Jurding Epistaksis Lydia
Jurding Epistaksis Lydia
Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher
Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya Jakarta
RSUD Syamsudin, S.H., Sukabumi
Periode 22 April – 26 Mei 2019
PENDAHULUAN
Epistaksis adalah masalah yang sangat umum muncul di Rumah
Sakit di Amerika Utara sekitar 1/200 kunjungan di Instalasi
Gawat Darurat di Amerika Serikat
Diperkirakan 60% populasi mengalami 1 episode epistaksis
dalam hidup dan 6% mencari perawatan medis.
Penanganan epistaksis anterior menggunakan :
• Kauterisasi kimia
• Tampon anterior
• Agen pembeku darah
PENDAHULUAN
Tidak ada pedoman pasti penanganan epistaksis di IGD,
tindakan dilakukan sesuai keputusan dokter IGD
Tujuan penelitian :
1. Menilai praktik yang saat ini digunakan di pusat perawatan
tersier di Kanada dalam manajemen epistaksis anterior
2. Mengevaluasi hasil perawatan yang dilakukan.
METODE PENELITIAN
Desain dan Tempat Penelitian
• Penelitian Retrospektif
• Penelitian di lakukan pada Instalasi Gawat Darurat di The
Ottawa Hospital (TOH), Perawatan Tersier di Kanada.
• Periode penelitian : Januari 2012 – Mei 2014.
Partisipan Penelitian
Kriteria Inklusi :
• Pasien dengan diagnosis primer epistaksis di IGD.
Kriteria Eksklusi :
• Pasien epistaksis posterior dan epistaksis posterior & anterior
• Pasien epistaksis karena komplikasi
• Pasien yang meninggal di IGD karena alasan selain epistaksis.
• Pasien yang menerima pengobatan dengan modalitas yang
digunakan pada kasus yang sedikit.
• Pasien yang sudah berada pada instalasi yang berbeda
Alur Pemilihan Partisipan
Metode dan Pengukuran
Modalitas terapi yang digunakan pada penelitian ini :
1. Konservatif (tanpa tindakan)
2. Nasal clip
3. Tampon dengan kasa vaseline
4. Tampon Merocel
5. Floseal, Surgicel, Epistat,
6. Kauterisasi Silver Nitrat
7. Elektrokauterisasi
8. Operasi Endoskopi
9. Embolisasi arteri
Hasil dan Analisis
• Kesuksesan modalitas pengobatan : Pasien dengan diagnosis
epistaksis anterior, yang sudah menerima pengobatan tidak
mengalami kekambuhan dalam 14 hari sejak hari pengobatan.
• Sekunder (90%)
- Faktor Lokal (hidung dan nasofaring)
- Faktor Sistemik
FAKTOR LOKAL
HIDUNG
A. Trauma (mengorek hidung, benturan, pukulan, fraktur nasal)
B. Infeksi akut (rhinitis viral, difteri nasal, akut sinusitis)
C. Infeksi kronik yang menimbulkan krusta (rhinitis atrofi,
rhinitis sicca, tuberculosis, perforasi septal pada sifilis, lesi
granulomatosa pada hidung seperti rhinosporidiosis)
D. Benda asing (rhinolith, serangga)
E. Neoplasma nasal dan sinus paranasal (hemangioma,
papilloma, karsinoma, sarcoma)
F. Perubahan atmosfer (udara kering, cuaca dingin, perubahan
altitude, penyakit Caisson)
G. Deviasi septum nasal
Nasofaring
A. Adenoiditis
B. Juvenile angiofibroma
C. Malignant tumours
FAKTOR SISTEMIK
• Gangguan Kardiovaskular hipertensi, arteriosclerosis,
mitral stenosis, kehamilan (hipertensi dan hormonal)
• Gangguan Hematologi dan Pembuluh Darah anemia
aplastik, leukimia, trombositopenia purpura, hemofilia,
Scurvy, vitamin K defisiensi, telangiectasia hemoragik
herediter
• Gangguan Liver sirosis hepatis (defisiensi faktor II,
VIII, IX dan X)
• Gangguan Ginjal nefritis kronik
• Obat penggunaan berlebihan salisilat dan analgetik lain,
antikoagulan
• Kompresi Mediastinum tumor mediastinum
(peningkatan tekanan vena di hidung)
• Infeksi Sistemik Akut influenza, morbili, chicken
pox, pertusis, demam rheumatik, mononucleosis infeksi,
tifoid, pneumonia, malaria, demam dengue
• Menstruasi
LOKASI EPISTAKSIS
• Little’s area 90% kasus
• Di atas konka media a. ethmoidalis anterior/posterior
(internal carotid system)
• Di bawah konka media a. sfenopalatina
• Kavum nasi posterior darah mengalir langsung ke
faring
• Difus berasal dari septum dan dinding lateral hidung
(sering akibat gangguan sistemik dan hematologi)
• Nasofaring
KLASIFIKASI EPISTAXIS
PATOFISIOLOGI EPISTAXIS
• Perdarahan erosi mukosa dan pembuluh darah yang terpajan
langsung dengan agen pencetus
• Trauma ulserasi mukosa sehingga terjadi perdarahan
• Udara kering dengan kelembaban yang rendah dan obat topikal
hidung mengiritasi mukosa
• Kelainan septum gangguan aliran udara normal pada hidung
sehingga menimbulkan kekeringan dan terjadi epistaksis
• Bakteri, virus, atau allergen respon inflamasi pada hidung
• Arteriosklerosis epistaxis pada orang tua kelemahan
pembuluh darah mengakibatkan malformasi arteri-vena yang
mudah pecah
ANAMNESIS
1. Onset. Timbul spontan atau akibat manipulasi (seperti
mengorek rongga hidung)
2. Durasi dan frekuensi perdarahan
3. Jumlah darah
4. Unilateral atau bilateral
5. Tipe perdarahan anterior atau posterior
6. Riwayat Keluarga
7. Riwayat penyakit sistemik (hypertension, leukaemia, mitral
valve disease, cirrhosis and nephritis)
8. Riwayat Penggunaan Obat (analgesics, anticoagulants)
PEMERIKSAAN FISIK
• Cari sumber perdarahan
• Monitor Tanda Tanda Vital
• Rhinoskopi Anterior
• Rhinoskopi Posterior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah Lengkap
• Rontgen Sinus
• CT-Scan
TATALAKSANA
1. Perbaiki keadaan umum
2. Mencari lokasi perdarahan
3. Menghentikan perdarahan
4. Tatalaksana penyebab utamanya
FIRST AID
• Penekanan kartilago nasal dengan jari 1 dan 2 selama 5 menit
(kompresi Little’s area)
• Duduk tegak dan condong ke depan
• Jangan menelan darah
TAMPON ADRENALIN
• Tampon adrenalin dibuat dengan kassa steril diteteskan dengan
epinefrin 0.5% 1:10.000 ditambah pantokain atau lidokain 2%
• Masukkan tampon ke dalam kavum nasi sebanyak 1-2 buah,
biarkan selama 10-15 menit
• Evaluasi kembali, apakah perdarahan masih berlangsung.
Umumnya, perdarahan berhenti setelah 10-15 menit
pemasangan tampon
KAUTERISASI
• Epistaksis Anterior titik perdarahan dapat dinilai
(menggunakan anestesi topikal)
• Kauter Kimia (AgNO3 25-30%) / Kauter Elektrik
• Pemberian Krim Antibiotik setelah kauterisasi
TAMPON NASAL ANTERIOR
• Kapas atau kassa atau tampon roll (lebar sekitar ½ cm)