Anda di halaman 1dari 9

1.

Merek
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis, definisi merek adalah:

Tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur
tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang
atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Ruang lingkup merek


Merek dagang
adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Merek jasa
adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Sistem perlindungan merek
Merek menganut prinsip teritorial, yang artinya
perlindungan merek hanya berlaku di negara di mana
permohonan paten diajukan dan diberi. Untuk
memperoleh perlindungan merek di wilayah hukum
Indonesia, maka sang inventor harus mengajukan
permohonan merek di Indonesia, dalam hal ini ke
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI). Di
sisi lain merek yang hanya didaftar di Indonesia, tidak
memiliki perlindungan di negara lain.
Merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum
untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran Merek yang bersangkutan dan
jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang. Pasal
35 uu no 22 thn 2016 ttg MIG
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang
menunjukkan daerah asal suatu barang
dan/atau produk yang karena faktor lingkungan
geografis termasuk faktor alam, faktor manusia
atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik
tertentu pada barang dan/atau produk yang
dihasilkan. Pasal 1 ayat 6 uu 22/2016
Rahasia Dagang
Menurut uu No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang(UURD),
khususnya pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
“Rahasia Dagang adalahinformasi yang tidak diketahui oleh
umum di bidang teknologi dan/ atau bisnis,mempunyai nilai
ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijagakerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang
Lingkup dari Rahasia Dagang menurut pasal 2 UU 30 Tahun
2000, disebutkan bahwa lingkup perlindungan Rahasia Dagang
adalah meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode
penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau
bisnis yang memi-liki nilai ekonomi dan tidak diketahui
masyarakan umum. Secara mudah, Rahasia Dagang adalah
segala bentuk informasi yang tidak diungkapkan (undisclosed
informations) yang memiliki nilai ekonomis dan tidak diketahui
oleh masyarakat umum.
Prinsip perlindungan rahasia dagang
• Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan
apabila informasi tersebut sejatinya bersifat rahasia,
mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya
melalui upaya-upaya sebagaimana mestinya.
• Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut
hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak
diketahui secara umum oleh masyarakat.
• Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat
kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan untuk
menjalankan kegiatan usaha yang bersifat komersial
atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.
• Informasi dianggap dijaga kerahasiaannyaapabila
pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
• Bentuk pelanggaran menurut UU Rahasia Dagang
adalah apabila seseorang dengan sengaja
mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari
kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau
tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang
bersangkutan (pasal 13).
• perbuatan yang bukan merupakan pelanggaran
Rahasia Dagang adalah apabila pengungkapannya
didasarkan pada kepentingan pertahanan keamanan,
kesehatan atau keselamatan masyarakat. Selain itu,
tindakan rekayasa-ulang (reverse engineering) atas
produk yang dihasilkan dari penggunaan Rahasia
Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata
untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk
yang bersangkutan adalah juga bukan merupakan
pelanggaran Rahasia Dagang.
• Desain Industri
Selanjutnya, berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang–
Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain
Industri (“UU Desain Industri”), definisi Desain
Industri adalah:
Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna,
atau gabungan daripadanyayang berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan
estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
dimensi atau dua dimensiserta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas
industri, atau kerajinan tangan.
Desain Industri yang Mendapat Perlindungan
Berdasarkan UU No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, pada
Pasal 2 (1), (2) dan (3) dijelaskan bahwa Desain Industri yang
mendapatkan perlindungan adalah :
(1) Hak Desain Industri diberikan untuk Desain Industri yang
baru.
(2) Desain Industri dianggap baru apabila pada tanggal
penerimaan, Desain Industri tersebut tidak sama dengan
pengungkapan yang telah ada sebelumnya.
(3) Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) adalah pengungkapan Desain Industri yang sebelum :
a. Tanggal penerimaan, atau
b. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan Hak
Prioritas.
c. Telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar
Indonesia.
Desain industri terdaftar mendapatkan perlindungan hukum
untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran desain industri.
UU No 31 Tahun 2000 pada pasal 3 menjelaskan bahwa, suatu Desain Industri
tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sebelum Tanggal Penerimaannya, Desain Industri tersebut :
a. Telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun internasional
di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi; atau
b. Telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam rangka percobaan
dengan tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan.
Berdasarkan penjelasan pada Pasal 3 UU No 31 Tahun 2000, pemilik Desain
Industri masih bisa untuk mempertunjukan karya Desain Industrinya dalam
kegiatan pameran nasional maupun internasional di Indonesia atau luar
negeri, serta Desain Industri tersebut telah digunakan di Indonesia oleh
Pendesainnya dalam rangka pendidikan, penelitian, atau pengembangan.
Dengan adanya kelonggaran batasan waktu 6 bulan ini, memberikan
kesempatan kepada pemilik Desain Industri untuk mengembangkan
Desainnya lebih lanjut, serta untuk melakukan riset pengembangan pada
Desain Industrinya, sebelum Desain Industrinya tersebut di buat secara masal
dan didaftarkan perlindungan Desain Industrinya. Dengan demikian, pemilik
Desain Industri akan memperoleh keyakinan bahwa sebuah Desain Industri
yang akan didaftarkan tersebut memiliki nilai ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai