Anda di halaman 1dari 17

TERAPI BERMAIN (WALKIE TALKIE) PADA

ANAK USIA PRASEKOLAH”

KELOMPOK 2
NOVIA AGUSTINA
MITA HANDRIANI
SITI JAMARIAH
DEFENISI TERAPI BERMAIN
• Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan bersenang-senang, yang
memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa frustasi (Santrock, 2007). Menurut Wong, 2009,
bermain merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk
mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain.
• Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan,
kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta
staf rumah sakit yang ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008, dalam Homeyer, 2008,
terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model teoritis untuk membangun proses
antar pribadi untuk membantu seseorangmencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
TUJUAN TERAPI BERMAIN
• bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti
kebutuhan perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit
atau di rumah
• tujuan terapi bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk
mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan
sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk
berekspresi dan mencoba sesuatu yang baruh sakit.
PRINSIP PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
• a. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat untuk menghindari
kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana.
• b. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang
• c. Sesuai dengan kelompok usia.
• d. Tidak bertentangan dengan terapi
• e. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga
PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
1. PERMAINAN ANAK USIA 0 – 1 TAHUN
a. Permainan kerincing
b. Sentuhan
c. Mengamati mainan
d. Meraih mainan
e. Bermain bunyi-bunyia
f. Mencari mainan
g. Menyusun donat warna warni
h. Mengenal bagian tubuh
2. PERMAINAN ANAK USIA 1 – 3 TAHUN
a. Arsitek Menara
b. Tebak Gambar
c. Menyusun Puzzle
3. PERMAINAN ANAK USIA 4 – 6 TAHUN
a. Bola keranjang
b. Bermain dokter-dokteran
c. Bermain abjad
d. Boneka tangan
4. PERMAINAN ANAK USIA 6 – 12 TAHUN
a. Melipat kertas origami
b. Mewarnai gambar
c. Menyusun puzzle
d. Menggambar bebas
e. Bercerita
f. Meniup balon
DEFINISI TERAPI BERMAIN WALKIE TALKIE

• Terapi bermain walkie talkie adalah permainan yang menggunakan kalengkaleng bekas serta
benang nilon sebagai perantaranya.Walkie talkie dapat dibuat secara mudah dan mandiri oleh
anak serta tidak membutuhkan biaya. Permainan ini dapat menumbuhkan kemampuan sosial
untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau orang lain, anak juga telah dapat menggunting
dan merangkai untuk mengembangkan bakat dan potensi anak
• Dengan walkie talkie dapat mengasah keberanian anak untuk berkomunikasi dan kemampuan
berbahasa, mereka mampu berkomunikasi dan melakukan percakapan dengan dua orang atau
lebih sehingga nantinya dapat menyusun kalimat yang lebih kompleks
TUJUAN TERAPI BERMAIN WALKIE TALKIE

A. Tujuan Umum
• Setelah diberikan terapi bermain diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
melanjutkan aktivitas dan kreativitas melalui pengalaman bermain dan berdaptasi efektif
terhadap kecemasan maupun stress karena penyakit maupun perawatan yang didapatkan.
B. Tujuan Khusus
• Meningkatkan hubungan perawat dengan anak
• Anak dapat beradaptasi terhadap stressor
• Mengurangi rasa traumatic (cemas) selama haspitalisasi
• Mengetahui pencapaian terhadap perkembangan pada anak
STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN WALKIE TALKIE
1. Kriteria Peserta
• Kriteria inklusi : usia anak terapi bermain 4-6 tahun, peserta bermain dalam kondisi yang stabil atau
dengan perawatan minimal terpasang kateter, nasogastric tube, syring pump, oksigen, nebulizer, dan
infus. Peserta terpantau normal dilihat dari vital sign serta anak tidak sedang demam
• Kriteria eksklusi : peserta bermain tiba-tiba demam, pasien dalam masa inkubasi, menolak mengikuti
terapi bermain, tidak berada ditempat atau ruangan dikarenakan program terapi lain seperti operasi,
pemeriksaan radiologi, dll.
2. Media
• Dua buah kaleng bekas
• Benang
• Lem
3. Metode Permainan :
• Rasio staff dengan anak minimal 2:1
• Pelaksanaan :
• Menjelaskan tujuan terapi kepada keluarga dan anak
• Menjelaskan kegiatan yang dilakukan
• Menyiapkan peralatan
• Bantu anak membuat lubang pada bagian bawah kaleng
• Fasilitasi anak untuk membuat walkie talkie dengan benang dan kaleng
• Tariklah benang pada anak yang berpartisipasi sampai dengan anak yang berpartisipasi lainnya atau
sampingnya
• Potonglah menang tersebut dan pastikan benang tersebut masuk melalui lubang yang telah dibuat dan
bantu anak untuk membuat simpul secara tepat
• Instruksikan anak dengan mencoba berkomunikasi dengan “walkie talkie”
membuat walkie talkie. terapis
3. Klien membuat walkie talkie Membuat walkie
dengan mengikuti petunjuk dari talkie
NO WAKTU KEGIATAN terapis. Terapis melakukan
pendampingan terhadap klien.
PERAWAT ANAK 4. Terapis memperagakan cara Memperhatikan
menggunakan walkie talkie kepada terapis
1 5 menit Pembukan : klien
1. Terapis memberikan salam kepada Menjawab 5. Klien mengikuti terapis tentang Menggunakan
klien menggunakan walkie talkie. walkie talkie
6. Terapis mengajak klien untuk Mendapat reward
2. Terapis memperkenalkan nama dan Mendengarkan
bermain walkie talkie dan
panggilan terapis
memberikan reward kepada klien
3. Terapis menanyakan perasaan klien Menjawab 7. Lanjutkan terapi bermain sampai Bermain
saat ini selesai
4. Terapis melakukan kontrak program Mendengarkan 3 5 menit Penutup :
dengan klien:
a. Menjelaskan tujuan kegiatan. 1. Evaluasi
b. Menjelaskan aturan main yaitu a. Terapis menanyakan perasaan Menjawab
dilakukan selama 30 menit. klien setelah mengikuti terapi
2 20 menit 1. Terapis membagikan bahan-bahan Mendapatkan bermain.
yang digunakan untuk membuat bahan yang akan b. Terapis memberi pujian atas Mendengarkan
walkie talkie digunakan perilaku yang positif.
2. Terapis memperagakan cara Memperhatikan 2. Rencana tindak lanjut Mendengarkan
membuat walkie talkie. terapis Terapis menganjurkan keluarga
3. Klien membuat walkie talkie Membuat walkie untuk melatih anak lagi untuk
dengan mengikuti petunjuk dari talkie
terapis. Terapis melakukan
pendampingan terhadap klien.
4. Terapis memperagakan cara Memperhatikan
menggunakan walkie talkie kepada terapis
klien
5. Klien mengikuti terapis tentang Menggunakan
menggunakan walkie talkie. walkie talkie
6. Terapis mengajak klien untuk Mendapat reward
SUSUNAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN WALKIE TALKIE

1. Leader : bertugas untuk memimpin jalannya kegiatan terapi bermain, membuka kegiatan terapi
bermain, mengucapkan salam, menanyakan validasi serta memperkenalkan diri dan anggota pelaksana,
memberikan demontrasi secara umum permainan yang akan dilaksanakan
2. Observer : bertugas untuk mengawasi selama kegiatan berlangsung yang meliputi emosi,
keantusiasan peserta, menyimpulkan kegiatan terapi bermain dari masing-masing peserta maupun secara
keseluruhan
3. Fasilitator : bertugas untuk mendampingi peserta terapi bermain, sebagai tempat menanyakan terkait
permainan dan mengarahkan peserta apabila tidak sesuai dengan intruksi awal.
KRITERIA EVALUASI
• Anak bersedia mengikuti terapi bermain
• Anak mengikuti kegiatan sampai selesai
• Anak dapat mengikuti intruksi yang diberikan
• Anak melakukan apa yang diharapkan oleh terapis
• Kebutuhan bermain anak terpenuhi
• Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
• Anak berperan aktif dalam bermain
Peneliti Sampel Metode Hasil Penelitian

Arrum Putri Anak yang Penelitian 1. Setelah


Aini menjalani rawat inap menggunakan dilakukan
di bangsal Melati II rancangan one terapi
di RS Dr. Moewardi group pre post test bermain,
Surakarta design. tingkat
kecemasan
pada anak
menjadi turun
2. setelah
diberikan
terapi bermain
anak menjadi
lebih
kooperatif
seperti mudah
diberikan
intervensi,
tidak lagi
takut dengan
dokter dan
perawat serta
komunikasi
menjadi lebih
baik.
PEMBAHASAN
• Kecemasan Sebelum Pemberian Terapi Bermain
Sebelum diberikan terapi bermain tingkat kecemasan anak sebanyak 12 responden (37,5%)
mengalami cemas ringan, 13 responden (40,6%) mengalami cemas sedang dan 7 responden (21,9%)
mengalami cemas berat. Hasil ini menggambarkan anak usia prasekolah yang mengalami kecemasan akibat
hospitalisasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagai respon dari pengalaman yang tidak menyenangkan
seperti nyeri, disuntik, diinfus, lingkungan yang berbeda dengan di rumah, berpisah dengan orang tua,
otonomi berkurang selama di rumah sakit. Hospitalisasi menimbulkan dampak stress bagi kehidupan anak.
Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Adriana (2011) bahwa perawatan dan pengobatan di rumah sakit sering
membuat anak tidak kooperatif, yaitu sulit atau menolak untuk didekati dan berinteraksi dengan petugas
kesehatan.
Tingginya tingkat kecemasan yang dialami oleh anak selama masa hospitalisasi didukung oleh
penelitian Samidah (2012), sebanyak 84.4% anak mengalami kecemasan ringan selama masa hospitalisasi.
Menurut penelitian Wowiling, dkk (2014), sebanyak 42,43% anak mengalami kecemasan selama dirawat di
rumah sakit.
KECEMASAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN
• Tingkat kecemasan sesudah perlakuan dengan terapi bermain walkie talkie menunjukkan 1 responden
(3,1%) tidak cemas, 28 responden (87,5%) mengalami cemas ringan, dan 3 responden (9,4%)
mengalami cemas sedang. Hal ini menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan anak setelah
diberikan terapi bermain. Hal lain yang ditemukan peneliti, setelah diberikan terapi bermain anak
menjadi lebih kooperatif seperti mudah diberikan intervensi, tidak lagi takut dengan dokter dan
perawat serta komunikasi menjadi lebih baik.
• Prinsip dasar dari permainan walkie talkie adalah menggunakan kalengkaleng bekas serta benang nilon
sebagai perantaranya. Permainan ini diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan sosial untuk dapat
berinteraksi dengan teman sebaya atau orang lain, anak juga telah dapat menggunting dan merangkai
untuk mengembangkan bakat dan potensi anak. Permainan walkie talkie akan membuat suasana rumah
sakit nyaman seperti lingkungan sebelum hospitalisasi,
• Setelah terapi bermain, tingkat kecemasan pada anak menjadi turun hal ini didukung oleh penelitian
Samidah (2012), dengan hasil setelah diberikan terapi bermain kecemasan anak turun 100%. Hal yang
sama terungkap dari penelitian Wowiling, dkk (2014), hasilnya tingkat kecemasan anak menjadi turun
setelah diberikan terapi bermain dari 42,43% menjadi 37,17%. Penelitian lain dari Suryanti, dkk (2012),
meneliti tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi dan didapatkan hasil rata-rata
sebanyak 21,13 menjadi 14,00 setelah dilakukan terapi bermain
Thank you

Anda mungkin juga menyukai