Anda di halaman 1dari 81

ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK,

DAN STATUS NEUROLOGI

Maria Ulfa 142011101093


Regina Finka Dita 182011101062

Pembimbing:
dr. Lely Martha Uli, Sp. S

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


KSM SARAF
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2019
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Penunjang

DIAGNOSIS
ANAMNESIS
ANAMNESIS
1. Membina sambung rasa
– Menyapa dengan sopan/memberi salam
– Memperkenalkan diri dengan sopan
– Menjelaskan tujuan wawancara

2. Menanyakan Identitas penderita


– Nama
– Usia
– Jenis kelamin
– Status perkawinan
– Suku/agama
– Pekerjaan
– Pendidikan 4
– Tempat tinggal
• Keluhan utama  keluhan yang mendorong pasien untuk berobat ke
dokter

• Riwayat penyakit sekarang (The sacred seven)


-Lokasi sakit
-waktu terjadinya dan kronologinya
-sifat sakit (kualitas)
-Derajad sakit (kuantitas)
-faktor yang memperberat sakit
-faktor yang memperingan sakit
-Keluhan lain yang menyertai
5
RIWAYAT
• Kelainan jantung, hipertensi, paru, penyakit diabetes
PENYAKIT
DAHULU

• Obat yang telah dikonsumsi


RIWAYAT
PENGOBATAN

RIWAYAT
• Penyakit herediter atau penyakit menular
PENYAKIT
KELUARGA
6
PEMERIKSAAN FISIK

7
Status Neurologi/ Kesadaran

Rangsang meningeal

Pemeriksaan
Nervus Cranialis
Umum
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
Sistem motoric
Neurologis

Sistem sensorik

Refleks
8

Fungsi luhur
1. PEMERIKSAAN UMUM

9
 Status Generalis
1. Vital sign: TD, Nadi , RR, Suhu
2. Kulit: Tanda trauma, perdarahan, tanda-tanda syok, kulit
kering
3. K/L:
Kepala: Bentuk, Mata (sklera, conjungtiva), telinga/hidung, mulut (anemis, icteric, cyanosis,
dyspnea)
Leher: struma, bendungan vena
3. Thorax:
Cor: Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
Pulmo: Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
4. Abdomen: hepar, lien, bising usus
5. Ekstremitas: edema, akral hangat, luka/gangren
10
2. PEMERIKSAAN neurologi
Status Neurologi/
Kesadaran
Kesadaran
Rangsang Kuantitatif (GCS)
meningeal

Nervus Cranialis

Sistem motoric

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 12
Status Neurologi/
Kesadaran
Tingkat kesadaran (Gilroy) Kesadaran
Rangsang 1. Obtundity: Pasien dapat dibangunkan dengan kualitatif
meningeal rangsangan, merespon jika ditanyai/diperintah,
terjaga selama rangsangan dibrikan
Nervus Cranialis
2. Stupor: terjadi gerakan spontan, disertai dengan
keluhan (arousable unresponsiveness)
3. Semi koma: ada gerakan menarik diri
Sistem motoric (withdrawal) selama diberi rangsangan nyeri
4. Koma: tidak ada respon waktu diberi
rangsangan nyeri (unrousable
Sistem sensorik unresponsiveness)

Refleks

Fungsi luhur 13
Status Neurologi/
Kesadaran Meningeal Kaku kuduk
Rangsang
sign
meningeal Bila selaput otak meradang (misalnya
pada meningitis) atau di rongga
subarakhnoid terdapat benda asing
Kernig sign
Nervus Cranialis
(misal: darah), maka hal ini dapat
merangsang selaput otak, dan
terjadilah iritasi meningeal atau
Sistem motoric rangsang selaput otak Lasegue
Manifestasi Klinis:
1. Sakit kepala
Sistem sensorik 2. Kuduk terasa kaku
3. Fotofobia (takut/peka cahaya) Brudzinski
4. Hiperakusis (peka terhadap suara)
Refleks Gejala lain:
1.Sikap tungkai yang cenderung mengambil posisi fleksi
2. Opistotonus (opisto: belakang, tonus: tegangan) yaitu kepala dikedikkan ke
Fungsi luhur belakang dan punggung elengkung ke belakang membentuk posisi ekstensi. Sering
14
dijumpai pada bayi dan anak yang menderita meningitis.
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang
Kaku kuduk
meningeal (nuchal/neck Rigidity)
Cara:
Nervus Cranialis
• Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien
yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi)
Sistem motoric dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama
penekukan diperhatikan adanya tahanan.
Sistem sensorik • Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu
tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat
Refleks ringan atau berat

Fungsi luhur 15
Status Neurologi/
Kesadaran
Cara: Kernig sign
Rangsang • Pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai
meningeal membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut sampai membentuk sudut135 derajat antara tungkai bawah dan tungkai. Atas.
• kernig sign (+) terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencapai sudut 135 derajat.
Nervus Cranialis

Kernig (+) menandakan:


Sistem motoric Terjadi kelainan rangsang
selaput otak, dan iritasi
akar lumbosakral atau
Sistem sensorik pleksusnya. Pada
meningitis biasanya positif
bilateral, sedangkan pada
HNP-Lumbal dapat
Refleks
unilateral.

Fungsi luhur 16
Status Neurologi/
Kesadaran Laseque test
Pasien yang sedang berbaring, ekstensikan kedua tungkai, kemudian satu tungkai
Rangsang diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) pada persendian panggul. Tungkai yang satu lagi
meningeal harus selalu berada dalam keadaan ekstensi.
N : dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan  pada
orang tua hanya 60 derajat
Nervus Cranialis
(+) :bila timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai sudut 70 derajat

Sistem motoric

Sistem sensorik Laseque (+) dijumpai pada:


Rangsang selaput otak,
ischialgia, dan iritasi
pleksus lumbosakral (misal:
Refleks
HNP lumbalis)

Fungsi luhur 17
Status Neurologi/
Kesadaran BRUDZINSKI I
Rangsang
Brudzinski’s neck sign
meningeal
- Tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring.
Kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada.
Nervus Cranialis Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan.
- Brudzinski I (+): flexi kedua tungkai
Sistem motoric

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 18
Status Neurologi/
Kesadaran BRUDZINSKI II
Rangsang
Brudzinski’s contralateral leg sign
meningeal
- Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai difleksikan pada
persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu lagi berada dalam
Nervus Cranialis
keadaan ekstensi (lurus).
- Brudzinski II (+) bila tungkai yang satu ikut flexi
Sistem motoric

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 19
= Tanda Pipi
CARA:
penekanan pd pipi kedua sisi tepat dibawah os zygomatikus +
gerakan fleksi reflektorik pd kedua siku dan gerakan reflektorik
sejenak dari kedua lengan

= Tanda Symphisis Pubis


CARA:
penekanan pada symphisis pubis + timbulnya gerakan fleksi reflektorik
pada kedua tungkai pada sendi lutut dan panggul

20
Status Neurologi/
Kesadaran
N. OLFAKTORIUS [N. I]
Rangsang
meningeal Syarat :
a. Jalan nafas bebas, atrofi (-), GCS 4-5-6
Nervus Cranialis b. Bahan yg digunakan dikenal penderita, tidak iritatif (mis: amoniak,
cuka)  dapat merangsang n.V, menimbulkan sekresi kelenjar 
hidung buntu  gangguannya pemeriksaan
Sistem motoric
c. Bahan tidak menimbulkan sensasi dingin (mis:mentol, alkohol)  bisa
salah persepsi
Sistem sensorik d. Bahan : tembakau, kopi, vanili, teh, jeruk, sabun

Refleks

Fungsi luhur 21
Status Neurologi/ Cara :
Kesadaran
• Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau
Rangsang
kelainan setempat, misal, sekret atau polip.
meningeal • Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh
membau.
Nervus Cranialis • Tiap lubang hidung diperiksa satu per satu dengan jalan
menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan dan
Terminologi:
kedua mata tertutup. • Normosmia
Sistem motoric • Hiposmia
• Hiperosmia (misal: hoperemesis gravidarum,
migrem)
• Parosmia
Sistem sensorik
• Kakosmia
• Halusinasi penciuman (epilepsi parsial
komplek)
Refleks

Etiolog gangguan menghidu:


1. Sering: Trauma kepala, inflamasi akut atau kronis di hidung perokok berat
Fungsi luhur 22
2. Jarang: inflamasi kronik selaput otak (sifilis), tumor intrakranial  Sindrom Foster Kennedy
Status Neurologi/
Kesadaran N. OPTIKUS [N. II]
Rangsang
meningeal
• PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
penglihatan jauh  kartu snellen, bila tidak bisa
Nervus Cranialis dilakukan hitung jari, lambaian tangan, cahaya lampu
penglihatan dekat  rosenbaum pocked eye chart
Sistem motoric
• PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
 test konfrontasi, kampimetri, tangen screen
Sistem sensorik

• PEMERIKSAAN WARNA
Refleks  test ishihara atau benang wol berwarna

Fungsi luhur 23
Status Neurologi/
Kesadaran
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Rangsang
meningeal Dapat menentukan secara kasar adanya
1. Miopi, hipermetropia, dan emetropia
Nervus Cranialis 2. Kondisi retina
3. Papil nerve optikus

Sistem motoric

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 24
Status Neurologi/
Kesadaran
Tes konfrontasi
Rangsang cara : penderita duduk dalam posisi berhadapan dengan
meningeal pemeriksa pada jarak  1 meter, masing-masing mata
diperiksa bergantian. Mata yang tidak diperiksa ditutup oleh
Nervus Cranialis tangan penderita. Saat pemeriksaan, mata penderita difiksasi
dengan menyuruh melihat ke arah hidung pemeriksa, baru
pemeriksa memeriksa secara cermat masing-masing kuadran
Sistem motoric dengan menggunakan ujung tangan/ballpoint.
apabila medan penglihatan pasien normal (N: superior 60°,
inferior 75°, temporal 100°, nasal 60°)
Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 25
Status Neurologi/
Kesadaran N. OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, &
Rangsang
ABDUSENS [III, IV, VI]
meningeal
• Pemeriksaan kedudukan bola mata saat diam
Nervus Cranialis  bola mata di tengah atau bergeser ke lateral

• Pemeriksaan gerak bola mata


Sistem motoric
-periksa mata secara bergantian
-gerakan ke lateral utk m.rectus lateralis [N.VI]
Sistem sensorik -gerakan ke nasal inferior utk m.obliqus superior [N.IV]
- gerakan ke medial utk m.rectus medialis [N.III]
- gerakan ke nasal superior utk m. obliqus inferior [N.III]
Refleks
-gerakan ke lateral atas utk m.rectus superior [N.III]
-gerakan ke lateral bawah utk m.rectus inferior [N.III]
Fungsi luhur 26
27
Status Neurologi/
Kesadaran
• Pemeriksaan celah mata
Rangsang  ada tidaknya ptosis (lumpuh m.levator palpebra)
meningeal

• Pemeriksaan exophtalmos
Nervus Cranialis
 bandingkan kedua bola mata dari samping

Sistem motoric
• Pemeriksaan pupil
 bentuk, lebar, & perbedaan lebar
Sistem sensorik  reaksi cahaya langsung dan konsensuil
 reaksi akomodasi dan konvergensi
Refleks

Fungsi luhur 28
Status Neurologi/
Kesadaran N .TRIGEMINUS [N.V]
Rangsang
meningeal 1. SENSORIK
– Distribusi perifer  N V1,V2,V3
Nervus Cranialis – Distribusi segmental  biasanya siringobulbi
dan terdapat disosiasi sensibilitas (nyeri, suhu,
dan raba)
Sistem motoric
Cabang sensorik I : di daerah dahi
Cabang sensorik II : di daerah pipi
Sistem sensorik
Cabang sensorik III : di daerah rahang
bawah
Refleks

Fungsi luhur 29
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang 2. MOTORIK
meningeal • Merapatkan gigi  raba m.masseter & m.temporalis & bandingkan
kiri-kanan
Nervus Cranialis • Membuka mulut (m.pterygoideus externus)  parese : rahang akan
deviasi ke sisi otot yg lesi
Sistem motoric
• Menggerakkan rahang dari sisi ke sisi melawan tahanan  parese n.V
satu sisi, px dapat menggerakkan rahang ke sisi yg parese tapi tdk
bisa ke sisi sehat.
Sistem sensorik • Menonjolkan rahang & menariknya  deviasi ke sisi yg parese
• Menggigit tongue spatel kayu dgn gigi geraham (m.masseter
&m.temporalis) membandingkan kedalaman bekas gigitan
Refleks
kiri/kanan.

Fungsi luhur 30
3. Reflex sensorik
i. Reflex masseter/jaw reflex/mandibular reflex
– Pemeriksa meletakkan jempol/telunjuk di tengah dagu px,
memegang mulut yg terbuka dgn rahang relax, lalu memukul
jempol dgn hammer
– respon: menutup rahang dgn cepat. Metode lain dgn memukul
dagu langsung atau dgn meletakkan tongue spatel di atas lidah/di
bawah incicivus, lalu memukul ujungnya.
– Normal: reflex minimal/tdk ada.

31
Status Neurologi/
Kesadaran
ii. Reflek kornea:
Rangsang
meningeal • Langsung
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk
Nervus Cranialis
silinder halus. Pasien diminta menggerakkan bola
mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu
Sistem motoric sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan
hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.
Sistem sensorik Respon normal berupa kedipan mata secara cepat.
• Konsensuil
Refleks
Serupa dengan diatas, normalnya terdapat reflek
berkedip serupa pada mata kontralateral.
Fungsi luhur 32
iii. Head retraction reflex
– Mencondongkan kepala sedikit ke depan, kmd melakukan pengetukan pd
bibir atas dibawah hidung. Jika reflex positif responnya dgn cepat kepala
scr involunter ke belakang.
– Normal : reflex negative

33
Status Neurologi/
Kesadaran
N. FASIALIS [N.VII]
Rangsang
meningeal 1. MOTORIK
- DIAM : bandingkan apakah ada asimetri pada lipatan dahi, sudut mata,
lipatan nasolabial, dan sudut mulut.
Nervus Cranialis - BERGERAK : bandingkan asimetri saat mengerutkan dahi, tersenyum,
dll

Sistem motoric 2. SENSORIK


i. Lakrimasi (tear) schirmer’s test
- Tujuan : fx n. petrosus superficialis mayor (parasimpatis -- nucleus salivatory
Sistem sensorik sup).
- Cara : Menggunakan lakmus warna merah ukuran 5 x 50 mm. Salah satu ujung
kertas dilipat & diselipkan pd conjunctival sac di cantus medial kiri & kanan,
kemudian dibiarkan selama 5 menit dgn mata terpejam.
Refleks - Kondisi N : lakmus berubah menjadi biru, sepanjang 20-30 mm.
Jika perembesan < 20 mm atau tidak ada sama sekali produksi air mata

Fungsi luhur 34
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang ii. Pengecapan 2/3 anterior lidah (taste)


meningeal
• Pasien diminta menjulurkan lidah, kemudian lidah dikeringkan dulu
dengan menggunakan lidi kapas/cotton applicator. Bahan tersebut
Nervus Cranialis disentuhkan pada 2/3 depan lidah. Rasa manis pada ujung lidah, asin
dan asam pada pinggir lidah, rasa pahit dibelakang lidah. Pasien
menunjukkan kertas yang bertuliskan manis, asam, asin, pahit tentang
Sistem motoric apa yang dirasakan. Tiap kali selesai pemeriksaan, pasien berkumur dulu
dengan air hangat kuku, lidah dikeringkan lagi, baru dilanjutkan dengan
pemeriksaan lain
• Menggunakan cairan bornstein 4 % glukosa (manis), 1 % asam sitrat
Sistem sensorik
(asam), 2,5 % sodium klorida (asin), 0,075 % quini HCL (pahit).
• Bila daya pengecapan hilang atau berkurang disebut ageusia dan
hipogeusia. Bila rasa asin dirasakan sebagai manis dan sebagainya
Refleks (salah), maka disebut parageusia.

Fungsi luhur 35
Status Neurologi/
Kesadaran
N.VIII ( N. STATO-ACUSTICUS/VESTIBULOCOCHLEARIS)

Rangsang PEMERIKSAAN PENDENGARAN


meningeal Menilai ada tidaknya tuli konduksi atau persepsi
Pemeriksaan meliputi:
Nervus Cranialis suara bisik
garpu tala (weber, schwabach, rinne)
Sistem motoric Audiometri

PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Sistem sensorik Vertigo  hallpike manuver
Tinitus  keluhan telinga berdengung
Refleks Tes kalori  rangsang dingin dg suhu 30 derajat
sedangkan untuk rangsang hangat dengan suhu 42
derajat
Fungsi luhur 36
Status Neurologi/
Kesadaran
Dix-Hallpike Manuver
Rangsang
meningeal Cara membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional ialah
sebagai berikut :
 Pertama pasien diperiksa dalam posisi telentang
Nervus Cranialis
 kepala di tengadahkan jatuh ke belakang dgn sudut 30° dari horizon.
 Kepala dimiringkan ke kanan selama 30 sampai 60 detik  amati
Sistem motoric timbulnya nistagmus ritmik, munculnya keluhan pusing berputar
 Kemudian nistagmus posisional diamati-amati pada posisi kepala
Sistem sensorik miring ke kiri, dalam posisi kepala ke depan dan ke belakang.

Refleks

Fungsi luhur 37
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang
meningeal

Nervus Cranialis

Sistem motoric

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 38
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang
Tes Rinne
meningeal Garpu tala (F=512 Hz) yang sudah dibunyikan, lalu ditempelkan pada
processus mastoid. Setelah pasien memberi tanda bahwa bunyi hilang, lalu
Nervus Cranialis secepatnya dipindah ke depan Meatus Acusticus Externa.

- Rinne (+) : AC > BC (pasien N, Tuli sensorineural)


Sistem motoric - Rinne (-) : BC > AC (Tuli konduktif)

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 39
Status Neurologi/
Kesadaran
Tes Weber
Rangsang garpu tala dibunyikan, lalu diletakkan di midline kepala (dahi,
meningeal
vertex), dibandingkan antara BC pada kedua telinga.

Nervus Cranialis
- Normal : suara sama di kedua telinga, tidak ada lateralisasi
- Tuli Konduksi : lateralisasi ke telinga sakit
Sistem motoric - Tuli Sensorineural : lateralisasi ke telinga sehat

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 40
Status Neurologi/
Kesadaran
Tes Schwabach
Rangsang Tes Schwabach (membandingkan BC pasien dengan pemeriksa)
meningeal
 Garputala 512 Hz dibunyikan kemudian ditempatkan di
procesus mastoideus pemeriksa.
Nervus Cranialis  Bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garputala
dipindahkan ke processus mastoideus pasien. Bila pasien
masih mendengar berarti schwabach memanjang dan bila
Sistem motoric pasien sudah tidak mendengar berarti normal atau schwabach
memendek. Untuk membedakan keduanya, pemeriksaan
dibalik dari pasien ke pemeriksa.
Sistem sensorik Interpretasi:
Normal: Schwabach sama dengan pemeriksa
Tuli Konduksi: Schwabach memanjang
Refleks
Tuli Sensorineural: Schwabach memendek

Fungsi luhur 41
Status
Neurologi/ N.GLOSSOPHARINGEUS & N. VAGUS [ IX, X ]
Kesadaran
Terdiri dari:
Rangsang
- Inspeksi oropharing dalam keadaan istirahat
meningeal
Dilihat keadaan uvula dan arcus faring simetris atau tidak
- Inspeksi oropharing saat berfonasi
Nervus
Dilihat kedudukan uvula dan arcus faring simetris atau tidak, saat pasien diminta
Cranialis
mengucapkan ‘aaa’;
- Refleks:
Sistem refleks muntah/batuk
motoric - menekan dinding belakang faring.
refleks oculo-cardiac (tidak boleh dilakukan lagi)
Sistem menekan bola mata responnya dengan bradicardia, tapi perlambatan tidak lebih dari 5-8/menit
sensorik

Refleks

Fungsi luhur 42
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang – Refleks carotico-cardiac (tidak boleh dilakukan lagi)


meningeal Penekanan atau masase pada sinus caroticus. Pada kondisi normal, tidak
menyebabkan perubahan fungsi otonom, tapi pada individu rentan biasanya pada
atherosclerosis atau hipertensi menyebabkan perlambatan heart rate, turunnya
tekanan darah, turunnya cardiac output dan vasodilatasi perifer. Pada kondisi
Nervus Cranialis patologis, menimbulkan vertigo, pucat, hilangnya kesadaran (Carotid Sinus
Syncope) & kadang-kadang kejang. Oleh karenanya pada dugaan hiperaktivitas
refleks ini atau adanya stenosis a. carotis maka tekanan sinus atau arteri dilakukan
dengan hati-hati dan hanya satu sisi saja.
Sistem motoric – Sensorik khusus : pengecapan 1/3 belakang lidah
– Suara serak/parau : gangguan murni di N.X
– Menelan
Sistem sensorik – Detak jantung dan bising usus

Refleks

Fungsi luhur 43
Status Neurologi/
Kesadaran
N. ACCESORIUS [ XI ]
Rangsang
meningeal
 Pemeriksaan kekuatan m.trapezius
Nervus Cranialis
Pasien diminta mengangkat bahu & tangan pemeriksa menahannya
 Pemeriksaan kekuatan m.sternokleidomastoideus
Pasien diminta memalingkan kepala ke arah kanan utk memeriksa
Sistem motoric sternokledomastoideus kiri dg tangan pemeriksa menahannya
demikian sebaliknya
Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 44
Status Neurologi/
Kesadaran
N. HIPOGLOSSUS [N.XII]
Rangsang
meningeal
Pemeriksaan otot lidah dalam keadaan:
a. Otot lidah diam → dengan membuka mulut
Nervus Cranialis
ada parese/paralise sisi sakit  lidah akan deviasi ke sisi sehat
karena pada lidah yg parese/paralise tonusnya menurun atau
hilang
Sistem motoric

b. Otot lidah bergerak → dengan menjulurkan lidah


Sistem sensorik pada parese/paralise KIRI → lidah akan deviasi ke KIRI karena
pada sisi lesi tidak ada kontraksi (yang berpengaruh bukan tonus
otot tapi KEKUATAN KONTRAKSI)
Refleks

Fungsi luhur 45
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang • Kelumpuhan N.XII dapat berupa:


meningeal

Nervus Cranialis Kelumpuhan Sentral Kelumpuhan Perifer

Atrofi (-) Atrofi (+)

Sistem motoric Fasikulasi (-) Fasikulasi pada sisi yang lumpuh

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 46
Status Neurologi/
Kesadaran
PEMERIKSAAN MOTORIK
Rangsang Tujuan: Lesi
meningeal 1. Menilai Postur dan habitus UMN LMN
2. Menilai Adanya gerakan involunter Spastic (kaku) Flaccid (layu)
3. Menilai Tonus otot Hipertoni Hipotoni
Nervus Cranialis 4. Menilai Kekuatan Otot Refleks fisiologis Refleks fisiologis
meningkat menurun
Refleks patologis Refleks patologis (-)
Sistem motoric meningkat
Tidak ada atrofi otot Atrofi otot

Inspeksi : Sikap, bentuk, ukuran dan gerakan abnormal


Sistem sensorik • Sikap: Saat berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan berjalan
Pasien dengan gangguan cerebellum misalnya, berdiri dengan muka membelok ke arah
kontralateral terhadap lesi, bahu sisi lesi agak lebih rendah, dan badannya miring ke sisi lesi.
Penderita parkinson disease berdiri dengan kepala dan leher dibungkukkan ke depan, lengan dan
Refleks
tungkai berada dalam posisi fleksi.
• Bentuk: Deformitas
• Ukuran: Panjang bagian tubuh kanan dan kiri, kontur otot (atrofi/hipertrofi)
Fungsi luhur • Gerakan Abnormal: tremor, khorea, distonia, balismus, spasme, tik, fasikulasi, miokloni 47
Status Neurologi/
Kesadaran
• Palpasi :
PEMERIKSAAN MOTORIK
Rangsang o Konsistensi → N: kenyal,
meningeal Lesi LMN: Konsistensinya lembek dan kendor
Lesi UMN: Konsistensinya kenyal dan lebih tegang
o Nyeri tekan
Nervus Cranialis o Tonus
 Dilakukan pada:
ekstremitas atas: otot bicep/ tricep
Sistem motoric
ekstremitas bawah: otot kuadriseps/hamstring
 Interpretasi pemeriksaan tonus berupa: normal, hipotoni, hipertoni
Sistem sensorik  Hipotoni:
 Palpasi: kendor, anggota gerak dapat digoyangkan dengan leluasa, tidak ada
tahanan otot
Refleks  Refleks tendon menurun/absen dapat ditemukan pada: poliomyelitis anterior
akuta, siringomyelia, lesi saraf perifer, kelainan serebelum

Fungsi luhur 48
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang
meningeal  Hipertoni:
• Spastik
 CLASP-KNIFE: tahanan dirasakan pada awal gerakan (lesi UMN)
Nervus Cranialis
 LEAD-PIPE: tahanan terus menerus sepanjang gerakan (lesi
extrapyramidal)
• Rigid
Sistem motoric
 COG-WHEEL: tahanan dirasakan seperti roda bergerigi (lesi
extrapyramidal)
Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 49
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang
meningeal • Perkusi :

Nervus Cranialis
N: tampak cekung 1-2 detik
Myotoni : tampak cekung > 2 detik (biasanya
Sistem motoric pada tenar dan lidah) karena berlangsung lama
Myoedema : tampak penimbunan sejenak
Sistem sensorik
(dapat ditemui pada orang sehat, mixedema,
dan gizi buruk)
Refleks

Fungsi luhur 50
Status Neurologi/
Kesadaran Kekuatan OTOT
Berdasarkan MRC (Medical Research Council)
Rangsang
meningeal
+5 dapat melawan tahanan kita (normal)

Nervus Cranialis +4 dapat melawan tahanan ringan


+3 dapat melakukan gerakan melawan gaya gravitasi, tapi tidak
dapat melawan tahanan ringan
Sistem motoric
+2 dapat melakukan gerakan ke samping, tidak dapat
melakukan gerakan melawan gaya gravitasi
Sistem sensorik
+1 bila hanya kontraksi saja
0 tidak ada gerakan sama sekali
Refleks

Fungsi luhur 51
Status Neurologi/
Kesadaran KEKUATAN OTOT (extremitas atas)
Rangsang MUSCLE NERVE ROOT
meningeal
Deltoid Axilaris C5/C6

Nervus Cranialis Biceps Musculocutaneus C5/C6

Triceps Radialis C6/C7/C8


Sistem motoric Brakioradialis Radialis C5/C6

Pronator teres Medianus C6/C7


Sistem sensorik
Fleksor karpi Medianus C6/C7
radialis
Refleks Fleksor karpi Ulnaris C7/C8/Th1
ulnaris

Fungsi luhur 52
KEKUATAN OTOT (extremitas atas)

53
KEKUATAN OTOT (extremitas atas)

54
KEKUATAN OTOT (extremitas atas)

55
Status Neurologi/
Kesadaran KEKUATAN OTOT (extremitas
bawah)
Rangsang
meningeal
MUSCLE NERVE ROOT

Nervus Cranialis Iliopsoas Femoralis L2/L3

Kwadriceps femoris Femoralis L2/L3/L4


Sistem motoric Hamstring Ishiadikus L4/L5/S1/S2

Gluteus medius Gluteus inferior L5/S1


Sistem sensorik
Gluteus maximus Gluteus superior L5/S1

Tibialis anterior Peroneus profundus L4/L5


Refleks
Gastrocnemius Tibialis posterior L5/S1

Fungsi luhur 56
KEKUATAN OTOT (extremitas
bawah)

57
KEKUATAN OTOT (extremitas
bawah)

58
KEKUATAN OTOT (extremitas
bawah)

59
Status Neurologi/
Kesadaran
GAIT DAN KESEIMBANGAN
Rangsang
meningeal • Tandem Walking
→ berjalan lurus ke depan dengan satu kaki ditempatkan di depan jari-jari
kaki lainnya
Nervus Cranialis • Berjalan memutari kursi atau meja
• Berjalan maju mundur
• Romberg test: Pasien berdiri tegak dengan kedua tumit bertemu.
Pertama dengan mata terbuka lalu dengan menutup mata selama 20
Sistem motoric detik.
o Lesi cerebelar: waktu membuka dan menutup mata pasien kesulitan
berdiri tegak dan cenderung berdiri dengan kaki yang dibuka lebar.
Sistem sensorik o Gangguan proprioseptif: begitu menutup mata pasien kesulitan
mempertahankan diri dan jatuh

Refleks

Fungsi luhur 60
Status Neurologi/
Kesadaran PEMERIKSAAN SENSORIK
1. EKSTEROSEPTIK/PROTOPATIK (SUPERFICIAL)
- Nyeri  jarum bundel [di pegang spt pensil]
Rangsang - Panas  air suhu 40-45 derajat
meningeal - Dingin  air suhu 10-15 derajat
- Raba halus  ujung-ujung kapas
Cara : mulai dari daerah yang mengalami gangguan sensibilitas ke daerah normal, dan
Nervus Cranialis sebaliknya, titik temu keduanya merupakan batas kelainannya.

2. PROPRIOSEPTIK (DALAM)
Sistem motoric  gerak/posisi, getar, tekan
Reseptor : pacini
- Pemeriksaan getar : garputala 128 Hz, pada malleolus, caput fibularis atau krista iliaca
superior anterior
Sistem sensorik
- Pemeriksaan gerak : memegang sisi lateral jari pasien →digerakkan ke atas/bawah (pasien
harus menutup mata)
- Pemeriksaan tekan: menekan sternum, betis, dll.
Refleks

Fungsi luhur 61
Status Neurologi/
Kesadaran 3. ENTEROSEPTIF (Nyeri Rujukan/refered pain)
Rangsang → Pada daerah yang nyeri dilakukan penekanan, gerakan
meningeal
aktif/pasif & gerakan isometrik.
→ Nyeri rujukan (+), bila pasien tidak merasa nyeri di tempat
Nervus Cranialis yang dilakukan manipulasi.

Sistem motoric

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 62
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang 4. KOMBINASI :
meningeal * Stereognosis (membedakan bentuk benda)
* Barognosis (membandingkan berat)
Nervus Cranialis
* Graphestesia (menentukan huruf yg digoreskan pada tangan pasien)
* Two point tactile discrimination
 dilakukan penusukan pada 2 tempat pada saat yang sama
Sistem motoric * Sensori extinction (rangsangan pada 2 tubuh yg sepadan)
positif jika pasien hanya merasakan 1 bagian tubuhnya
* Loss body image (pengabaian salah satu bagian tubuh)
Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 63
Status Neurologi/
Kesadaran REFLEKS
Rangsang
meningeal Refleks adalah jawaban atas rangsang. Refleks neurologik tergantung pada
suatu lengkung refleks yang terdiri atas jalur aferen dan eferen serta
hubungan antara kedua komponen ini.
Nervus Cranialis Tingkat Jawaban Refleks:
- : tidak ada refleks sama sekali
± : kurang jawaban atau jawaban lemah
+ : Jawaban normal
Sistem motoric
++ : Jawaban berlebihan atau refleks meningkat

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 64
Status Neurologi/
Kesadaran REFLEKS FISIOLOGIS
Rangsang 1. Reflek superficial (cutaneus)
meningeal Refleks dinding abdomen:
– Goresan dinding perut dengan jarum bundle dari lateral ke medial (ke arah
Nervus Cranialis umbilicus).
– Respon : kontraksi rectus abdominis  gerak umbilicus ke arah rangsang
Refleks cremaster:
Sistem motoric
– Goresan/pemijatan dengan jarum pada sisi medial paha dari atas ke bawah
– Respon positif: kontraksi (elevasi/terangkatnya) testis sisi ipsilateral
Sistem sensorik
– Respon negative: hidrocel, orchitis
Refleks gluteal:
Refleks – Goresan jarum daerah gluteus
– Respon: kontraksi m. gluteus

Fungsi luhur 65
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang Reflek Plantar :


meningeal - Goresan pada plantar kaki
- Respon : Plantar flexi jempol dan jari kaki
Nervus Cranialis Refleks anal superficial/anal wink :
– Goresan pada kulit atau membran mukosa perianal
– Respon: kontraksi sphincter externa
Sistem motoric – Negatif: lesi pada cauda equina dan conus medularis
Refleks Bulbocavernosus
– Goresan pada glans penis atau clitoris
Sistem sensorik
– Respon: Kontraksi Sphincter Externa
– Negatif: lesi pada cauda equina, lower sacral roots dan conus medularis
Refleks

Fungsi luhur 66
Status Neurologi/
Kesadaran 2. Reflek Deep Tendon/Periosteum
Rangsang
meningeal Penilaian
0  tidak ada gerakan sendi
Nervus Cranialis +1  hanya terdapat kontraksi
+2  kontraksi dan gerakan sendi
+3  respon sama dengan +2 tetapi lebih kuat dan
Sistem motoric
ada perluasan
+4  sama dengan +3 ditambah klonus
Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur
67
Status Neurologi/
Kesadaran  REFLEKS FISIOLOGIS EXTREMITAS ATAS
 Meliputi:
Rangsang • Refleks Biseps
meningeal

Nervus Cranialis

Sistem motoric

Sistem sensorik
• Refleks
Trisep
Refleks

Fungsi luhur 68
Status Neurologi/
Kesadaran
• REFLEKS PATOLOGIS EXTREMITAS ATAS
Rangsang • Hoffman → goresan pada kuku jari tengah (jari III) pasien
meningeal
(+ bila fleksi ibu jari tangan diikuti jari-jari lainnya)
• Trommer → colekan pada ujung jari tengah (jari III) pasien
Nervus Cranialis
(+ bila fleksi ibu jari tangan diikuti jari-jari lainnya)

Sistem motoric

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 69
Status Neurologi/
Kesadaran  REFLEKS FISIOLOGIS EXTREMITAS BAWAH
Refleks Patella (radix L2,L3,L4)
Rangsang  Tungkai dalam keadaan rileks
meningeal  Ketuk dengan hammer pada tendon patela
 Amati: kontraksi otot quadricep femoris
Nervus Cranialis
• Refleks Achilles (radix S1,S2)
 Tungkai dirotasi keluar
 Pegang kaki dengan sedikit dorsofleksi
Sistem motoric  Ketuk tendon achiles  normal : plantar flexi

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 70 70
Status Neurologi/
Kesadaran  Refleks Patologis Extremitas Bawah
 Babinski ( + : dorso fleksi ibu jari
Rangsang
kaki dan fanning jari kaki lain)
meningeal
 Oppenheim (respon positif
seperti babinski)
Nervus Cranialis
 Chaddoc ( respon positif seperti
babinski)
Sistem motoric
 Gordon (respon positif seperti
babinski)

Sistem sensorik  Gonda (respon positif seperti


babinski)
 Schoueffer (respon positif seperti
Refleks
babinski)

Fungsi luhur 71 71
Status Neurologi/
Kesadaran

Rangsang
Refleks primitif
meningeal SUCKING REFLEKS SNOUT REFLEKS
 Sentuhan pd bibir  Ketukan pd bibir atas
Nervus Cranialis  Respon: gerakan bibir, lidah, &  Respon: kontraksi otot-otot
rahang seolah-olah menyusu disekitar bibir/dibawah hidung
Sistem motoric

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 72
Status Neurologi/
Kesadaran
GRASP REFLEKS
 Penekanan jari pemeriksa pd telapak
Rangsang
meningeal tangan px
 Respon: tangan px mengepal
Nervus Cranialis

Sistem motoric PALMO-MENTAL REFLEKS


 Goresan ujung pena/ibu jari tangan
Sistem sensorik
pemeriksa terhadap kulit telapak
tangan bagian thenar px
 Respon: kontraksi otot mentalis &
Refleks orbicularis oris ipsilateral

Fungsi luhur 73
Status Neurologi/
Kesadaran
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Rangsang SYARAT : GCS 4-5-6
meningeal Penilaian fungsi kognitif global
a. Mini mental state examination (MMSE) nilai 24-30 (normal), 17-23 (probable
gangguan kognitif), 0-16 (definite gangguan kognitif)
Nervus Cranialis b. Clock drawing test (CDT)  <4 diperlukan evaluasi kognisi lebih lanjut (deteksi
awal demensia, gangguan lobus frontal dan temporopatietal, deteksi hemispatial
neglect, saling berkorelasi dengan MMSE
Sistem motoric
Pemeriksaan atensi dan konsentrasi
-atensikemampuan mengikuti stimuls spesifik
a. Forward digit span  5-7 (normal)
Sistem sensorik b. Backward digit span  4 (normal)
-konsentrasi melakukan pengetukan jika mendengar angka 5 dan huruf F

Refleks Pemeriksaan orientasi (tempat, waktu, orang) menggambarkan memori jangka


pendek

Fungsi luhur 74
Status Neurologi/
Kesadaran
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Rangsang
meningeal AFASIA  kesulitan dalam memahami dan/atau memproduksi Bahasa yang
disebabkan oleh gangguan pada hemisfer otak

Nervus Cranialis ALEKSIA  tidak dapat membaca

Sistem motoric AGRAPHIA  tidak dapat menulis

AKALKULIA  tidak dapat melakukan perhitungan aritmatika sederhana


Sistem sensorik

RIGHT LEFT DISORIENTATION  kebingungan antara sisi kiri dan kanan


Refleks
FINGERAGNOSIA  Px tdk dapat mengenali baik jari-jarinya sendiri maupun jari
pemeriksa
Fungsi luhur 75
Status Neurologi/
Kesadaran
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Rangsang
meningeal Pemeriksaan sistem bahasa
1. Bicara spontan tes kelancaran (menyebut kategori nama binatang, buah, kota,
warna masing-masing 1menit, atau Controlled Oral Word Association)
Nervus Cranialis 2. Pemahaman/ komprehensi (diajak berdialog, melakukan perintah, yes/no
question)
3. Menamai/ naming (bagian tubuh, warna, objek)
4. Mengulang/repetition (mengulang kata yang disebutkan, normal min 19 suku
Sistem motoric kata)
5. Membaca
6. menulis
Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 76
Status Neurologi/
Kesadaran APHASIA MOTORIK [BROCA]
 Pemahaman auditorik baik
Rangsang  Bicara spontan tidak lancar
meningeal
 Modalitas bahasa lainnya terganggu
 Lesi di posterior girus frontalis/area broca/area 44,45 broadmann kiri
Nervus Cranialis

Sistem motoric
APHASIA SENSORIK [WERNICKE]
 Pemahaman sangat terganggu
 Bicara spontan lancar
Sistem sensorik  Kata-kata tdk dapat dimengerti/neologisme
 Modalitas bahasa lainnya terganggu
 Lesi di regio temporalis sup sinistra sbg area auditorik [area 22 broadmann]
Refleks

Fungsi luhur 77
Status Neurologi/ APHASIA KONDUKSI
Kesadaran  Modalitas bahasa lainnya terganggu
 Pengulangan sangat terganggu
Rangsang  Pemahaman baik
meningeal
 Bicara lancar tetapi kadang agak ragu
 Lesi di Fasikulus Arkuatus Sinistra  dibedakan jadi 2:
Nervus Cranialis lesi lebih ke frontal  bicara kurang lancar
lesi lebih ke posterior  bicara lancer

Sistem motoric APHASIA TRANSKORTIKALIS


 Kemampuan pengulangan relatif baik
 Bicara spontan lancar tetapi kata-katanya tidak dapat dimengerti
Sistem sensorik  Modalitas bahasa lainnya terganggu
 Lesi di daerah perisylvii  dibedakan jadi 2:
Transkortikalis motorik
Refleks transkortikalis sensorik

Fungsi luhur 78
Status Neurologi/
Kesadaran
APHASIA ANOMIK/AMNESTIK/NOMINAL
 Penamaan jelek
Rangsang  Modalitas bahasa lainnya baik
meningeal
 Mungkin merup sisa gx dr salah satu jenis aphasia yg sdh membaik
 Lesi di Girus Angularis Kiri
Nervus Cranialis
APHASIA GLOBAL
 Semua modalitas bahasa terganggu
Sistem motoric  Lesi di daerah sylvian dan sekitar hemisfer kiri

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 79
Status Neurologi/
Kesadaran • Pemeriksaan memori
1. Immediate recall/ memori segera (detik)mengulang angka
Rangsang (normal 5-7)
meningeal
2. Rescent memory/ jangka pendek (menit-hari) memori
verbal (menyebut 4 kata, distreksi, perintah mengulang),
Nervus Cranialis memori visual (5 objek disembunyikan dengan
sepengetahuan px, distreksi, perintah menyebut objek dan
tempat disembunyikan)
Sistem motoric 3. Memori rimot (jangka panjang)

Sistem sensorik

Refleks

Fungsi luhur 80

Anda mungkin juga menyukai