Anda di halaman 1dari 27

SISTEM PERNAFASAN

OLEH : SUSILOWATI LOEKMAN, DFM


SISTEM PERNAFASAN

Rongga dada (Thoracis cavity ) terbentuk dari rangka dada


dan diaphragma ini disebut dengan Thoracis viscera.
Untuk seterusnya teknik Radiografi untuk pemafasan
disebut Teknik Radiografi foto Rontgen Thorax.

System pemafasan dikategorikan dua jenis:


A. System pemafasan bagian atas terdiri dari:
1. Pharynx
2. Oropharynx
3. Larynx
B . System pemafasan bagian bawah terdiri dari ::
1. Trachea
2. Bronchus
3. Paru-Paru (Pulmo = Lung )
4. Mediastinum
5. Diaphragma
1. Trachea
Merupakan jaringan otot yang berbentuk
tabung ,membentuk cincin (ring ). Bagian
belakang dari trachea datar dan kuat.Diameter
tabung 3/4 inch dan panjangnya 4.5 inch.Letak
Trachea pada pertengahan memanjang
( midsagital ) dan didepan Oesophagus

2. Bronchus
Bagian akhir dari Trachea merupakan cabang dari Bronchus,ini disebut dengan
Terminal Bronchi. Setelah Terminal ,Bronchus mempunyai 2 cabang,yang masuk
ke paru-paru.Cabang dextra masuk ke pulmo dextra,dan cabang sinistra masuk ke
pulmo sinistra.Bronchus dextra lebih pendek dari Bronchus Sinistra.
Bronchus dextra mempunyai tiga cabang,sedangkan Bronchus sinistra mempunyai
dua cabang.( disebut Bronchus Primer ).
Bronchus primer ini mempunyai cabang yang halus dan kecil disebut dengan
Hillus (= hillum )..Terminal Bronchus terhubung dengan Duktus Alveolus dan
setiap duktus alveolus berakhir dengan Sachet Alveolus.
3. Paru-Paru
(Pulmo = Lung)
Mempunyai:
1 . Dinding Thoracis
2. Lobus Atas
3 . Lobus Tengah
4. Lobus Bawah
4. Diaphragma
Adalah divisi musculus-fibrous antara dada dan abdomen,salah satu
bagian dari mekanisme pernafasan,yang letaknya lebih kebawah,pada
keadaan inspirasi untuk menambah kapasitas rongga dada.
Pada posisi tegak,batas atas diaphragma terlihat setinggi costa IX dan
costae X.Pada diaphragma ini jarang sekali terdapat penyakit-penyakit
primer,tetapi dapat disebabkan oleh pleural dan peritonium atau karena
kerusakan syaraf phrenicus atau karena trauma atau kelainan
kongenital.
Tujuan pokok dari pemotretandiaphragma adalah untuk melihat
kelainan-kelainan struktur diatas dan dibawahnya.
Radiografi Thorax :(Radiografi untuk Paru-Paru) :
Dilakukan untuk kelainan pada :
Patologi Pulmonai
Pemeriksaan Mediastinum
Pemeriksaan Diaphragma
Melihat dinding Thorax
Warning for patient:
1. Melepaskan benda-benda radio opaque
2. Bila rambutnya panjang harus disanggul
3. Menyarankan kepada pasien memakai baju kusus untuk pasien

Proteksi Radiasi;
1. Pelindung Gonade ( ovarium , testis ) Apron
2. Pada bayi pelindung dengan karet Pb

Jarak Fokus Film


1. Untuk jantung 150 s/d 175 cm,tujuannya agar magnifikasi jantung
sekecil-kecilnya. (hampir = besar aslinya)
2. Untuk pulmo 120 cm ( agar besar paru-paru sesuai dengan aslinya)

Kualitas Radiografi
1. Kontras harus jelas antara tulang dan jaringan
2. Lokalisasi radiografi harus jelas sesuai dengan kebutuhan objek
yang di Rontgen
PROYEKSI-PROYEKSI
DASAR THORAX

1. Pasien menghadap kasset,dagu diangkat di


letakan diatas tengah-tengah kassette
2. Batas atas kassette kurang lebih 5 cm diatas
ketinggian bahu dan bawah sebatas diaphragma
Posisi atau sinus phrenikus
3. Kedua siku ditekuk,bagian punggung tangan
diletakan pada panggul dan kedua siku ditarik
1. PA- kedepan agar Scapula tidak superposisi pada
paru-paru
PROYEKSI 4. C.R. dipusatkan pada Vertebrae Thoracal IV
atau V Vertikal
5. Luas lapangan sesuai dengan keperluan
Radiografi
6. Dikatakan true PA,bila ujung medial Clavicula
kanan/kiri berjarak sama terhadap processus
spinosus dari vertebrae.
Kriteria : yang terlihat pada gambar
2. Lateral 1. Dari posisi PA pasien diputar 90 derajat .sesuai dengan
kelainan
Proyeksi
2. Kedua lengan dilipat diatas kepala dan Axillia
menempel pada kassette
3. C.R : pada Axilla sejajar pada Vert Thoracal IV atau V
4. Batas atas dan batas bawah = proyeksi PA
1. Left PA Oblique ( LAO ): miring 45 derjat, ini berarti
3. Oblique yang terproyeksi adalah paru-paru kanan .
Proyeksi 2. PA Oblique ( RAO ): berarti yang terproyeksi paru-
paru kiri
4. Proyeksi Tambahan , Apical Proyeksi dengan metode Lindblom
 Posisi pasien AP
1. Posisi pasien dengan punggung berjarak kira-kira 25 cm dari
kassette,kemudian punggung direbahkan kebelakang sehingga bagian
bahu saja yang menempel pada kassette.
2. Kedua tangan = posisi PA
3. C.R : ditujukan pada mid-line tubuh setinggi Angulus Stemalis dengan
arah sinar 30 derajat
kranial jadi letak kassette ditinggikan
 Oblique Proyeksi
gunanya untuk melihat lokalisasi massa tumor yang terletak pada daerah
Cervicothoracalis dan Jantung
1. Putar badan pasien 30 derjat dari posisi AP menjauhi film
2. Kedua tangan dan siku terletak arah kebelakang dan tarik ke depan.
 Lateral Decubitus Proyeksi
Untuk melihat Pneumothorax atau
Effusion pada pasien yang tidak bisa
berdiri.
1. Pasien tiduran pada sisi tubuh
yang sakit bila melihat cairan pada
rongga pleural, atau pada sisi
lainnya bila melihat udara.
2. Pasien harus diganjal dengan
bantalan spons sehingga seluruh
dada tercakup dalam film
3. Kassette diletakan vertikal
didepan atau dibelakang pasien
4. Lengan diletakan dibantal atau
merangkul kassette
5. C.R : diarahka pada tengah
kassette atau setinggi VertThoracal
IV atau V dengan arah sinar
horizontal.
LATERAL PROJECTIONS
FOR FLUID LEVEL
VENTRAL OR DORSAL
DECUBITUS POSITION
Evaluation criteria
I. Proyeksi AP :  The area from the mid-cervical to the
 Posisi pasien AP mid-thoracic region should be
 Lokasi pemotretan mid sagital plane included.
 C.R: langsung manubrium  The air-filled trachea should be dem-
onstrated.
 X ray tegak lurus
 There should be no rotation.
 Perhatikan gambar
II. Trachea dan Mediastinum Superior Proyeksi Lateral

Posisi Pasien :
 Letakan pasien dalam posisi lateral duduk atau berdiri
 Jika berdiri keseimbangan badan terjaga
 Batas atas film setinggi laryng (perhatikan gambar)
 Shoulder diputar kebclakang
 Exposure dllakukan tarik nafas daiam sehingga Trachea berisi udata
 Central Ray : Langsung Horizontal melalui titik tengah diantara
Manubrium Notch dan bagian anterior Caput Humerus

Kriteria:
 Daerah dari pertengahan Cervical sampai pertengahan Thoracal
include
 Shoulder tidak akan, superimpose menutupi Trachea mediastinum
superior
 Trachea terlihat bagus berisi udara
 Pasien tidak rotasi
III. Trachea dan Apex Pulmo
Trcmssoulder Lateral, metode Twining

Posisi Pasien
 Tangan diangkat Jetakan diatas cassette ( lihat gambar)
 Badan lateral
 C.R : MelaJui fossa supraclavicular, 15 derajat Caudal

Kriteria ;
 Shoulder batasan akan lebih baik dengan yang lain
 Daerah pertengan Cervical dan pertengahan Thoracal terlihat
 Trachea akan teriihat bcrisi udara
 Pasien tidak rotasi
Bronchografi

 Merupakan teknik khusus untuk pemeriksaan Bronchus secara


Radiologi
 Gunanya untuk melihat kelainan pada cahang
Bronchus,misalnya radang Bronchus yang sudah berat
(bronchitis), bronchopneomoni, dsb
 Bronchografi dilakukan dengan memakai kontras media

Posisi Radiografi :
Setelah kontras media dimasukan melalui Trachea, maka
dilakukan Teknik Radiografi sebagai berikut:
1. Proyeksi AP, sama persis dengan foto Thorax (posisi pasien PA)
2. Proyeksi Lateral = lateral foto Thorax
Teknik Radiografi unluk Diaphragma
1.PA Proyeksi: ,
 Pasien dengan posisi PA seperti pada posisi Thorax
 Kassette sesuai dengan ukuran ohjek diletakan melintang
 Batas bawah kassette setinggi margin costalis bawah
(Lumbal I atau II)
 C. R. pada Xiphisternum
 Arah sinar horizontal
 Eksposi dilakukan 2 kali pertama pada saat inspirasi full dan
kedua pada saat expirasi pada film yang sama

2. Proyeksi Lateral:
 Pasien true lateral
 C.R dibawah Axilla sejajar dengan Xiphistemirm
Bila diperlukan pemeriksaan dilakukan dengan flouroskopi.
Penilaian terhadap pergerakan diaphragma untuk memhedakan
antara kelainan diaphragma paralitik dan kelainan non paralitik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai