Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ann Felton et al, Basic Guide to Oral Health Education and Promotion 2014
Jill Mason. Concepts in Dental Public Health, 2nd Edition 2010
Ann Felton et al, Basic Guide to Oral Health Education
and Promotion 2014
Peningkatan
Kesehatan
Promosi kesehatan menurut WHO:
Lembaga dan
Kebijakan publik organisasi pemerintah
OTTAWA CHARTER FOR HEALTH PROMOTION
1. Advokasi
2. Enable
3. Mediasi
4. Membangun kebijakan masyarakat sehat
5. Ciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
6. Menguatkan peran komunitas
7. Mengembangkan keterampilan personal
8. Reorientasi pelayanan kesehatan
KOMPONEN-KOMPONEN PROGRAM PROMOSI
KESGIMUL YANG EFEKTIF
Intervensi Edukasi
Intervensi
Pertimbangan dalam memilih
intervensi yang tepat:
Berbagai tindakan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif, atau rehabilitasi yang tujuan
utamanya adalah meningkatkan kesehatan.
Edukasi Harus spesifik terhadap
target audiens!
Contoh:
Atlet profesional adalah teladan yang kuat untuk
remaja. Atlet muda meniru atlet profesional.Ketika Berdampak pada lembaga sosial,
atlet profesional menggunakan tembakau, orang budaya, dan politik.
muda yang ingin menjadi seperti mereka lebih
cenderung menggunakan tembakau. Nilai-nilai dan keyakinan yang berkembang
di lembaga-lembaga besar dan pemerintah
mempengaruhi kebijakan mereka.
FAKTOR PSIKOLOGIS
Kebiasaan Motivasi
• Perilaku merupakan segala kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun
tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo 2007)
• Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001)
• Perilaku mempunyai peranan yang sangat besar terhadap status kesehatan individu, kelompok
maupun masyarakat. (Kartono 2000)
STIMULUS
Jenis Perilaku
Perilaku tertutup terjadi apabila respon dari Perilaku terbuka terjadi apabila respon terhadap
suatu stimulus belum dapat diamati oleh suatu stimulus dapat diamati oleh orang lain.
orang lain secara jelas. Respon seseorang Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
terhadap stimulus ini masih terbatas pada dalam suatu tindakan atau praktik yang dapat
perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dengan mudah diamati oleh orang lain.
dan sikap terhadap stimulus tersebut. Bentuk
covert behavior yang dapat diamati adalah
pengetahuan dan sikap.
Pembentukan Perilaku
• Awareness
• Interest
• Evaluation
• Trial
• Adoption
Faktor – Faktor Mempengaruhi Perilaku
TUJUAN:
Edukasi Kesehatan gigi dan mulut
Merupakan rangkaian informasi, kegiatan, atau pengalaman yang terencana dengan tujuan untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Agar bisa sukses, rencana edukasi kesehatan oral harus bisa memberikan akses dan akomodasi
level dan kebutuhan ilmu dari target
FOKUS
EDUKASI
KESEHATA
N
LANGKAH-LANGKAH DHE:
TRIAL ADAPT
METODE PENYAMPAIAN PESAN
Spesifikasi Metoda
Pemilihan
Penyusunan
Analisis masalah Masukan audiens strategi
pesan
komunikasi
Komunikator Media
Pesan
menyampaikan memindahkan
disampaikan
pesan pesan
Komunikan
Ada Dampak Feedback menerima
pesan
TEKNIK BERKOMUNIKASI KEPADA
PROFESIONAL
Worksheet/
Role playing
survey
Teknik Persiapan Kelebihan Kekurangan
Lecture Membutuhkan Memberikan materi Ahli belum tentu
perkenalan dan secara langsung menjadi guru yang
ringkasan yang jelas Berisikan pengalaman baik
membutuhkan yang menginspirasi target bersifat pasif
pembatasan waktu dan menstimulasi Kesulitan untuk
konten agar efektif pemikiran untuk diskusi menangkap materi
Membutuhkan contoh terbuka Komunikasi 1 arah
dan anekdot berguna untuk grup
besar
Teknik Persiapan Kelebihan Kekurangan
Komunikasi Komunikasi
Komunikasi koersif
informatif persuasif
• Penerima pesan • Penerima dituntut • Komunikasi
hanya tahu isi tidak hanya tahu instruktif
pesan tanpa ada tetapi juga • Penerima pesan
perubahan sikap mengikuti isi dipaksa mengikuti
pesan pesan dengan
sanksi tegas bila
tidak dilakukan
Syarat Komunikasi yang baik
Clear • Pesan memiliki tujuan jelas
Correct • Pesan bebas dari kesalahan tata bahasa sehingga mudah dimengerti
Coherent • Komunikasi yang logis dan masuk akal, pesan sesuai topik
1. Jill Mason. Consepts in dental public health, 2nd ed, 2010. p. 136-145
2. Solhi M, Zadeh DS, Seraj B, Zadeh SF. The application of the health belief
model in oral health education. Iranian J Publ Health, Vol. 39, No.4, 2010, pp.
114-119
LEVELS OF FOCUS IN HEALTH EDUCATION
Maslow’s Hierarchy of
Needs
perilaku baru
Health Belief
Model
individu percaya bahwa ia rentan
Susceptibility
terkena penyakit / kondisi
Pre-Contemplation…
Contemplation…
Stages of Changes
6. Relapse 1. Precontemplation
Kembalinya perilaku lama (X) Masalah <Informasi
(X) Niat Resistant,
unmotivated
2. Contemplation
5. Maintenance ✔️ Masalah
Melanjutkan tindakan ✔️ Niat u/ berubah dlm
Menghindari terjadinya waktu lama
relapse Sadar dari + dan – dari
perubahan
4. Action 3. Preparation/Determination
✔️Praktek tingkah laku ✔️ Rencana berubah
Perubahan perilaku sudah Niatan mengambil tindakan dalam
dilakukan selama 6 bulan. waktu dekat
THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
spirit
PIRAMIDA MI
strategies Resisting the righting reflex
principles
Listen to your patient
Membimbing
Melibatkan
pasien menuju
perencanaan dan
Metode konseling suatu target Membangkitkan
pembangunan
patient-centered : perilaku yang baik motivasi internal
jembatan untuk
mendengarkan utk dengan pasien unutk
perubahan pasien
memahami pasien menanyakan apa berubah
dan komitmen
saja hal yang
pasien.
penting
4 PRINSIP DASAR MI
Express empathy
Tujuan: Membangun hubungan
dokter-pasien yang baik
Develop discrepancy • Penerimaan akan
memfasilitasi perubahan
Roll with resistance • Reflective listening merupakan
hal fundamental
• Reaksi terhadap suatu perilaku dapat bersifat positif maupun negative mampu
mendorong / mencegah terjadinya perubahan perilaku
2. Behavioral Capability
• Definisi: kemampuan seseorang untuk berperilaku berdasarkan atas
pengetahuan dan keahlian
• Manusia belajar dari konsekuensi akibat perilaku mereka, juga berdampak pada
lingkungan mereka
• Aplikasi: memberikan informasi dan pelatihan tentang suatu tindakan
3. Observational Learning
• Definisi: seseorang dapat mengobservasi perilaku orang lain lalu mengikuti
perilaku tersebut.
• Dapat juga bersifat fisik / tampilan seseorang
4. Reinforcements
• Definisi: merupakan respon internal atau eksternal seseorang yang dapat
berdampak pada kelanjutan, atau ketidaklanjutan dari suatu perilaku.
• Dapat berupa positive atau negative, dan dapat self-initiated ataupun di lingkungan
• Teori ini berasumsi bahwa perubahan lingkungan akan langsung berdampak pada
perubahan perilaku manusia, hal ini tidak selalu benar
• Teori ini tidak menjelaskan seberapa jauh pengaruh dari dampak setiap komponen
terhadap perubahan perilaku
• Teori ini sangat focus pada proses pembelajaran, sedangkan masih terdapat faktor
biological dan hormonal yang dapat mempengaruhi perilaku
• Teori ini dapat bersifat luas, akan sulit bila diterapkan seutuhnya
PROMOSI KESEHATAN
Nadine Khalissya
DENGAN FOKUS PBL 1
KOMUNITAS
Promosi Kesehatan dengan Pendekatan
Komunitas
❖ Berfokus pada pengaruh ekonomi, politik, atau faktor-faktor lainnya yang menjadi
aspek dalam perilaku komunitas.
❖ Di dalamnya termasuk upaya promosi kesehatan yang melibatkan pihak pembuat
keputusan (badan pengawas atau legislatif).
❖ Program edukasi yang berfokus pada komunitas memiliki keuntungan dari kekuatan
❖ Teori ini juga menunjukkan bahwa penting untuk mengidentifikasi opini pemimpin masyarakat dan
mendapatkan dukungan mereka terhadap ide dan pengalaman baru. Ketika seorang pemimpin
masyarakat menyajikan kembali informasi yang telah diberikan melalui media massa, kemungkinan
orang akan menerima ide atau praktik baru meningkat.
Diffusion of Innovations Theory (cont’d)
Diffusion of Innovations Theory (cont’d)
Beberapa FAKTOR yang dapat meningkatkan kemungkinan adopsi inovasi:
Relative
Compatibility Complexity
advantage
Trialability Observability
Untuk mengimplementasikan Teori Difusi Inovasi perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
Identifikasi nilai, kebutuhan, kebiasaan, dan pengalaman dari populasi yang menjadi sasaran
Libatkan kelompok dalam mengembangkan dan memberikan umpan balik mengenai ide baru
tersebut.
Buat kegiatan yang memungkinkan orang melihat dan memahami kemungkinan keuntungan untuk
menerima inovasi.
Diffusion of Innovations Theory (cont’d)
❖ Aspek penting lain dari teori ini adalah bahwa memandang komunikasi
sebagai proses dua arah. Ketika satu orang atau kelompok membujuk
populasi sasaran untuk menerima atau mengadopsi suatu ide, komunikasi
berjalan secara timbal balik dalam dua arah.
❖ Saat menerapkan teori ini, semua saluran komunikasi formal dan informal
serta sistem sosial harus diidentifikasi dan digunakan untuk menyebarkan
pengetahuan baru.
Organizational Change Theory / Stage
Theory
Defining the
Initiating action:
problem:
merumuskan
mengetahui dan
kebijakan dan
menganalisis
pedoman/arahan.
masalah.
Implementing Institutionalizing
change: change:
mewujudkan kebijakan perubahan
perubahan ke dalam yang baru terintegrasi
tindakan. ke dalam organisasi.
Tabel berikut menjelaskan teori tahapan dari organizational change (Organizational Change / Stage
Theory).
Konsep
Definisi Aplikasi
Kaluzny & Hernandez (1998) Beyer & Trice (1978)
1. Merasakan tuntutan yang
tidak dipenuhi pada system. Melibatkan manajemen dan
1. Defining the 2. Mencari respon yang Masalah disadari dan
personil lain dalam aktivitas
problem (Awareness memungkinkan. dianalisis; solusi dicari
Stage) 3. Mengevaluasi alternatif. dan dievaluasi. peningkatan kesadaran
4. Memutuskan untuk (awareness-raising activities).
mengadopsi tindakan.
Kebijakan atau arahan Menyediakan konsultasi proses
2. Initiating action 5. Menginisiasi aksi di dalam diformulasikan; sumber untuk menginformasikan pembuat
(Adoption Stage) sistem. daya untuk memulai dan stake holders mengenai apa
perubahan dialokasikan. yang terlibat dalam adopsi.
Inovasi
Menyediakan bantuan pelatihan,
3. Institutionalizing 6. Mengimplementasikan diimplementasikan;
teknis, dan penyelesaian masalah
change perubahan. reaksi terjadi, dan
(problem-solving).
perubahan peran terjadi.
Mengidentifikasi high-level
Kebijakan atau program
champion; bekerja untuk
7. Menginstitusionalisasi berakar dalam
4. Implementing change mengatasi hambatan
perubahan. organisasi; tujuan dan
institusionalisasi, dan menciptakan
nilai baru diinternalisasi.
struktur untuk integrasi.
CONTOH Implementasi Organizational Change Theory / Stage Theory:
❖ Edukator kesgimul pada sebuah instalasi militer yang memberitahukan bahwa mayoritas sikat
gigi manual yang dijual di toko Post Exchange (PX) didesain dengan kurang baik, sikat gigi
kualitas rendah yang desainnya dapat merusak struktur oral.
❖ Edukator meminta kepada manajer PX untuk menyertakan sikat gigi dengan kualitas yang
telah diakui bersamaan dengan sikat gigi yang sudah dijual di pasaran dan dengan cepat
mempelajari bahwa menginisiasi perubahan pada operasi militer sebanding dengan “moving a
mountain.” Merek-merek sikat gigi yang spesifik dipilih, diberi harga, dan diiklankan untuk
dijual.
❖ Ketika sudah terdapat persediaan dan sudah ditawarkan di pasar, pembeli mulai memilih sikat
gigi dari stok baru tersebut. Alhasil, pembeli mulai meminta pilihan barang-barang kesgimul
dan alat self-care lainnya, seperti sikat gigi elektrik yang baru dijual di pasaran.
❖ Karena edukator kesgimul dan manajer PX berkolaborasi, dan konsumen memenuhi,
kebijakan toko baru untuk alat-alat kebutuhan kesgimul menjadi SOP dan sebuah institusi
telah diubah.
Pendekatan Ekologis
PRECEED-PROCEED
Model
STRATEGI
PROMOSI
KESEHATAN
DENGAN
FOKUS
KOMUNITAS
Social Marketing Theory
PRECEED-PROCEED
Model
Model
Precede-
Proceed
Astien Amalia Hidayah
1506668952
• Model PRECEDE-PROCEED dikembangkan oleh Green
dan Kreuter
• Model ini merupakan model perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi program pendidikan dan promosi kesehatan Model Precede-P
roceed
• Pada model PRECEDE-PROCEED, terdapat format untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
masalah, perilaku, serta implementasi program kesehatan
Mason J. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Tujuan Model Precede-Proceed
Mason J. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
PRECEDE
Melihat beberapa faktor yang membentuk status
kesehatan dan membantu perencana memfokuskan
dalam membuat target untuk intervensi. (Membuat
rencana intervensi)
PROCEED
Menampilkan tahapan kebijakan, proses implementasi
serta evaluasi
Mason J. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Penilaian Sosial, Perencanaan
Partisipatif, dan Analisis Situasi
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
• Penilaian sosial merupakan penerapan melalui partisipasi luas
dari berbagai sumber informasi, baik yang objektif maupun
subjektif, yang dirancang untuk memperluas pengertian
masyarakat mengenai aspirasi mereka demi kebaikan bersama
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Penilaian Epidemiologi, Perilaku,
dan Lingkungan
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
A. Penilaian Epidemiologi
Penilaian epidemiologi mencakup:
• identifikasi masalah kesehatan, isu, atau aspirasi
yang menjadi fokus program;
• mengungkap faktor perilaku dan lingkungan yang
paling mungkin mempengaruhi prioritas masalah
kesehatan yang teridentifikasi;
• menerjemahkan prioritas tersebut menjadi tujuan
yang dapat diukur untuk program yang sedang
dikembangkan
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
B. Penilaian Determinan Perilaku Kesehatan
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
C. Penilaian Determinan Lingkungan
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Penilaian Pendidikan dan Ekologi
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
• Setelah memilih faktor perilaku dan lingkungan yang relevan untuk
melakukan intervensi, kerangka kerja mengarahkan perencana untuk
mengidentifikasi faktor pendahulu dan faktor penguat untuk memulai
dan mempertahankan proses perubahan
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Mason J. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Predisposing Enabling
(Faktor
REINFORCING
(Faktor
(Faktor Penguat)
Predisposisi) Pendukung)
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
• Pada fase 4, perencana memilih dan menyelaraskan komponen program (yaitu intervensi) d
engan faktor penentu prioritas perubahan yang telah diidentifikasi sebelumnya
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sumber daya, hambatan organisasi dan fasilitator,
dan kebijakan yang dibutuhkan untuk implementasi dan keberlanjutan program
Pertama, pada tingkat makro, sistem organisasi dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi hasil yang diinginkan harus dipertimbangkan
Kedua, pada tingkat mikro, fokusnya adalah pada individu, rekan kerja, keluarga, dan
orang lain yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan individu atau masyarakat yang d
ituju secara langsung
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
Implementasi dan Evaluasi
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
• Pada tahap ini, program promosi kesehatan sudah siap untuk
diimplementasikan (Tahap 5).
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
CONTOH KASUS
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass; 2008.
1. Mason J. Concepts in Dental Public Health.
2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins;
2010.
Referensi 2. Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health
Behavior and Health Education Theory,
Research, and Practice. 4th ed. Jossey-Bass;
2008.
3. Green LW. Health Program Planning: An
Educational and Ecological Approach. 4th
ed. McGraw-Hill, 2004.
Oral Health Literacy
DESTRI SHOFURA G
1506669021
Health literacy
derajat dimana setiap individu memiliki kemampuan untuk
memperoleh, memproses, dan mengerti informasi kesehatan dasar serta
pelayanan yang dibutuhkan untuk menentukan keputusan kesehatan
yang sesuai. (Health People, 2010)
interaksi antara kemampuan individu & permintaan dari sistem
pelayanan kesehatan (IOM Report 2004)
Functional
• Kemampuan yang memungkinkan individu untuk membaca informed consent, medical
labels, dan informasi pelayanan kesehatan
• Memahami informasi yang diberikan secara lisan/tulisan oleh tenaga medis dan untuk
Literacy bertindak sesuai arahan
• Contoh: obat secara benar, self-care dirumah, mengikuti jadwal pertemuan
empowerment •
serta melibatkan setiap individu dalam:
Mengerti hak sebagai pasien & kemampuannya mengarahkannya melalui sistem
pelayanan kesehatan
Bertindak sebagai consumer yang telah menerima informasi tentang risiko kesehatan
dari produk & service serta mengenai pilihan tenaga kesehatan
Bertindak secara individu atau berkelompok untuk meningkatkan kesehatan melalui
sistem politik (voting, advokasi) atau keanggotaan gerakan sosial.
3 Level Menurut Nutbeam
2. Interaktif kemampuan kognitif yang lebih lanjut & kemampuan sosial yang
memungkinkan partisipasi aktif dalam layanan kesehatan
3. Kritis kemampuan untuk menganalisis secara kritis & menggunakan informasi untuk
berpartisipasi dalam tindakan yang mengalahkan batasan struktural terhadap kesehatan
Faktor yang mempengaruhi
1. Kemampuan berkomunikasi
Health literacy bergantung pada kemampuan berkomunikasi antara
consumer dan provider (dalam hal ini: pasien dan tenaga medis)
Kemampuan berkomunikasi termasuk literacy skills membaca,
menulis, menghitung, berbicara, mendengar & memahami
Bersifat spesifik terhadap situasi tertentu baik untuk pasien dan
tenaga medis
2. Pengetahuan tentang topic kesehatan
Health literacy bergantung pada pengetahuan consumer dan provider (dalam hal ini: pasien
dan tenaga medis) mengenai topic kesehatan
Tenaga medis yang tidak update dengan ilmu terkini mengenai kesehatan tidak bisa memberi
informasi & pengetahuan yang akurat serta layanan berbasis evidence based untuk pasiennya
Pasien dengan pengetahuan yang terbatas/tidak akurat mengenai tubuhnya dan penyebab
penyakitnya bisa tidak:
o Mengerti tentang hubungan antara faktor lifestyle (diet & exercise atau oral hygiene &
kontrol diabetes)
o Menyadari ketika mereka butuh perawatan
o Memiliki informasi preventif yang mutakhir
3. Budaya dan sosial mempengaruhi individu dalam:
Suasana kesehatan tidak biasa dibandingkan dengan konteks lain karena stress yang
mendasarinya atau faktor akibat rasa takut
Suasana kesehatan dapat melibatkan kondisi-kondisi tertentu cacat fisik/mental akibat
penyakit tertentu
Situasi kesehatan kadang baru, tidak familiar, mengintimidasi dan melelahkan
Beberapa fasilitas kesehatan memiliki staff tertentu yang kurang empati (not user friendly) dan
terkadang memiliki berbagai pembatas untuk pasien
Referensi
1. Horowitz, A. and Kleinman, D. (2008). Oral Health Literacy: The New Imperative to Better Oral
Health. Dental Clinics of North America, 52(2), pp.333-344.
2. WHO. http://www.who.int/healthpromotion/conferences/7gchp/Track1_Inner.pd
3. Hongal S, Torwane NA, Goel P, Chandrashekar BR, Jain M, Saxena E, Assessing the oral health
literacy: A review, Int J Med Public Health 2013; 3: 219-24. Available at:
http://www.ijmedph.org/text.asp?2013/ 3/4/219/123406
ORAL HEALTH
LITERACY
DIMENSI ORAL HEALTH LITERACY
Torwane N, Saxena E, Hongal S, Goel P, Chandrashekar B, Jain M. Assessing the oral health literacy: A review.
International Journal of Medicine and Public Health. 2013;3(4):219.L
FAKTOR & KONTEKS YANG MEMPENGARUHI
HEALTH KNOWLEDGE, DECISION DAN ACTIONS
Akses
Kemampuan
Pengetahuan
Disabilitas
Dickson-Swift V, Kenny A, Farmer J, Gussy M, Larkins S. Measuring oral health literacy: a scoping review of
existing tools. BMC Oral Health. 2014;14(1).
Horowitz, A. M., and D.V. Kleinman. 2012. Creating a health literacy-based practice. Journal of the California
Dental Association 40(4):331-340
ADAPTASI UNTUK MENGUKUR ORAL
HEALTH LITERACY
Dickson-Swift V, Kenny A, Farmer J, Gussy M, Larkins S. Measuring oral health literacy: a scoping review of
existing tools. BMC Oral Health. 2014;14(1).
Horowitz, A. M., and D.V. Kleinman. 2012. Creating a health literacy-based practice. Journal of the California
Dental Association 40(4):331-340
TOFHLID (TEST OF FUNCTIONAL
HEALTH LITERACY IN DENTISTRY)
Merupakan adaptasi dari ToFHLA. Terdiri dari bagian pemahaman bacaan (68 item) dan bagian
angka-angka (12 item).Validasi awal ToFHLiD menunjukkan reliabilitas internal yang rendah namun
validitas konvergen yang kuat karena skor ToFHLiD sangat berkorelasi dengan nilai REALD-99.
Selain itu, ToFHLiD mampu membedakan antara dental dan health literacy. Karena keterbatasan
tersebut, maka instrumen ini sering digunakan dengan instrumen lain yang dirancang untuk
mengukur tingkat oral health literacy.
Dickson-Swift V, Kenny A, Farmer J, Gussy M, Larkins S. Measuring oral health literacy: a scoping review of
existing tools. BMC Oral Health. 2014;14(1).
Horowitz, A. M., and D.V. Kleinman. 2012. Creating a health literacy-based practice. Journal of the California
Dental Association 40(4):331-340
Dickson-Swift V, Kenny A, Farmer J, Gussy M, Larkins S. Measuring oral health literacy: a scoping review of
existing tools. BMC Oral Health. 2014;14(1).
Horowitz, A. M., and D.V. Kleinman. 2012. Creating a health literacy-based practice. Journal of the California
Dental Association 40(4):331-340
SEMENTARA ITU, UNTUK MENGETAHUI KINERJA TIM TENAGA KESEHATAN
DAL AM MENANGANI PASIEN, DAPAT DIGUNAK AN KUISIONER YANG
DIKEMUK AK AN OLEH MAKOUL DAN KOLEGA SEBAGAI BERIKUT
SELANJUTNYA …
Meninjau kembali apakah
Membuat update berkala
lingkungan klinik sudah
dan juga EBD dari prosedur
mendorong terciptanya
preventif untuk tim tenaga
komunikasi yang aktif antara
kesehatan
LANGKAH
Peer Self
evaluation evaluation
METODE EVALUASI
Ada beberapa variasi metode evaluasi yang dapat digunakan dan tidak ada
kriteria pemilihan evaluasi yang jelas, namun perlu diingat untuk
mengkorelasikan metode evaluasi yang dipilih dengan tujuan dan objektif,
serta dapat ditunjukkannya pencapaian studi.
QnA Session with patient
• visual evaluation
Questionaire
Menjalin kemitraan
Desentralisasi
Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Community Leader
Community Organization
Community Fund
Community Knowledge
Community Techonology
Indikator Outcome
TUJUAN KHUSUS
Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran, adanya ketertarikan atau
peminatan atau tanpa penolakan, adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan
untuk membantu dan menerima perubahan, adanya tindakan/perbuatan/kegiatan yang
nyata (yang diperlukan), dan adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan).
SOCIAL ECOLOGICAL FRAME WORK
THE INDIVIDUAL LEVEL : INFORMING PATIENTS
1. Memilih rencana kesehatan atau penyedia layanan kesehatan
2. Mempelajari penyakit dan opsi perawatan
3. Mencegah medical error dan meningkatkan partisipasi dalam
membuat keputusan terkait perawatan
4. Memahami pengalaman pasien karena mereka menghadapi
penyakit tertentu
THE INTERPERSONAL LEVEL: SUPPORTING AND
EMPOWERING
• Fokus pada interaksi interpersonal yang mendukung kesehatan seperti
pemberian saran, dukungan emosional, dan ketersedian sumber daya
serta bantuan lain.
• Dalam kasus advokasi pasien, hubungan interpersonal yang paling
relevan berasal dari anggota keluarga dan teman, penyedia pelayanan
kesehatan, dan pasien lain yang memiliki keadaan yang sama.
• Usaha advokasi pada level ini dilakukan untuk menghubungkan pasien
dengan orang lain yang dapat sangat membantu mereka serta
meningkatkan kualitas komunikasi dan dukungan yang diberikan.
THE ORGANIZATIONAL AND COMMUNITY LEVELS:
TRANSFORMING CULTURE
• Memiliki sasaran intervensi pada level makro. Pada advokasi pasien,
organisasi yang menetapkan patient centeredness dan keamanan
pelayanan kesehatan adalah rumah sakit, asosiasi profesional, sekolah
medis atau ilmu kesehatan lain, dan organisasi komunitas terkait
advokasi.
• Organisasi-organisasi ini memiliki peran dalam memerintah bagaimana
dan dimana pelayanan kesehatan dilakukan termasuk siapa saja yang
berpartisipasi dalam proses pemberian dan penerimaan pelayanan.
• Secara umum, organisasi-organisasi ini bertanggungjawab dalam
membangun budaya yang dapat mendukung ataupun tidak dalam patient
centeredness, patient safety, dan patient involvement.
THE POLICY LEVEL: TRANSLATING CONSUMER VOICE
INTO POLICY AND LAW
• Dalam advokasi pasien, kebijakan penting adalah yang (1) mengkontrol akses pelayanan (2)
meregulasi organisasi pelayanan kesehatan dan (3) melindungi konsumen pelayanan
kesehatan.
TAMBAHAN:
ADVOKASI MENURUT KEMENKES
JENIS ADVOKASI KESEHATAN
• Advokasi Reaktif: apabila sasaran advokasi sudah merasakan
adanya masalah penting yang harus diatasi.
5. Negosiasi
• Negosiasi merupakan metode advokasi yang bertujuan untuk menghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa masing-
masing pihak mempunyai kepentingan yang sama tentang upaya mengatasi
permasalahan kesehatan, sekaligus menyatukan upaya mencapai kepentingan
tersebut.
• Cara melakukan negosiasi adalah dengan jalan kompromi, akomodasi, dan
kolaborasi.
6. Paparan (Presentasi)
• Paparan atau presentasi merupakan metode advokasi yang sering
dipergunakan.
• Materi paparan adalah isu strategis tentang masalah kesehatan yang
disampaikan dalam bahasa yang baik, cukup menyentuh, efektif, tidak
berbelit-belit, dapat dimengerti dan dipahami dengan cepat dan jelas.
7. Seminar
• Seminar merupakan salah satu metode advokasi yang membahas isu
strategis secara ilmiah yang dilakukan bersama beberapa pejabat publik
sebagai sasaran advokasi.
• Seminar biasanya diikuti 20 sampai 30 orang peserta yang dipimpin oleh
seorang pakar dalam bidang yang dibahas/diseminarkan.
• Tujuan seminar untuk mendapatkan keputusan atau rekomendasi terhadap
upaya pemecahan masalah tertentu yang merupakan hasil kesepakatan
dalam pembahasan bersama semua peserta.
8. Studi Banding
• Mengajak sasaran advokasi mengunjungi suatu daerah yang baik maupun yang
kurang baik kondisinya. Melalui kegiatan ini, mereka dapat mempelajari secara
langsung permasalahan yang ada.
• Teknik ini diarahkan untuk dapat memberikan gambaran maupun informasi yang
kongkrit kepada sasaran advokasi, sehingga sasaran advokasi dapat melakukan
analisa dan menetapkan langkah – langkah untuk mengatasi permasalahan yang
ada serta mempunyai gambaran terhadap dukungan yang harus diberikan.