Anda di halaman 1dari 16

Teori Akuntansi Keuangan

MOTIVASI MANAJEMEN LABA

 Penawaran saham perdana/IPO


Motivasi pasar
 Seasoned equity offering/SEO
 Transaksi/peristiwa lain (management
modal buyout, kebijakan multi papan, disclosure,
mekanisme GCG, dsb)

Motivasi  Mengejar bonus.


kontraktual  Melanggar perjanjian hutang.

Motivasi  Regulasi perpajakan.


 Regulasi anti-trust dan monopoli.
(melanggar)
 Regulasi resiko perusahaan asuransi.
regulasi  Dsb.
Penawaran saham perdana:
 Saat IPO prospektus merupakan satu-satunya sumber
informasi.
 Investor menjadi tergantung pada informasi yang
dicantumkan dalam prospektus (asimetri informasi).
 Mendorong manajer perusahaan mempercantik LK
(fashioning accounting reports), dengan restatement.
 Perusahaan melaporkan labanya lebih tinggi (overstate)
dibandingkan laba sesungguhnya ketika penawaran itu
 Memperoleh issue fully subscribed.
 ML tidak munkgkin dilakukan terus menerus.
 Pasca IPO, perusahan underperformance.
Peneliti Kesimpulan
Teoh, Welch, Perusahaan yang IPO menggunakan kebijakan
dan Wong depresiasi dan piutang tak tertagih untuk
(1998) menaikkan kinerja saat dan beberapa tahun
setelah IPO lebih tinggi dibandingkan perusahaan
lain.
Chambers Sikap oportunis manajer merupakan sikap curang
(1999) untuk melakukan ML dalam melaporkan
kinerjanya saat IPO dengan tujuan menyesatkan
investor dalam menilai saham yang ditawarkan.
Gumanti Perusahaan yang IPO memilih dan menggunakan
(2001) metode akuntansi tertentu untuk melakukan ML
dua tahun sebelum IPO. Tetapi tidak ditemukan
bukti adanya ML satu periode sebelum IPO.
Saiful (2002) Manajer perusahaan melakukan ML dua tahun
sebelum IPO, pada saat IPO, dan dua tahun
setelah IPO. ML ini mengakibatkan rendahnya
kinerja operasi, namun tidak berpengaruh
terhadap penurunan return saham setelah IPO.
Seasoned Equity Offerings:
 Penawaran saham tambahan yang dilakukan oleh
perusahaan publik yang memerlukan tambahan dana untuk
membiayai kegiatan operasional dan investasi.
 Mekanisme right issue atau menjual hak (right) kepada
pemegang saham lama untuk membeli saham tambahan
dengan harga tertentu dan pada saat tertentu. Tujuannya,
agar pemegang saham lama dapat mempertahankan
proporsi kepemilikannya (preemptive right).
 Mekanisme second offerings, third offerings, dan seterusnya.
atau menjual saham tambahan ini kepada setiap investor di
pasar.
 Asimetri informasi memotivasi manajer berperilaku oportunis
dengan melakukan ML agar mempunyai kesempatan untuk
memiliki issue fully subscribed.
Peneliti Kesimpulan
Teoh, Welch, Manajer melakukan ML sehingga ada
dan Wong peningkatan laba menjelang penawaran,
(1998) memuncak pada saat penawaran dan menurun
setelah penawaran.
Shivakumar Manajer overstate terhadap laba sebelum SEO.
(2000) Namun, ML tidak dapat dipertahankan dalam
jangka panjang. Akibatnya penurunan kinerja
pasca penawaran.
Sulistyanto Manajer melakukan ML tiga tahun sebelum
dan Wibisono penawaran dan memanfaatkan windows of
(2003) opportunity saat penawaran. Akibatnya
perusahaan menurun kinerja operasi dan saham
selama dua tahun setelah penawaran.
Mardiyah Perusahaan yang SEO melakukan ML untuk
(2003) memperbaiki kinerja dengan harapan saham
yang ditawarkan akan direspon oleh pasar.
Perusahaan menurun kinerja pasca penawaran.
Transaksi Atau Peristiwa Lain:
 Management buyouts=upaya manajer perusahaan untuk
membeli kembali saham perusahaan yang sudah beredar.
Tujuannya, manajer ingin menguasai kepemilikan
perusahaan (managerial ownership). Oleh sebab itu
manajer berupaya agar dapat membeli saham
perusahaannya semurah-murahnya.
 Multiboard system. Dalam sistem ini perusahaan yang dinilai
tidak dapat memenuhi kriteria pencatatan di papan utama
akan diturunkan ke papan pengembangan. Hal ini
mendorong manajer melakukan ML.
 Tingkat pengungkapan perusahaan dipengaruhi oleh
asimetri informasi.
 Perusahaan yang menerapkan prinsip GCG secara konsisten
akan meningkat kualitas laporan keuangan dan menurun
tingkat ML.
Peneliti Kesimpulan
DeAngelo Informasi laba sangat penting untuk menilai
(1988) management buyouts dan menghipotesiskan
manajer yang buyouts mempunyai dorongan
melaporkan labanya lebih rendah (understate)
Djakman Perusahaan termotivasi melakukan ML untuk
(2003) meningkatkan laba sebagai akibat penerapan
kebijakan muti papan agar dapat tercatat di
papan utama.
Veronica dan Semakin tinggi tingkat pengungkapan semakin
Bachtiar rendah tingkat ML. Semakin tinggi tingkat
(2003) pengungkapan sukarela semakin rendah tingkat
ML.
Midiastuty Hubungan antara GCG dengan ML dan kualitas
dan laba. Alasannya, GCG mampu mengurangi konflik
Machfoedz kepentingan manajer dengan pemegang saham.
(2003) GCG mampu mengendalikan dan meminimalkan
ML sehingga meningkatkan kualitas laba.
Agecy Problem:
 Agency problem muncul seandainya ada pihak yang
mendahulukan kepentingan pribadi dengan mengintervensi
kepentingan pihak lain.
 Permasalahan agensi bukan hanya antara manajer dan
pemilik, namun juga menjadi pemicu konflik kepentingan
antara manajer dengan pihak lain yang mempunyai
hubungan bisnis dengan perusahaan, misalnya dengan
calon investor, kreditur, regulator, dsb.
 Motivasi bonus merupakan dorongan bagi manajer dalam
melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh
bonus yang dihitung atas dasar laba.
 Pelanggaran perjanjian hutang (debt covenant violations)
membuktikan adanya penggunaan akrual dengan
menaikkan laba dalam laporan keuangan tahunan
perusahaan yang melanggar perjanjian itu.
SKEMA BONUS:

CAP
(Batas
Atas)

BONUS

BOOGEY
(Batas
Bawah)
Peneliti Kesimpulan
Healy (1985) Perusahaan mencapai sampai batas atas
pemberian bonus lebih menyukai untuk menunda
akrualnya agar selalu memperoleh bonus selama
beberapa periode meskipun kinerja akan lebih
rendah dibandingkan kinerja sebelumnya.
Dechow dan Tahun terakhir di sebuah perusahaan seorang
Sloan (1991) manajer akan mengurangi pengeluaran R&D,
untuk menaikkan laba yang dilaporkannya.
Holthausen, Manajer perusahaan lebih menyukai untuk
Larcker, dan menunda akrual pada saat laba yang
Sloan (1995) diperolehnya mencapai sampai batas atas
pemberian bonus meskipun kinerja akan lebih
rendah dibandingkan kinerja-kinerja sebelumnya.
Guidry, Manajer divisi untuk perusahaan multinasional
Leone, dan lebih menyukai menunda pendapatan pada saat
Rock (1998) target laba untuk memperoleh bonus tidak
tercapai atau pada saat target laba melebihi
batas maksimal memperoleh laba.
Peneliti Kesimpulan
Healy dan Perusahaan menyembunyikan perjanjian hutang
Palepu (1990) dengan melakukan ML untuk merekayasa kinerja
yang diperolehnya selama satu periode tertentu.
DeAngelo Perusahaan menutupi pelanggaran perjanjian
dan Skinner dividen dengan perubahan metode akuntansi,
(1992) estimasi akuntansi, atau akrual untuk menghindari
kewajiban deviden.
DeAngelo Perjanjian hutang terbukti mempunyai pengaruh
dan Skinner terhadap pilihan standar akuntansi pada tahun
(1992) pelaporan dan tahun terjadinya pelanggaran ini.
Sweeney Perusahaan yang dinyatakan melanggar
(1994) perjanjian hutang akan melakukan ML dengan
pola penaikkan laba sehingga menaikkan rasio
debt-to-equity dan interest coverage pada level
yang ditentukan.
PAJAK:
 Hubungan antara perusahaan dengan pemerintah pemicu
terjadi permasalahan agensi antara kedua belah pihak.
 Permasalahan agensi akan muncul apabila ada pihak yang
tidak mau menjalankan kewajibannya sebagaimana
mestinya.
 Manajer cenderung selalu berusaha untuk meminimalisir
kewajiban-kewajibannya, termasuk kewajiban untuk
membayar pajak.
 Manajer akan berusaha agar laba perusahaan selalu
kelihatan lebih rendah daripada laba yang sesungguhnya
diperoleh.
 Memanfaatkan perubahan peraturan perundang-undang
perpajakan.
Peneliti Kesimpulan
Guther (1994) Tidak menemukan bukti bahwa perusahaan
melakukan ML penurunan laba untuk
memaksimumkan penghematan pajak satu
periode sebelum berlakunya Tax Reform Act (TRA).
Maydew Membuktikan bahwa penghematan pajak
(1997) menjadi insentif bagi manajer, khususnya yang
mengalami net operating loss, untuk
mempercepat pengakuan biaya dan menunda
pengakuan pendapatan.
Setiawati Tidak ada bukti bahwa perusahaan berusaha
(2001) menurunkan laba untuk memperoleh
penghematan pajak ketika ada perubahan
peraturan perpajakan.
Hidayati dan Perubahan undang-undang perpajakan yang
Zulaikha mengubah lapisan penghasilan kena pajak tidak
(2003) direspon oleh wajib pajak untuk melakukan ML
untuk meminimumkan beban pajak penghasilan.
Peneliti Kesimpulan
Hall dan Perusahaan mengatur laba sesuai damage award
Stammerjoha yang diperolehnya. Upaya ML ini dilakukan
n (1990) dengan pola penurunan laba apabila damage
award semakin besar.
Petroni (1992) Perusahaan melakukan ML untuk mensiasati
regulasi tentang resiko perusahaan asuransi
dengan menurunkan nilai cadangan kerugian
klaim nasabah.
Na’im dan Perusahaan yang melakukan praktik monopoli
Hartono dan persekutuan harga ilegal melakukan ML untuk
(1996) menurunkan laba untuk menciptakan kesan
monopoli tidak menguntungkan. Selain itu ML
untuk mengurangi denda seandainya monopoli
itu diketahui pemerintah.
Hartono dan Manager yang menjadi korban monopoli tergerak
Na’im (1998) untuk memanipulasi laba untuk membuktikan
bahwa mereka dirugikan oleh kasus monopoli itu.
hsrisulistyanto@yahoo.co.id
hsrisulistyanto@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai