokok


Assessoir

A
(Boreg)
Penanggungan Bank
Seorang Penanggung(Borg) menjamin semua dan atas
dasar apa saja, yang pada saat itu atau di
kemudian hari akan terhutang oleh debitur kepada
kreditur.
Beda antara Penanggungan Kredit
dan Penanggungan Bank
 Pada penanggungan kredit sumber utang yang
dijamin disebutkan dengan jelas
 Pada penanggungan bank, tidak disebutkan
sumber utangnya (apa saja dan yang atas dasar
apa saja terhutang di kemudian hari) dan Bank
bebas untuk nantinya memberikan kredit atau tidak.
Penanggungan Pembangunan
Seorang penanggung (borg) mengikat diri sebagai
penjamin terhadap pemberi proyek (bouwheer) untuk
melaksanakan pembangunan.
Kewenangan Bertindak
Penanggungan merupakan pemberian jaminan
dengan seluruh harta Borg dan karenanya
membawa akibat hukum terhadap harta keluarga
(harta perkawinan). Menurut pasal 35 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974:
1. Mengenai harta bersama, suami atau istri dapat
bertindak atas persetujuan kedua belah pihak;
2. Mengenai harta bawaan, masing-masing suami
dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk
melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya.
Perjanjian Garansi (Pasal 1316
KUHPerdata)

Merupakan suatu perjanjian di mana pemberi


garansi (garant) menjamin bahwa seorang pihak
ketiga akan berbuat sesuatu, yang biasanya (tetapi
tidak selalu dan tidak harus) berupa tindakan
menutup suatu perjanjian tertentu. Pemberi garansi
mengikat diri secara bersyarat untuk memberi ganti
rugi, kalau pihak ketiga yang dijamin, tidak
melakukan perbuatan, untuk mana ia memberikan
garansi.
Perbandingan Perjanjian Penanggungan
dan Perjanjian Garansi

Persamaan
Keduanya mengandung unsur menjamin
pelaksanakan kewajiban perikatan tertentu dari
seorang debitur.
Perikatan Tanggung Menanggung
(Tanggung Renteng)
1. Perikatan Tanggung Renteng Aktif

Kreditur 1

Debitur

Kreditur 2
Tanggung Renteng Aktif (1)
 Ada beberapa kreditur dalam suatu perikatan.
 Ada persetujuan secara tegas bahwa masing-
masing diberikan hak untuk menuntut pemenuhan
seluruh utang.
 Pembayaran yang dilakukan kepada salah satu di
antara kreditur membebaskan debitur, meskipun
perikatan menurut sifatnya dapat dipecah dan
dibagi antara para kreditur (Pasal 1278 BW).
Tanggung Renteng Aktif (2)
 Hak pilih pada debitur, untuk menentukan apakah
ia akan membayar kepada kreditur yang satu atau
kreditur lainnya di antara para kreditur tersebut,
selama ia belum digugat oleh salah satu kreditur.
 Pembebasan yang diberikan oleh salah seorang
kreditur dalam perikatan tanggung menanggung,
tidak dapat membebaskan debitur untuk selebihnya
dari bagian kreditur tersebut.
2. Perikatan Tanggung Renteng Pasif

Debitur

Kreditur 2

Debitur
Tanggung Renteng Pasif (1)

 Ada beberapa debitur dalam suatu perikatan.


 Yang mewajibkan para debitur melakukan suatu hal
yang sama.
 Salah satu debitur dapat dituntut untuk seluruhnya.
 Pemenuhan oleh salah seorang debitur
membebaskan debitur lainnya terhadap kreditur.
 Kreditur berhak memilih untuk menagih kepada
salah satu debitur dan debitur yang dipilih tersebut
tidak dapat meminta supaya utang dipecah.
Tanggung Renteng Pasif (2)
 Jikalau penagihan kepada debitur A gagal,
kreditur dapat menagih seluruhnya dari debitur B.
 Debitur yang telah melunasi seluruh utang, berhak
menuntut kembali bagian yang seharusnya menjadi
tanggungan debitur yang lain (Pasal 1293 BW).
HAK-HAK DIDAHULUKAN UNTUK
PEMBAYARAN PIUTANG

1. Hak Istimewa
2. Gadai dan Hipotek
 (Pasal 1133 BW)
PENGERTIAN HAK ISTIMEWA
Suatu hak yang oleh undang-undang diberikan
kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya
lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya,
semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.
Kedudukan hak istimewa
 Pada umumnya gadai dan hipotek lebih tinggi
daripada hak istimewa, kecuali dalam hal dimana oleh
undang-undang ditentukan sebaliknya (1134 BW)
 Diantara orang-orang yang diistmewakan,
tingkatannya diatur menurut berbagai-bagai sifat-
sifat hak istimewanya (1135 BW)
 Semua orang berpiutang yang tingkatannya sama
dibayar menurut keseimbangan (1136 BW)
Jenis hak istimewa
 Hak istimewa mengenai benda-benda tertentu
(privilege khusus).
 Hak istimewa mengenai seluruh benda, baik
bergerak maupun tidak bergerak (privilege umum).
Hak istimewa jenis yang pertama didahulukan
daripada jenis yang terakhir ( 1138 BW)
Hak-hak istimewa mengenai benda tertentu
1. Biaya Perkara
Biaya perkara yang semata-mata disebabkan
suatu penghukuman untuk melelang suatu benda
bergerak maupun tidak bergerak.
Biaya ini dibayar dari pendapatan
penjualan benda tersebut terlebih dahulu dari
semua piutang-piutang istimewa lainnya, bahkan
lebih dahulu pula daripada gadai dan hipotek.
(Pasal 1139 angka 1 BW).
2. Uang Sewa
- Uang sewa dari benda-benda tidak bergerak
- Biaya perbaikan yang menjadi tanggungjawab si
penyewa
- Segala apa yang mengenai kewajiban memenuhi
persetujuan sewa (1139 angka 2 BW)
3. Harga Pembelian Barang
Harga pembelian benda-benda bergerak yang belum
dibayar (1139 angka 3 BW)
4. Biaya Penyelamatan Barang
Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu
barang (1139 angka 4 BW)
5. Biaya Pembuatan Barang
Biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu
barang yang masih harus dibayar kepada seorang
tukang (1139 angka 5 BW)
6. Biaya Berkaitan dengan Penginapan
Apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha
rumah penginapan kepada seorang tamu (1139 angka
6 BW)
7. Upah Pengangkutan
Upah pengangkutan dan biaya tambahan (1139 angka
7 BW)
8. Upah Tukang Bangunan
Apa yang harus dibayar kepada tukang batu, tukang
kayu, dan lain-lain tukang untuk pembangunan,
penambahan, dan perbaikan benda tidak bergerak.
asal piutangnya tidak lebih tua dari 3 tahun dan
hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap pada
si berutang (1139 angka 8 BW).
9. Penggantian/Pembayaran oleh Pegawai dalam suatu
Jabatan Umum
Penggantian dan pembayaran yang harus dipikul oleh
pegawai yang memangku suatu jabatan umum karena
segala kelalaian, kesalahan, pelanggaran, dan kejahatan
yang dilakukan dalam jabatannya (1139 angka 9 BW).
Hak-hak istimewa atas semua benda
bergerak dan tak bergerak pada umumnya
Urutan pelunasannya sebagai berikut:
1. Biaya Perkara
Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena
pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.
Biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotek.
2. Biaya Penguburan
Biaya-biaya penguburan dengan tak mengurangi
kekuasaan hakim untuk menguranginya jika biaya-biaya
itu terlampaui tinggi.
3. Biaya Perawatan dan Pengobatan
Semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang
penghabisan.
4. Upah Buruh
Jumlah uang yang harus dibayar si majikan kepada buruh berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
5. Piutang Bahan Makanan
Piutang karena penyerahan bahan makanan yang diserahkan kepada si
berutang beserta keluarganya selama enam bulan terakhir.
6. Piutang Pengusaha Sekolah
Piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun yang terakhir.
7. Piutang Biaya Perwalian dan Pengampuan
- Piutang anak-anak yang belum dewasa dan piutang orang-orang yang
terampu terhadap wali dan pengampu mereka.
- Tunjangan-tunjangan yang harus dibayar oleh orang tua untuk
pemeliharaan dan pendidikan anak yang belum dewasa (Pasal 1149
BW).
Tingkat hak didahulukan (rangorde)
1. Biaya perkara karena lelang benda tertentu
(privilege khusus Pasal 1139 ayat 1 BW)
2. Biaya perkara yang disebabkan lelang dan
penyelesaian suatu warisan (privilege umum
Pasal 1149 ayat 1 BW)
3. Gadai dan Hipotek
4. Privilege lain
Hak-Hak Istimewa yang Diatur
Dalam Undang-Undang
1. Utang Pajak
“Negara mempunyai hak mendahului untuk utang
pajak atas barang-barang penanggung pajak”
(Pasal 21 ayat 1 UU No.6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum Perpajakan, sebagaimana
terakhir diubah dengan UU No.16 Tahun 2009 
UU KUP).
Pengertian Utang Pajak
Meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa
bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan
pajak (Pasal 21 ayat 2 UU KUP).
Kedudukan Utang Pajak
 Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak
dilunasi (Penjelasan Pasal 21 (1) UU KUP)
 Dalam hal wajib pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi
maka kurator, likuidator, atau orang/badan yang ditugasi untuk
melakukan pemberesan dilarang membagikan harta wajib pajak
yang pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham
atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut untuk
membayar utang pajak wajib pajak tersebut. (Pasal 21 ayat (3a) UU
KUP).
 Hak mendahului hilang setelah melampaui 5 (lima) tahun sejak
diterbitkannya STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan PK yang
menyebabkan jumlah pajak bertambah (Pasal 21(4) UU KUP).
Pengecualian Hak Mendahului
Utang Pajak
 Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu
penghukuman untuk melelang suatu barang
bergerak dan/atau barang tidak bergerak.
 Biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan
barang yang dimaksud; dan/atau
 Biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh
pelelangan dan penyelesaian suatu warisan (Pasal
21 ayat(3) UU KUP).
Upah Pekerja
 Pembayaran upah pekerja didahulukan apabila
perusahaan pailit (Pasal 95 ayat(4) UU Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan  disebut
UU Ketenagakerjaan).
 Pengertian didahulukan ialah dibayar mendahului

utang-utang yang lainnya (Penjelasan Pasal 95 UU


Ketenagakerjaan).
Kelemahan: Tidak secara spesifik menyatakan
tingkatannya lebih tinggi dari gadai dan hipotek
atau hak jaminan kebendaan lainnya.
Kedudukan Upah Pekerja
 Pasal 1149 BW
Upah pekerja termasuk hak istimewa atas semua benda
bergerak dan tidak bergerak pada umumnya (Urutan No.4)
 Putusan Mahkamah Konstitusi No.67/PUU-XI/2013 tanggal 30
Januari 2014
Pembayaran upah pekerja/buruh yang terhutang didahulukan
atas semua jenis kreditur termasuk atas tagihan kreditur
separatis, tagihan hak negara, kantor lelang, dan badan
umum yang dibentuk pemerintah.
 Pembayaran hak-hak pekerja/buruh lainnya didahulukan atas
semua tagihan, kecuali tagihan kreditur separatis.
Pertimbangan Majelis Hakim:
 Upah bekerja/buruh secara konstitusional berdasarkan Pasal
28D ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang oleh karenanya
adalah hak konstitusional pula untuk mendapat perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
 Sedangkan mengenai kewajiban tagihan kepada negara
adalah wajar jika berada diperingkat setelah upah dan hak-
hak pekerja/buruh (seperti uang pesangon, uang
penghargaan atas masa kerja, dan uang penggantian hak
dan seterusnya). Hal ini karena negara mempunyai sumber
pembiayaan lain sedangkan bagi pekerja, upah adalah satu-
satunya sumber mempertahankan hidup bagi diri dan
keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai