Anda di halaman 1dari 32

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

TUGAS AGAMA PRESENTASI UKB 8


NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. Andi Afdu B. (07)
2. Maulana Zidane (19)
3. Najad Amar M. (25)
4. Novareza (26)
5. Tantyo Dharmawan (34)
SUMBER
HUKUM
ISLAM
Al-Quran dan Hadis adalah Pedomanku
SUMBER HUKUM ISLAM
PEDOMAN HIDUPKU

• Sumber-sumber hukum Islam atau dalil syar'i, adalah rujukan pengambilan keputusan untuk menghukumi suatu perbuatan (misal,
wajib) dalam syariat Islam dengan cara yang dibenarkan.

• Semua hukum perbuatan dalam Islam selalu merujuk kepada empat macam rujukan yang disepakati oleh mayoritas kaum muslimin
(dari yang paling utama): Alquran, sunnah, ijmak, dan qiyas. Penetapan empat sumber hukum ini tertera dalam firman Allah dalam
Surah An-Nisa’ .

• Sumber adalah rujukan dasar atau asal muasal. Sumber yang baik adalah sumber yang memiliki sifat dinamis dan tidak pernah
mengalami kemandegan. Sumber yang benar bersifat mutlak, artinya terhindar dari nilai kefanaan.

• Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan atau dasar yang utama dalam pengambilan hukum Islam. Sumber hukum Islam,
artinya sesuatu yang menjadi pokok dari ajaran islam. Sumber hukum Islam bersifat dinamis, benar, dan mutlak, serta tidak pernah
mengalami kemandegan, kefanaan, atau kehancuran.

Jadi ada 3 sumber-sumber hukum Islam yaitu :

1. Al Quran
2. Sunnah/Hadits Rasulullah SAW
3. Ijtihad (dengan cara Ijma/mufakat dan Qiyas/Analogi)
AL-QURAN
• Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang utama dan menjadi dasar dari keseluruhan struktur Islam. Al Qur’an
memiliki otoritas tertinggi jika berhubungan dengan prinsip-prinsip Islam.

• Artinya, semua hukum-hukum islam yang lain apabila bertentangan dengan Al Qur’an maka akan menjadi gugur dan tidak
dapat digunakan sebagai landasan hukum.

• Hukum-hukum Islam yang lain yaitu hadist Rasulullah SAW dan Ijtihad yang dilakukan para sahabat atau ulama secara
langsung dan tidak langsung berasal dari ajaran Al Quran.

• Al Qur’an juga merupakan wahyu-wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
Setiap umat Islam memiliki kewajiban untuk senantiasa berpegang teguh kepada ajaran-ajaran yang ada dalam Al Qur’an
agar menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT, dengan menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan
segala yang dilarang-Nya.
• Kandungan Al Qur’an sesungguhnya terdiri dari berbagai pedoman dasar untuk kemaslahatan kehidupan umat
manusia.

Secara garis besar kandungan Al Qur’an sebagai sumber hukum islam yang utama, terdiri dari 4 macam tuntunan bagi
umat manusia yaitu :

1. Tuntunan yang berkaitan dengan keimanan/akidah, yaitu ketetapan yang berkaitan dengan iman kepada Allah
SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar
2. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak, yaitu ajaran agar orang muslim memilki budi pekerti yang baik serta etika
kehidupan.
3. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah, yakni shalat, puasa, zakat dan haji.
4. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam masyarakat
KEDUDUKAN AL-QURAN
• Al Quran merupakan sumber hukum yang pertama dalam Islam dan memiliki kedudukan sangat tinggi sehingga semua
penyelesaian persoalan harus merujuk dan berpedoman kepadanya. Berbagai persoalan yang tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat harus diselesaikan dengan berpedoman pada Al Quran.

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam


Surah An Nisa [4] ayat 59 sebagai berikut.
Dalam hukum Islam, Al-Quran merupakan sumber hukum yang pertama dan utama, tidak boleh
ada satu aturan pun yang bertentangan dengan Al-Quran, sebagaimana firman Allah dalam
Surah An-Nisa [4] ayat 105 berikut.
Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah bersabda sebagai berikut.

• Al Quran merupakan sumber hukum pertama yang dapat mengantarkan umat manusia menuju kebahagiaan hidup di dunia maupun
di akhirat. Al Quran akan membimbing manusia ke jalan yang benar.

• Al Quran sebagai Asy-Syifa merupakan obat penawar yang dapat menenangkan dan menentramkan batin. Al Quran
sebagai An Nur merupakan cahaya yang dapat menerangi manusia dalam kegelapan. Al Quran sebagai Al Furqon
merupakan sumber hukum yang dapat membedakan antara yang hak dan batil.

• Selain itu, Al Quran sebagai Al Huda merupakan petunjuk ke jalan yang lurus. Al Quran juga merupakan rahmat
bagi orang yang selalu membacanya.
ISI KANDUNGAN AL-QURAN
1. Segi Kuantitas

Al Quran terdiri dari 30 Juz, 114 surat, 6.236 ayat, 323.015 huruf dan 77.439 kosa kata.

2. Segi Kualitas

Isi pokok Al Qur’an (ditinjau dari segi hukum) terbagi menjadi 3 (tiga) bagian:

1. Hukum yang berkaitan dengan ibadah: hukum yang mengatur hubungan rohaniyah dengan Allah SWT dan hal –
hal lain yang berkaitan dengan keimanan. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam.
2. Hukum yang berhubungan dengan Amaliyah yang mengatur hubungan dengan Allah, dengan sesama dan alam
sekitar. Hukum ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syariat. Ilmu yang mempelajarinya disebut
Ilmu Fiqih.
3. Hukum yang berkaitan dngan akhlak. Yakni tuntutan agar setiap muslim memiliki sifat – sifat mulia sekaligus
menjauhi perilaku – perilaku tercela.
Bila ditinjau dari Hukum Syara terbagi menjadi dua kelompok:

1. Hukum yang berkaitan dengan amal ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah dan sebagainya yang berkaitan
dengan hubungan manusia dengan tuhannya.
2. Hukum yang berkaitan dengan amal kemasyarakatan (muamalah) seperti perjanjian perjanjian, hukuman (pidana),
perekonomian, pendidikan, perkawinan dan lain sebagainya.

Hukum yang berkaitan dengan muamalah meliputi:

1. Hukum yang berkaitan dengan kehidupan manusia dalam berkeluarga, yaitu perkawinan dan warisan.
2. Hukum yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu yang berhubungan dengan jual beli (perdagangan), gadai-menggadai,
perkongsian dan lain-lain. Maksud utamanya agar hak setiap orang dapat terpelihara dengan tertib.
3. Hukum yang berkaitan dengan gugat menggugat, yaitu yang berhubungan dengan keputusan, persaksian dan sumpah.
4. Hukum yang berkaitan dengan jinayat, yaitu yang berhubungan dengan penetapan hukum atas pelanggaran pembunuhan dan
kriminalitas.
5. Hukum yang berkaitan dengan hubungan antar agama, yaitu hubungan antar kekuasan Islam dengan non-Islam sehingga
tercpai kedamaian dan kesejahteraan.
6. Hukum yang berkaitan dengan batasan pemilikan harta benda, seperti zakat, infaq dan sedekah.
FUNGSI & TUJUAN AL-QURAN
Fungsi turunnya al Qur`an :

1. Sebagai petunjuk ( hudan ) bagi umat manusia.

2. Sebagai rahmat atau keberuntungan dari Allah dalam bentuk kasih sayang-Nya untuk umat manusia.

3. Sebagai pembeda ( furqon ) antara yang baik dan buruk, halal haram, salah benar, dan sebagainya.

4. Sebagai pengajaran yang akan mengajarkan dan membimbing umat dalam kehidupan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

5. Sebagai berita gembira bagi orang yang telah berbuat baik kepada Allah dan semua manusia.

6. Sebagai penjelasan ( tibyan ) atau yang menjelaskan terhadap sesuatu yang disampaikan Allah.

7. Sebagai pembenar ( mushaddiq ) terhadap kitab yang sebelumnya ( Taurat, Zabur, Injil ) sebelum adanya perubahan terhadap isi kitab tersebut.

8. Sebagai cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia menuju jalan keselamatan.

9. Sebagai tafsil, yaitu memberi penjelasan secara rinci sehingga dapat dilaksanakan sesuai yang dikehendaki Allah.

10.Sebagai syifau al shudur, yaitu obat rtohani yang sakit.

11.Sebagai hakim, yaitu sumber kebijaksanaan.


HADIS
• Menurut para ahli, hadis identik dengan sunah, yaitu segala perkataan, perbuatan, takrir (ketetapan), sifat, keadaan, tabiat
atau watak, dan sirah (perjalanan hidup) Nabi Muhammad SAW, baik yang berkaitan dengan masalah hukum maupun
tidak, namun menurut bahasa, hadis berarti ucapan atau perkataan.

• Adapun menurut istilah, hadis adalah ucapan, perbuatan, atau takrir Rasulullah SAW yang diikuti (dicontoh) oleh umatnya
dalam menjalani kehidupan.

• Jadi, Hadis merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan
(taqrir). Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Qur’an. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati
hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.
KEDUDUKAN HADIS

• Sebagai sumber hukum Islam, kedudukan hadis setingkat di bawah Al Quran. Allah berfirman dalam Surah Al Hasyr [59] ayat
7 sebagai berikut.

• Selain itu, hadis yang diriwayatkan Imam Malik dan Hakim menyebutkan bahwa Rasulullah meninggalkan dua hal yang jika
berpegang teguh kepada keduanya manusia tidaka akan tersesat. Dua hal tersebut, yaitu Al Quran dan Sunnah Rasulullah
SAW atau Hadis.

• Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al Quran. Dalam perkembangan dunia yang serba global ini, berbagai
ketidakpastian selalu menerpa kehidupan umat manusia sehingga banyak orang yang bingung dan menemui kesesatan.
• Rasulullah SAW sudah mengantisipasinya dengan menurunkan atau mewasiatkan dua pusaka istimewa, yaitu Kitabullah (Al
Quran) dan Suanah (hadis).

• Barangsiapa yang memegang teguh kedua pusakan tersebut, dia akan selamat di dunia dan di akhirat. Manusia yang
berpedoman kepada hadis akan selamat. Maksudnya, ia senantiasa menjalankan kehidupan ini sesuai dengan Al Quran dan
hadis Rasulullah SAW .

• Al quran sudah dijamin kemurniannya oleh Allah. Namun, tidak demikian dengan hadis. Oleh karena itu, sampai saat ini Anda
mengenal adanya hadis sahih (benar) dan hadis maudu’ (palsu).

• Berbeda dengan Al Quran yang sempai saat ini tidak ada pembagian ayat sahih dan ayat maudu’, karena semua ayat dalam
Al Quran adalah benar.
FUNGSI HADIS

Fungsi hadis terhadap Al Quran dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Menjelaskan ayat-ayat Al Quran yang bersifat umum. Contohnya, dalam Al Quran terdapat ayat tentang shalat. Ayat
tersebut dijelaskan oleh hadis sebagai berikut : “Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat”.
2. Memperkuat pernyataan yang ada dalam Al Quran. Contohnya, dalam Al Quran ada ayat sebagai berikut : “Barangsiapa
di antara kamu yang melihat bulan maka berpuasalah”. Ayat tersebut diperkuat olah hadis Rasulullah sebagai berikut :
“Berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihat bulan”.
3. Menerangkan maksud dan tujuan ayat. Contohnya, dalam Surah At Taubah [9] ayat 34 dikatakan : “Orang-orang yang
menyimpan emas dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah, gembirakanlah mereka degan azab yang
pedih.” Ayat tersebut dijelaskan oleh hadis berikut : “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-
hartamu yang sudah dizakati.”.
4. Menerapkan hukum atau aturan yang tidak disebutkan secara zahir dalam Al Quran.

Sebagai sumber hukum islam yang kedua, hadist Nabi memiliki tiga fungsi yaitu :

1. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam Al Quran


2. Menetapkan hukum yang belum ditetapkan dalam Al Quran
3. Memberikan rincian serta penjelasan dari prinsip-prinsip atau tuntunan Islam yang ada dalam Al Qur’an dan masih
bersifat umum. Segala hal yang masih bersifat umum dan tidak dijelaskan secara rinci dalam Al Qur’an dapat kita
peroleh melalui sunnah/hadist Rasulullah SAW.
MACAM-MACAM HADIS
Diriwayatkan dari segi banyak sedikitnya orang yang meriwayatkan (perawi), hadis dibagi menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.

1. Hadis Mutawatir
Hadis Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak sahabat. Kemudian, diteruskan oleh generasi
berikutnya yang tidak memungkinkan mereka sepakat untuk berdusta. Hal ini disebabkan banyaknya orang yang
meriwayatkannya.

2. Hadis Mayhur
Hadis Mayhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih yang tidak mencapai derajat
mutawatir. Namun, setelah itu tersebar dan diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’in yang mencapai derajat
mutawatir sehingga tidak memungkinkan jumlah tersebut akan sepakat berbohong.

3. Hadis Ahad
Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang saja, sehingga tidak mencapai derajat
mutawatir.
Ditinjau dari segi kualitas perawinya, hadis dapat dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut.

1. Hadis Shaih
Hadis Shaih adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat hafalannya, tajam penelitiannya,
sanad yang bersambung, tidak cacat, dan tidak bertentangan dengan riwayat orang yang lebih terpercaya.

2. Hadis Hasan
Hadis Hasan adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi kurang kuat ingatannya, sanad-
nya bersambung, tidak cacat, dan tidak bertentangan.

3. Hadis Da’if
Hadis Da’if adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dipenuhi hadis sahih atau hasan.

4. Hadis Maudu’
Hadis Maudu’ adalah hadis palsu yang dibuat orang atau dikatakan orang sebagai hadis, padahal bukan
hadis.
IJTIHAD

• Kata ijtihad berasal dari kata ijtahada-yajtahidu-ijtihadan yang berarti mengerahkan segala kemampuan
untuk menanggung beban. Menurunkan bahasa, ijtihadd aritinya bersunggu-sunggu dalam mencurahkan
pikiran.

• Adapun menurut istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-
sunggu untuk menetapkan suatu hukum.Oleh karena itu, tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur
kesulitan di dalam suatu perkerjaan.

• Secara terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mencari syariat melalui
metode tertentu.
SYARAT BER-IJTIHAD

• Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan akal pikiran yang sehat serta jernih, dengan
berpedoman kepada tata cara penetapan hukum dan prinsip-prinsip islam yang telah ditetapkan
sebelumnya.

• Untuk itu dalam melakukan Ijtihad seseorang haruslah memiliki beberapa persyaratan wajib yang akan
menjadi landasan ilmu dan hukum ketika melakukan proses ijtihad yaitu :

1. Memliki pengetahuan yang luas dan mendalam.


2. Memiliki pemahaman mendalam tentag Bahasa Arab, Ilmu tafsir ,usul fikih, dan tarikh (Sejarah).
3. Memahami cara merumuskan hokum (istinbat).
4. Memiliki keluhuran akhlak mulia.
KEDUDUKAN IJTIHAD

• Ijtihad merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah Al Quran dan Hadis. Ijtihad dilakukan jika suatu
permasalahan sudah dicari dalam Al Quran maupun hadis, tetapi tidak ditemukan hukumnya.

• Namun, hasil ijtihad tetap tidak bleh bertentangan dengan Al Quran maupun hadis. Orang yang
melakukan ijtihad (mujtahid) dengan benar, dia akan mendapat dua pahala. Adapun jika ijtihadnya slalah,
dia tetap mendapatkan satu pahala.

• Ijtihad dalam kehidupan modern memang sangat diperlukan mengingat dinamika kehidupan masyarakat
yang selalu berkembang sehingga persoalan yang dihadapi pun semakin kompleks.
Berkaitan dengan hal tersebut
Rasulullah SAW bersabda.

Artinya :
Dalam hadis riwayat Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah
SAW bersabda sebagai berikut.

Artinya :
• Ijtihad dilakukan jika ada suatu masalah yang harus diterapkan hukumnya, tetapi tidak dijumpai dalam Al
Quran maupun hadis. Meskipun demikian, ijtihad tidak bisa dilakukan oleh setiap orang, tetapi hanya
orng-orang yang memenuhi syarat yang boleh berijtihad.

• Orang yang berijtihad harus memiliki syarat sebagai berikut :

1. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam;

2. Memiliki pemahamaan mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan tarikh (sejarah);

3. Harus mengenal cara meng-istimbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas;

4. Memiliki akhlaqul qarimah.


BENTUK IJTIHAD

Bentuk ijtihad dapat dikelompokkan menjadi tida macam, yaitu sebagai berikut.

1. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama mujtahid dalam memutuskan suatu perkara atau hukum. Ijama
dilakukan untuk merumuskan suatu hukum yang tidak disebutkan secara khusus dalam kitab Al Quran dan
Sunah.

2. Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu maslah yang belum ada kedudukan hukumnya dengan maslah
lama yang pernah karena ada alasan yang sama.

3. Maslahah Mursalah
Maslahah Mursalah merupakan cara dalam menetapkan hukum yang berdasarkan atas pertimbangan
kegunaan dan manfaatnya.
• Dilihat dari prosesnya, ijtihad dapat dibagai menjadi dua. Pertama, ijtihad insya’i yang dilakukan oleh
seseorang untuk menyimpulkan hukum mengenai peristiwa baru yang belum pernah diselesaikan oleh
hujtahid sebelumnya.

• Kedua, ijtihad tarjihi atau ijtihad intiqa’i yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
memilih pendapat para mujtahidin terdahulu mengenai masalah tertentu. Kemudian, menyelesaikan
pendapat mana yang memiliki dalil lebih kuat serta relevan dengan kondisi saat ini.
PEMBAGIAN HUKUM ISLAM

• Ulama usul fiqh membagi hukum menjadi dua bagian besar, yaitu hukum taklifi dan hukum wad’i. Hukum
taklifi adalah tuntunan Allah SWT yang berkaitan dengan perintah melakukan atau larngan melakukan
suatu perbuatan.

• Adapun hukum wad’i adalah perintah Allah SWT yang mengandung pengertian bahwa terjadinya sesuatu
merupakan sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu.

• Hukum taklifi dibagi menjadi lima yang kemudian dinamakan al ahkam al khamsah (hukum yang lima),
yaitu sebagai berikut.
1. Wajid
Wajid ialah aturan yang harus dikerjakan dengan ketentuan jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika
tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa. Misalnya, Allah SWT mewajibkan shalat fardu dan puasa (saum)
Ramadhan, orang tersebut akan mendapat pahla.
Adapun jika tidak melaksanakan, ia akan mendapat dosa.

2. Sunnah
Sunnah ialah aturan yang bersifat anjuran. Jika orang melaksanakan anjuran tersebut, ia mendapat pahala.
Adapun jika tidak melaksanakan anjuran tersebut, ia tidak berdosa.
Misalnya, Allah menganjurkan salat rawatibdan puasa Senin-Kamis. Bagi orang yang melaksanakannya akan
mendapatkan pahala dan bagi orang yang tidak melaksankan tidak mendapat dosa

3. Haram
Haram ialah aturan untuk meninggalkan suatu perbuatan karena hal tersebut dilarang. Bagi orang yang
melanggar larangan tersebut, ia akan mendapat dosa. Adapun bagi orang yang meninggalkan akan mendapat
pahala. Misalnya, Allah mengharamkan meminum minuman keras (khamr).

Bagi orang yang melakukannya akan mendapat dosa dan bagi yang meninggalkannya akan mendapatkan
pahala.
4. Makkruh
Makruh ialah aturan untuk meninggalkan atau menjauhinya. Dengan ketentuan, bagi orang yng mematuhi
aturan tersebut, ia mendapt pahala. Adapun bagi orang yang melanggarnya tidak berdosa. Misalnya, aturan
untuk menjauhi makanan berbau keras atau kuat mislanya (petai atau jengkol).

Bagi orang yang mematuhi anjuran tersebut akan mendapatkan pahala. Adapun bagi orang yang
melanggarnya tidak berdosa.

5. Mubah
Mubah ialah sesuatu yang boleh atau tidak boleh dikerjakan. Jika seseorang mengerjakan perbuatan
tersebut, dia tidak akan mendapat pahala dan dosa. Demikian juga jika orang yang melakukannya, ia juga
tidak akan mendapatkan pahala maupun dosa. Misalnya, seseorang duduk atau tidur.

Bagi orang yang melakukannya tidak mendapat pahala maupun dosa. Demikian pula bagi orang yang tidak
melakukannya tidak juga mendapat pahala maupun dosa.
Hukum wad’i terdiri atas lima unsur, yaitu sebagai berikut.

1. Sebab, misalnya terbenamnya matahari menjadi sebab wajibnya shalat Magrib.

2. Syarat, misalnya wudu adalah syarat sahnya shalat.

3. Penghalang, misalnya hubungan waris dapat terhalang jika ahli waris membuhuh orang yang
mewariskan.

4. Sah, misalnya mengerjakan salat Zuhur setelah matahari tergelincir (sebab), telah berwudu (syarat), dan
tidak hadi (penghalang).

5. Batal, misalnya berbicara ketika mengerjalan shalat.


Terimakasih
Apakah Ada Pertanyaan?
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Anda mungkin juga menyukai