Anda di halaman 1dari 94

SAMPAH

(PENGERTIAN)
PENGERTIAN SAMPAH
• KAMUS LINGKUNGAN (1994)
Sampah adalah bahan yg tdk mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
digunakan secara biasa atau khusus dlm produksi atau pemakaian, barang rusak
/cacat selama manufaktur/materi berlebihan atau buangan
• ISTILAH LINGKUNGAN UNTUK MANAJEMEN (ECOLINK 1996)
Sampah adlah suatu bahan yg terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yg belum memiliki nilai ekonomis
• TANJUNG Dr, M.Sc
Sampah adalah sesuatu yg tdk berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai
semula
• RADYASTUTI (1996)
Sampah adalah sumber daya yg tidak siap pakai
• BASRIYANTA
• Sampah merupakan barang yg diangggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemiliknya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yg benar.
Berikan opini/pendapat Anda dr Gambar ini!!
Sumber-sumber Sampah
• Pemukiman/rumah tangga
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa
pengolahan makanan, perlengkapan rumah
tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain,
sampah/kebun/halaman, dan lain-lain
a.Pertanian dan Perkebunan
Pertanian dan Perkebunan
• Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik,
seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang
dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan
untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida
dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak
mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah
lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat
pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulan
Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung

• Sampah yang berasal dari kegiatan


pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa
berupa bahan organik maupun anorganik.
Sampah organik, misalnya : kayu, bambu,
triplek. Sampah Anorganik, misalnya : semen,
pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja,
kaca, dan kaleng
Perdagangan dan Perkantoran
• Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan
swasta, biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil,
spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan
kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan
lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara
terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan
beracun
Industri
• Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses
produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan
bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas,
kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut
untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan
kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan
khusus sebelum dibuang
Jenis-jenis Sampah
• Sampah Anorganik/kering
Sampah Anorganik berasal
dari sumber daya alam tak
terbarui seperti mineral dan
minyak bumi, atau dari proses
industri.
Beberapa dari bahan ini tidak
terdapat di alam seperti plastik
dan aluminium. Sebagian zat
anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan
Sampah Organik/basah
• Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan
dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain. Sampah ini
dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran,
kulit buah, dan daun.
Pengelolaan Sampah
Pemilahan
• Kegiatan pemilahan sampah merupakan
bagian yang sangat penting dalam upaya
mengurangi timbunan sampah yang akan
dibawa ke TPA. Kegiatan pemilahan ini
dilakukan dengan memasukkan sampah ke
dalam 3 wadah/tempat berdasarkan jenisnya
• Sampah-sampah organik, seperti sisa
makanan, sayuran, buah-buahan, dan daun-
daunan. Sampah jenis ini dapat dimanfaatkan
untuk diolah menjdai kompos
• Sampah-sampah anorganik yang bermanfaat,
seperti kertas bekas, plastik, gelas/kaca.
Sampah keras dapat dimanfaatkan kembali
menjadi kertas daur dan memiliki nilai
ekonomis.Sampah plastik dapat digunakan
kembali atau dapat dijual. Sampah gelas/kaca
dapat dimanfaatkan kembali atau dijual.
• Sampah-sampah anorganik yang tidak
bermanfaat, seperti logam kecil, puntung
rokok. Sampah ini ditampung, dikumpulkan
untuk kemudian diangkut
Pengumpulan
• Sistem pengumpulan sampah, khususnya sampah
rumah tangga yang saat ini dilakukan berdasarkan
kondisi dan kultur masyarakat. Umumnya di kota-
kota besar terutama di wilayah Jakarta pengumpulan
sampah dilakukan sebagai berikut

1.Tiap Rumah Tangga menyediakan tempat atau wadah


sampah tertutup yang dilapisi kantong plastik,
2.untuk menampung sampah yang tidak dapat dimanfaatkan
• Dipo adalah tempat penampungan sampah
sementara (TPS) yang meliputi satu kelurahan
kurang lebih 30.000 warga, dengan daya
tampung sampah sekitar 150 meter kubik
• Pool Container, biasanya terletak di pinggir
jalan di sebuah lokasi pemukiman dan
memiliki volume kurang lebih 6-10 meter
kubik, berbentuk sebuah bak penampungan
besi. Pool caontainer ini diangkut oleh truk
dinas kebersihan dengan sistem hidrolik
Pengangkutan
• Pengangkutan sampah dari tempat
penampungan sementara (TPS) ke tempat
pembuangan akhir (TPA) dilakukan oleh dinas
kebersihan. Pengangkutan sampah dilakukan
dengan sistem pembagian lokasi, setiap truk
pengangkut sampah mempunyai tugas di
wilayah tertentu. Jenis angkut yang digunakan
dalam pengangkutan sampah ke TPA antara
lain
• Truk Terbuka, memiliki kapasitas cukup
besaruntuk mengangkut sampah dari TPS ke
TPA dengan menutup bagian atas dengan
jaring atau terpal
• Truk Kompaktor, mengangkut sampah dari
pemukiman sebagai tempat pembuangan
sampah sementara
• Truk Tripper, mengangkut sampah dari TPS
ke TPA
• Truk Hidrolik Kontainer, bertugas
mengangkut kontainer yang sudah penuh ke
TPA.
• PENGOMPOSAN
LATAR BELAKANG
• Keterangan :
menggambarkan suatu siklus nutrisi,
yang menempatkan manur sebagai
dalam suatu siklus nutrient dalam
sebuah sistem pertanian.
Penggunaan manur sebagai stabilisator
tanah pertanian melalui suatu proses
degradasi yaitu PENGOMPOSAN.
Setiap bahan organik/bahan-bahan
hayati yang telah mati akan mengalami
proses dekomposisi atau pelapukan.
Melalui proses dekomposisi terjadi
proses daur ulang unsur hara secara
alamiah.
Hara yang terkandung dalam bahan atau
benda-benda organik yang telah mati,
dengan bantuan mikroba (jasad renik),
seperti bakteri dan jamur, akan terurai
menjadi hara yang lebih sederhana
dengan bantuan manusia maka produk
akhirnya adalah KOMPOS (compost).
• Pengomposan didefinisikan sebagai
proses biokimiawi yang melibatkan
jasad renik sebagai agensia
(perantara) yang merombak bahan
organik menjadi bahan yang mirip
dengan humus.
• Hasil perombakan tersebut disebut
KOMPOS.
SEJARAH
• Kompos dan pengomposan (composting)
sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.
• Penggunaan kompos sebagai pupuk telah
dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa.
Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan
Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan
teknologi pengomposan sudah berkembang
cukup pesat, namun demikian sampai tahun
1925 tidak terjadi perbaikan proses.
• Pada tahun 1925, Sir Albert Howad seorang
agronomis berkebangsaan Inggris yang
bekerja di India mengembangkan sistem
pembuatan kompos yang lebih baik, yang
dikenal dengan sebutan “Indore method”.
• Kompos dibuat dengan cara menumpukkan
bahan organik seperti sampah, kotoran
ternak, sludge limbah rumah tangga, jerami,
dan dedaunan yang disusun selapis demi
selapis setinggi 1,5 meter.
• Pada mulanya pembuatan kompos
dilakukan selama 6 bulan melalui proses
anaerob. Setelah ditemukannya metode
ini waktu pengomposan dapat
diperpendek menjadi 3 bulan.
MANFAAT KOMPOS
• Aspek Ekonomis :
1. Menghemat biaya untuk
transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari
pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan

1. Mengurangi polusi udara karena


pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan
untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman
1. Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah
sehingga memudahkan perkembangan akar dan
kemampuannya dalam penyerapan hara.
2. Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat
air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih lama
dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah.
3. Menahan erosi tanah sehingga mengurangi
pencucian hara.
4. Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan
jasad penghuni tanah seperti cacing dan mikroba
tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.
5. Menahan tanaman dari serangan hama penyakit
Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi
menjadi 2 tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pengomposan
Selama tahap awal proses, oksigen dan senyawa yang
mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh
mikroba mesofilik.
Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.
Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o 70oC.
Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba
yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik,
yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini
terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang
sangat aktif.
• Suhu akan meningkat hingga di atas 50o
70oC.
• Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu.
• Mikroba yang aktif pada kondisi ini
adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba
yang aktif pada suhu tinggi.
• Pada saat ini terjadi dekomposisi/
penguraian bahan organik yang sangat
aktif.
• Setelah sebagian besar bahan telah
terurai, maka suhu akan berangsur
angsur mengalami penurunan.
• Pada saat ini terjadi pematangan
kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus
Selama proses pengomposan akan terjadi
penyusutan volume maupun biomassa
bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 –
40% dari volume
Pada dasarnya semua bahan organik padat
dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik
rumah tangga, sampah organik pasar/kota,
kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah
pertanian, limbah agroindustri, limbah pabrik
kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik
kelapa sawit, dll.
KURVA PROSES PENGOMPOSAN
Faktor yang Memengaruhi
Pengomposan
1. Ketersediaan dan Keseimbangan Nutrisi (Rasio
C/N)
 Nisbah karbon dan nitrogen dianggap sebagai
faktor terpenting yang memengaruhi proses
pengomposan.
 Pada awal proses pengomposan, mikroba
membutuhkan karbon sebagai sumber energi
untuk pertumbuhan dan nitrogen untuk sintesis
protein.
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan
berkisar antara 30: 1 hingga 40:1.
Nisbah C/N terlalu tinggi akan memperlambat
proses pengomposan karena mikroba kekurangan N
untuk sintesis
Bila karbon terdapat dalam bentuk yang sulit
didekomposisi oleh bakteri (misalnya kertas, serat
kayu/serbuk gergaji, dan jerami), maka akan
meningkatkan nilai nisbah C/N.
Nisbah C/N dapat dikurangi melalui penambahan
sumber nitrogen, misalnya limbah ternak.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara
permukaan area dan udara. Permukaan area
yang lebih luas akan meningkatkan kontak
antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi akan berjalan lebih cepat.
Ukuran partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas).
Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel bahan
tersebut

Dicacah
(ukuran 3-5 cm)
3. Aerasi
• Pengomposan yang cepat dapat terjadi
dalam kondisi yang cukup
oksigen(aerob).
• Aerasi secara alami akan terjadi pada
saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan
udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos.
• Aerasi ditentukan oleh porositas dan
kandungan air bahan (kelembaban).
• Apabila aerasi terhambat, maka akan
terjadi proses anaerob yang akan
menghasilkan bau yang tidak sedap.
• Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan
udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
• Porositas adalah ruang diantara partikel di
dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung
dengan mengukur volume rongga dibagi
dengan volume total. Rongga ini akan diisi
oleh air dan udara.
• Udara akan mensuplai oksigen untuk proses
pengomposan. Apabila rongga dipenuhi oleh
air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan
proses pengomposan juga akan terganggu.
5. Kelembaban
Kelembaban memegang peranan yang
sangat penting dalam proses metabolism
mikroba dan secara tidak langsung
berpengaruh pada suplai oksigen.
Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan
organik apabila bahan organik tersebut larut
di dalam air. Kelembaban 40- 60 % adalah
kisaran optimum untuk metabolisme
mikroba.
• Apabila kelembaban di bawah 40%,
aktivitas mikroba akan mengalami
penurunan dan akan lebih rendah lagi
pada kelembaban 15%.
• Apabila kelembaban lebih besar dari
60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba
akan menurun dan akan terjadi
fermentasi anaerobik yang menimbulkan
bau tidak sedap
6. Temperatur
• Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada
hubungan langsung antara peningkatan suhu
dengan konsumsi oksigen.
• Semakin tinggi temperatur akan semakin
banyak konsumsi oksigen dan akan semakin
cepat pula proses dekomposisi.
• Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat
pada tumpukan kompos.
• Temperatur yang berkisar antara 30-60oC
menunjukkan aktivitas pengomposan
yang cepat.
• Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan
membunuh sebagian mikroba dan hanya
mikroba thermofilik saja yang akan tetap
bertahan hidup.
• Suhu yang tinggi juga akan membunuh
mikroba patogen tanaman dan benih
gulma.
7. pH (Tingkat Keasaman)
• Proses pengomposan dapat terjadi
pada kisaran pH yang lebar.
• pH yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6,5
sampai 7,5
• pH kotoran ternak umumnya berkisar
antara 6,8 hingga 7,4
• Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahan organik
dan pH bahan itu sendiri.
• Sebagai contoh, proses pelepasan asam,
secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman),
sedangkan produksi amonia dari senyawa
yang mengandung nitrogen akan
meningkatkan pH pada fase awal
pengomposan.
• pH kompos yang sudah matang biasanya
mendekati netral.
8. Kandungan Hara
• Kandungan P dan K juga penting
dalam proses pengomposan dan
bisanya terdapat didalam kompos dari
peternakan.
• Hara ini akan dimanfaatkan oleh
mikroba selama proses pengomposan.
9. Kandungan bahan berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin


mengandung bahan yang berbahaya bagi
kehidupan mikroba.
Logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel,
Cr adalah beberapa bahan yang termasuk
kategori ini.
Logam berat akan mengalami imobilisasi
selama proses pengomposan.
10. Penambahan Mikroba yang Bermanfaat
Bagi Tanaman
• Kompos dapat diperkaya dengan menambahkan
mikroba yang bermanfaat bagi tanaman.
• Mikroba tanah banyak yang berperan di dalam
penyediaan maupaun penyerapan unsur hara bagi
tanaman.
• Mikroba yang dapat ditambahkan antara lain:
Rhizobium sp (hidup di dalam bintil akar tanaman
kacangkacangan), Mikroba penambat N
nonsimbiotik misalnya: Azospirillum sp dan
Azotobacter sp
• Kelompok mikroba lain yang juga
berperan dalam penyerapan unsur P
adalah Mikoriza (ektomikoriza dan
Endomikoriza)
• Ektomikoriza seringkali ditemukan pada
tanaman keras/berkayu,sedangkan
endomikoriza ditemukan pada banyak
tanaman, baik tanaman berkayu atau
bukan.
Beberapa mikroba tanah juga mampu
menyediakan P bagi tanaman dan
menghasilkan hormon tanaman yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman.
Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan
diserap oleh tanaman sehingga tanaman
akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar.
Kelompok mikroba yang mampu melarutkan
P yang terikat dalam tanah dan menghasilkan
hormon tumbuh bagi tanaman, antara lain:
Pseudomonas sp, dan Bacillus sp. dll.
MIKROBA DALAM
PENGOMPOSAN
• Mikroba yang terlibat dalam
pengomposan adalah bakteri, jamur, dan
actinomycetes
• Selama proses pengomposan
berlangsung secara aerob, terjadi
perubahan populasi mikroba baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif.
• Pada tahap awal pengomposan, jamur dan bakteri
mesofilik berperan dalam proses dekomposisi dan
mengakibatkan kenaikan suhu.
• Ketika suhu mencapai di atas 40oC, mikroba tersebut
digantikan oleh bakteri, jamur, dan actinomycetes
termofilik.
• Pada suhu di atas 65oC muncul bakteri pembentuk
spora yang mengurangi aktivitas mikrobia dan
menurunkan suhu. Bila suhu turun lagi menjadi di
bawah 40oC, bakteri dan jamur mesofilik muncul
kembali.
Organisme yang terlibat dalam proses
pengomposan
Kelompok Organisme Jumlah/gr kompos
Organisme

Mikroflora Bakteri;
109 - 109; 105 108;
Actinomicetes;
104 - 106
Kapang
Mikrofanuna Protozoa 104 - 105
Makroflora Jamur tingkat tinggi
Cacing tanah,
Makrofauna rayap, semut, kutu,
dll
METODE PENGOMPOSAN

1. Metode Indore
2. Metode Heap
3. Metode Bangalore
4. Metode Berkeley
5. Vermikompos
TEMPAT PENGOMPOSAN
• Sebidang tempat beralas tanah, ternaungi agar
kompos tidak terkena sinar matahari dan air hujan
secara langsung.
• Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun
yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber
bahan baku yang akan dibuat kompos.
• Pemilihan lokasi ini akan menghemat biaya
transportasi dan biaya tenaga kerja. Lokasi juga
dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila jauh
dengan sumber air akan menyulitkan proses
pengomposan.
KEMATANGAN KOMPOS
• Untuk mengetahui tingkat kematangan
kompos terdapat beberapa parameter
yang dapat dilakukan dengan cara
mengamati dan melalui pengujian di
Laboratorium.
1. Dicium/dibaui
Kompos yang sudah matang berbau seperti
tanah dan harum, meskipun kompos berasal
dari sampah kota.
 Apabila kompos tercium bau yang tidak
sedap berarti terjadi fermentasi anaerob dan
menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang
mungkin berbahaya bagi tanaman.
Apabila kompos masih berbau seperti bahan
mentahnya berarti kompos belum matang
2. Warna kompos
• Warna kompos yang sudah matang
adalah cokelat kehitam-hitaman.
• Apabila kompos masih berwarna hijau
atau warnanya mirip dengan bahan
mentahnya berarti kompos tersebut
belum matang.
3. Penyusutan
• Terjadi penyusutan volume/bobot kompos
seiring dengan kematangan kompos.
• Besarnya penyusutan tergantung pada
karakteristik bahan mentah dan tingkat
kematangan kompos.
• Penyusutan berkisar antara 20-40%.
• Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit,
kemungkinan proses pengomposan belum
selesai dan kompos belum matang.
4. Tes kantong Plastik
Contoh kompos diambil dari bagian dalam
tumpukan. Kompos kemudian dimasukkan
ke dalam kantong plastik, ditutup rapat,
dan disimpan di dalam suhu ruang selama
kurang lebih satu minggu.
Apabila setelah satu minggu kompos tidak
berubah bentuk (tidak meggumpal), tidak
berbau atau berbau seperti tanah berarti
kompos sudah matang.
5. Tes Perkecambahan
Contoh kompos diletakkan di dalam bak kecil atau
beberapa pot kecil. Letakkan beberapa benih (3-4 biji).
Jumlah benih harus sama.
Pada saat yang bersamaan kecambahkan juga beberapa
benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki
dan ditutup dengan kaca/plastik bening.
Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari
ke-5 atau ke-7 benih yang berkecambah dihitung.
Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam
kompos dan di atas kapas basah.
Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh
banyaknya benih yang berkecambah.
6. Suhu
• Suhu kompos yang matang mendekati
suhu awal pengomposan atau suhu
kamar.
• Suhu kompos yang masih tinggi atau di
atas 50oC menandakan bahwa proses
degradasi masih berlangsung aktif.
7. Kandungan Air Kompos
• Kompos yang sudah matang memiliki
kandungan air kurang lebih 55-65%. Cara
mengukur kandungan air kompos adalah
sebagai berikut :
• Ambil sampel kompos dan ditimbang
• Kompos dikeringkan di dalam oven hingga
beratnya konstan, kemudian kompos ditimbang
kembali.
• Kandungan air kompos dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Standar Kualitas Kompos (SNI 1970302004)
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
1 Kadar Air % - 50
2 Temperatur oC suhu air tanah
3 Warna Kehitaman
4 Bau berbau tanah
5 Ukuran partikel Mm 0,55 25
6 Kemampuan ikat air % 58 -
7 pH - 6,8 7,49
8 Bahan asing % * 1,5
Unsur makro
9 Bahan organik % 27 58
10 Nitrogen % 0,40 -
11 Karbon % 9,80 32
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
14 Kalium (K2O) % 0 *
Unsur mikro
15 Arsen mg/kg * 13
16 Kadmium (Cd) mg/kg * 3
17 Kobal (Co ) mg/kg * 34
18 Kromium (Cr) mg/kg * 210
19 Tembaga (Cu) mg/kg * 100
20 Merkuri (Hg) mg/kg * 0,8
21 Nikel (Ni) mg/kg * 62
22 Timbal (Pb) mg/kg * 150
23 Selenium (Se) mg/kg * 2
24 Seng (Zn) mg/kg * 500
Unsur lain
No Parameter Satuan Minimum Maksimum

25 Kalsium % * 25,5
26 Magnesium % * 0,6
27 Besi % * 2
28 Alumunium % * 2,2
29 Mangan % * 0.1
Bakteri
30 Fecal Coli MPN/gr 1000
31 Salmonella sp. MPN/4 gr 3

Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari
maksimum
• LIMBAH
Pengertian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

 Limbah B3 adalah setiap limbah yang


mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun secara tidak
langsung dapat merusak dan/atau
mencemarkan lingkungan hidup dan/atau
dapat membahayakan manusia
Limbah B3 berdasarkan jenis buangan

1. Radioaktif
2. Bahan kimia
3. Bahan yang bersifat biologis
4. Bahan yang mudah terbakar (flamable)
5. Bahan yang mudah meledak (explosive)
Pengelompokan limbah B3 berdasarkan sifatnya :

Flamable (mudah terbakar).

Explosive (mudah meledak)

Corrosive (menimbulkan karat)

Buangan pengoksidasi (oxidizing waste

Buangan penyebab penyakit (infectious


waste),

Buangan beracun (toxic waste),


Tingkat Bahaya Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat


umumnya termasuk kategori atau dengan sifat
limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari
industri kimia. Limbah dari industri kima pada
umumnya mengandung berbagai macam unsur logam
berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun
(toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida
dan pupuk.
Dampak B3 Terhadap Kesehatan

Dampak pada Kesehatan:


1. Air Raksa Mercury termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan
/Hargentum/ keseluruh jaringan terutama di darah dan otak. MeHg
terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak. 90%
Hg/ Mercury
ditemukan dalam darah merah.
Efek Fisiologis :
Efek toksisitas mercury terutama pada susunan saraf pusat
(SSP) dan ginjal, dimana mercury terakumulasi yang dapat
menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor,
kehilangan daya ingat.
Efek pada pertumbuhan :
MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap
pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir
dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan.

Efek yang lain :


Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan makanan
dapat terjadi pada keracunan akut.
Inhalasi dari elemental Mercury dapat mengakibatkan
kerusakan berat dari jaringan paru. Sedangkan keracunan
makanan yang mengandung Mercury dapat menyebabkan
kerusakan liver.
Dampak B3 Terhadap Kesehatan

Dampak Kesehatan :
Efek Fisiologi :
2. Chromium Cr (III) merupakan unsur penting dalam makanan (trace
essential) yang mempunyai fungsi menjaga agar
metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan
normal.

Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah


paru-paru, sedangkan organ lain yang bisa terserang
adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas.

Efek pada Kulit : Dermatitis berat dan ulkus


kulit karena kontak dengan Cr-IV.

Efek pada Ginjal : Bila terhirup Cr-VI dapat


mengakibatkan necrosis tubulus renalis.

Efek pada Hati : Pemajanan akut Cr dapat


menyebabkan necrosis hepar. Bila terjadi 20 % tubuh
tersiram asam Cr akan mengakibatkan kerusakan berat
hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut.
Dampak B3 Terhadap Kesehatan

3.Cadmium Dampak pada kesehatan


(Cd) Beberapa efek yang ditimbulkan akibat
pemajanan Cd adalah adanya kerusakan ginjal, liver,
testes, sistem imunitas, sistem susunan saraf dan darah.

Dampak terhadap Kesehatan


4.Cupper (Cu) Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) penting dalam
/ Tembaga diet agar manusia tetap sehat. Namun suatu intake
tunggal atau intake perhari yang sangat tinggi dapat
membahayakan. Bila minum air dengan kadar Cu lebih
tinggi dari normal akan mengakibatkan muntah, diare,
kram perut dan mual. Bila intake sangat tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal, bahkan sampai
kematian.
Dampak B3 Terhadap Kesehatan

Dampak pada Kesehatan : Sekali masuk ke dalam tubuh


5. Timah timah didistribusikan terutama ke 3 (tiga) komponen
Hitam (Pb) yaitu:
a. Darah,
b. Jaringan lunak (ginjal, sumsum tulang, liver, otak),
c. Jaringan dengan mineral (tulang + gigi).

Tubuh menimbun timah selama seumur hidup dan secara


normal mengeluarkan dengan cara yang lambat. Efek
yang ditimbulkan adalah gangguan pada saraf perifer
dan sentral, sel darah, gangguan metabolisme Vitamin D
dan Kalsium sebagai unsur pembentuk tulang, gangguan
ginjal secara kronis, dapat menembus placenta sehingga
mempengaruhi pertumbuhan janin.
Dampak B3 Terhadap Kesehatan

Dampak terhadap Kesehatan : Ni dan senyawanya


merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang
6.Nickel (Ni) mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena
kanker pada paru-paru dan rongga hidung, dan mungkin
juga dapat terjadi kanker pita suara.

Dampak pada Kesehatan : Pestisida golongan


Organophosphat dan Carbamat dapat mengakibatkan
7.Pestisida keracunan Sistemik dan menghambat enzym
Cholinesterase (Enzim yang mengontrol transmisi
impulse saraf) sehingga mempengaruhi kerja susunan
saraf pusat yang berakibat terganggunya fungsi organ
penting lainnya dalam tubuh. Keracunan pestisida
golongan Organochlorine dapat merusak saluran
pencernaan, jaringan, dan organ penting lainnya.
Dampak B3 Terhadap Kesehatan

Dampak terhadap Kesehatan: Arsen inorganik


8.Arsene telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama,
yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis
rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan.
Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang
timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri,
mual, muntah dan diare.
Selain itu mengakibatkan penurunan
pembentukan sel darah merah dan putih,
gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh
darah, luka di hati dan ginjal.
Dampak B3 Terhadap Kesehatan

9. Nitrogen Dampak terhadap kesehatan berupa keracunan akut


Oxide (NOx) sehingga tubuh menjadi lemah, sesak nafas, batuk yang
dapat menyebabkan edema pada paru-paru.

Dampak pada kesehatan berupa keracunan akut:


a.Pemajanan lewat ingesti efeknya berat, rasa terbakar
di mulut, pharynx, abdomen yang disusul dengan muntah,
10. Sulfur diare, tinja merah gelap (melena). Tekanan darah turun
Oxide (SOx) drastis.
b.Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran
pernafasan, batuk, rasa tercekik, kemudian dapat
terjadi edema paru, rasa sempit didada, tekanan darah
rendah dan nadi cepat.
c.Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit
terbakar.
Dampak B3 Terhadap Kesehatan

11.Karbonmon Dampak pada kesehatan :


oksida (CO) a.Keracunan akut
Terjadi setelah terpajan karbonmonoksida
berkadar tinggi. CO yang masuk kedalam tubuh dengan cepat
mengikat haemoglobine dalam darah membentuk
karboksihaemoglobine (COHb), sehingga haemoglobine tidak
mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen yang sangat
diperlukan untuk proses kehidupan dari pada jaringan dalam
tubuh. Hal ini disebabkan karena CO mempunyai daya ikat
terhadap haemoglobine 200 sampai 300 kali lebih besar dari
pada oksigen, yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak
atau hypoxia, susunan saraf, dan jantung, karena organ
tersebut kekurangan oksigen dan selanjutnya dapat
mengakibatkan kematian.
b.Keracunan kronis
Terjadi karena terpajan berulang-ulang oleh CO
yang berkadar rendah atau sedang. Keracunan kronis
menimbulkan kelainan pada pembuluh darah, gangguan fungsi
ginjal, jantung, dan darah.
Strategi penanganan untuk
mengoptimalkan sistem pengelolaan

1. Hazardous waste minimization


2. Daur ulang dan recovery.
3. Proses pengolahan.
4. Secured landfill.
5. Proses detoksifikasi dan
netralisasi.
6. Incinerator
Pengelolaan limbah b3 :
1.Penyimpanan 2)Pengangkutan 3)Pengolahan 4.Pembuanga
n Akhir
Penyimpanan
merupakan kegiatan Apabila tidak
penampungan ditangani di
sementara limbah B3
tempat, limbah Limbah B3
sampai jumlahnya
mencukupi untuk
B3 diangkut ke memerlukan
diangkut atau diolah. sarana pengolahan
penyimpanan, Pembuangan
Limbah cair dapat sebelum dibuang
dimasukkan kedalam pengolahan akhir, akhir ke tanah
ke pembuangan
drum dan disimpan dengan dibedakan atas
akhir atau didaur
dalam gudang yang menggunakan landfill dan
ulang, baik secara
terlindung dari panas sarana sumur injeksi
fisik, kimia,
dan hujan, sedangkan
pengangkutan biologis atau
limbah B3 berbentuk
padat/lumpur dapat
seperti, truk, pembakaran
disimpan dalam bak kereta api dan
penimbun yang kapal
dasarnya dilapisi
dengan lapisan kedap
air.
• THANKS

Anda mungkin juga menyukai