REPERTUM
DR. IDA BAGUS PUTU ALIT SPFM(K),DFM
DEPARTEMENT FORENSIK DAN STUDI MEDIKO LEGAL
Jenis Visum et Repertum
VeR
Visum et Hidup
Repertum
Korban
Fisik Ragawi
VeR VeR kejahatan
Visum et Jenazah seksual
Repertum
VeR PL VeR otopsi
Visum
psikiatrikum Tersangka
Visum et Repertum Ragawi
Korban Hidup
• Penganiayaan (torture)
• Delik material: Unsur akibat Luka atau tanda keracunan serta akibat dari luka (derajat
luka): fisik maupun material.
• Kejahatan seksual :
• Delik formal: Unsur perbuatan Persetubuhan,kekerasan
Korban Mati (jenazah)
• Unsur akibat
• Sebab kematian (Cause of death)
• Mekanisme kematian (Mechanism of death)
Visum et Repertum Psikiatrikum
Tersangka
Kompetensi bertanggung jawab
Konsep Actus Rheus - Mens Rhea (evil doing) – (evil mind)
Unsur Mens Rhea:
• Sengaja (intentional)
• Neglegence
• Recklessness
• Gangguan perkembangan mental atau kelainan mental (Pasal 44 KUHP)
Konsep Umum Medicolegal Report
Implisit
Reasoning
Observation
Physical evidence
•Factual Proof
Visum et Repertum
•Legal proof
Explisit Reasoning
(Critical thinking)
Physical Evidence : Professional Expert
HIDUP :
◦ Pemeriksaan Fisik
◦ Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Tambahan
◦ Tindakan medis
◦ Tujuan : akibat trauma (material) atau membuktikan perbuatan (Formal)
MATI :
◦ Pemeriksaan Luar (External Examination)
◦ Otopsi (Internal Examination) : menentukan Sebab Mati (Cause of Death) dan
Mekanisme Kematian ( Mechanism of Death)
◦ Pemeriksaan Tambahan
Physical Evidence : Korban Mati
Identifikasi : Dental,DNA,FP dan Property, Medis, Fotografi
Tanda Kematian (perubahan Tanatologi) :
◦ Lebam Mayat (Livor Mortis)
◦ Kaku Mayat (Rigor Mortis)
◦ Pembusukan (decomposisi)
◦ Algor Mortis, Retinal Segmentasi, Elektrolit, Histopatologi
Trauma dan atau Keracunan
Bagian dalam : Kelainan Patologis, trauma organ dalam, mekanisme :
perdarahan, asfiksia
Definisi Otopsi
Asal kata bahasa Yunani auto dan opsis
Pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan
terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan
menemukan proses penyakit dan atau adanya cidera, melakukan
interprestasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebabnya serta mencari hubungan sebagai akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian
dengan menggunakan cara-cara yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh ahli yang
berkompeten.
Sejarah
Ahli otopsi jaman dulu adalah pemburu, tukang jagal hewan dan
koki.
Galen (131-200 M) di zaman Yunani kuno, melakukan pembedahan
binatang dan manusia
Pada akhir tahun 1400 di Padua dan Bologna, Italia, Paus Sixtus IV
mengizinkan pembedahan tubuh manusia oleh mahasiswa
kedokteran
Giovanni Bathista Morgagni (1682-1771) ahli otopsi
pertama patologi dengan gejala klinis
Abad 18 Allgemeine Krankenhause di Vienna Karl
Rokitansky (1804-1878) tidak menggunakan px
mikroskopis
Rudolph Virchow (1821-1902), dari Jerman
mengembangkan px mikroskopis
Jenis-jenis otopsi
Otopsi forensik
Otopsi klinik
Otopsi anatomi
PENGANGKATAN ORGAN
Von Kries
Pada kasus yang kompleks
Memerlukan pertimbangan medis lebih dalam
Sebab bila berhubungan adekuat :
◦Relevans
◦Necessary
◦Sufficient unsur utama
TOEREKENING NAAR REDELIJKHEID
Koster
Faktor kausalitas :
a) Sifat kejadian
b) Sifat kerugian ( damage)
c) Kemungkinan kerugian yang diperkirakan
( predictable damage) prognosis
d) Beban yang seimbang
Expert Witness Korban Hidup: Penganiayaan
Luka dan benda penyebab
Akibat dari luka: derajat luka
MEDIS HUKUM
LUKA PENGANIAYAAN
Ringan Penganiayaan ringan
pasal 352
Sedang Penganiayaan
pasal 351(2)
Berat Penganiayaan Berat
pasal 351 (2)
Aspek Medis Penganiayaan
Penganiayaan Ringan ( psl 352 KUHP )
* Pidana 4 Bulan.
Penganiayaan ( psl 351 KUHP ayat 2 )
* Pidana 2 Tahun 8 Bulan
Penganiayaan Berat (Psl 351 KUHP ayat 2)
* Pidana 5 Tahun.