Sampah Pert 1, 2
Sampah Pert 1, 2
(PENGERTIAN)
PENGERTIAN SAMPAH
• KAMUS LINGKUNGAN (1994)
Sampah adalah bahan yg tdk mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
digunakan secara biasa atau khusus dlm produksi atau pemakaian, barang rusak
/cacat selama manufaktur/materi berlebihan atau buangan
• ISTILAH LINGKUNGAN UNTUK MANAJEMEN (ECOLINK 1996)
Sampah adlah suatu bahan yg terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yg belum memiliki nilai ekonomis
• TANJUNG Dr, M.Sc
Sampah adalah sesuatu yg tdk berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai
semula
• RADYASTUTI (1996)
Sampah adalah sumber daya yg tidak siap pakai
• BASRIYANTA
• Sampah merupakan barang yg diangggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemiliknya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yg benar.
Berikan opini/pendapat Anda dr Gambar ini!!
Sumber-sumber Sampah
• Pemukiman/rumah tangga
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa
pengolahan makanan, perlengkapan rumah
tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain,
sampah/kebun/halaman, dan lain-lain
a.Pertanian dan Perkebunan
Pertanian dan Perkebunan
• Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik,
seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang
dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan
untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida
dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak
mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah
lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat
pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulan
Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung
Dicacah
(ukuran 3-5 cm)
3. Aerasi
• Pengomposan yang cepat dapat terjadi
dalam kondisi yang cukup
oksigen(aerob).
• Aerasi secara alami akan terjadi pada
saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan
udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos.
• Aerasi ditentukan oleh porositas dan
kandungan air bahan (kelembaban).
• Apabila aerasi terhambat, maka akan
terjadi proses anaerob yang akan
menghasilkan bau yang tidak sedap.
• Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan
udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
• Porositas adalah ruang diantara partikel di
dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung
dengan mengukur volume rongga dibagi
dengan volume total. Rongga ini akan diisi
oleh air dan udara.
• Udara akan mensuplai oksigen untuk proses
pengomposan. Apabila rongga dipenuhi oleh
air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan
proses pengomposan juga akan terganggu.
5. Kelembaban
Kelembaban memegang peranan yang
sangat penting dalam proses metabolism
mikroba dan secara tidak langsung
berpengaruh pada suplai oksigen.
Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan
organik apabila bahan organik tersebut larut
di dalam air. Kelembaban 40- 60 % adalah
kisaran optimum untuk metabolisme
mikroba.
• Apabila kelembaban di bawah 40%,
aktivitas mikroba akan mengalami
penurunan dan akan lebih rendah lagi
pada kelembaban 15%.
• Apabila kelembaban lebih besar dari
60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba
akan menurun dan akan terjadi
fermentasi anaerobik yang menimbulkan
bau tidak sedap
6. Temperatur
• Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada
hubungan langsung antara peningkatan suhu
dengan konsumsi oksigen.
• Semakin tinggi temperatur akan semakin
banyak konsumsi oksigen dan akan semakin
cepat pula proses dekomposisi.
• Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat
pada tumpukan kompos.
• Temperatur yang berkisar antara 30-60oC
menunjukkan aktivitas pengomposan
yang cepat.
• Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan
membunuh sebagian mikroba dan hanya
mikroba thermofilik saja yang akan tetap
bertahan hidup.
• Suhu yang tinggi juga akan membunuh
mikroba patogen tanaman dan benih
gulma.
7. pH (Tingkat Keasaman)
• Proses pengomposan dapat terjadi
pada kisaran pH yang lebar.
• pH yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6,5
sampai 7,5
• pH kotoran ternak umumnya berkisar
antara 6,8 hingga 7,4
• Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahan organik
dan pH bahan itu sendiri.
• Sebagai contoh, proses pelepasan asam,
secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman),
sedangkan produksi amonia dari senyawa
yang mengandung nitrogen akan
meningkatkan pH pada fase awal
pengomposan.
• pH kompos yang sudah matang biasanya
mendekati netral.
8. Kandungan Hara
• Kandungan P dan K juga penting
dalam proses pengomposan dan
bisanya terdapat didalam kompos dari
peternakan.
• Hara ini akan dimanfaatkan oleh
mikroba selama proses pengomposan.
9. Kandungan bahan berbahaya
Mikroflora Bakteri;
109 - 109; 105 108;
Actinomicetes;
104 - 106
Kapang
Mikrofanuna Protozoa 104 - 105
Makroflora Jamur tingkat tinggi
Cacing tanah,
Makrofauna rayap, semut, kutu,
dll
METODE PENGOMPOSAN
1. Metode Indore
2. Metode Heap
3. Metode Bangalore
4. Metode Berkeley
5. Vermikompos
TEMPAT PENGOMPOSAN
• Sebidang tempat beralas tanah, ternaungi agar
kompos tidak terkena sinar matahari dan air hujan
secara langsung.
• Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun
yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber
bahan baku yang akan dibuat kompos.
• Pemilihan lokasi ini akan menghemat biaya
transportasi dan biaya tenaga kerja. Lokasi juga
dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila jauh
dengan sumber air akan menyulitkan proses
pengomposan.
KEMATANGAN KOMPOS
• Untuk mengetahui tingkat kematangan
kompos terdapat beberapa parameter
yang dapat dilakukan dengan cara
mengamati dan melalui pengujian di
Laboratorium.
1. Dicium/dibaui
Kompos yang sudah matang berbau seperti
tanah dan harum, meskipun kompos berasal
dari sampah kota.
Apabila kompos tercium bau yang tidak
sedap berarti terjadi fermentasi anaerob dan
menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang
mungkin berbahaya bagi tanaman.
Apabila kompos masih berbau seperti bahan
mentahnya berarti kompos belum matang
2. Warna kompos
• Warna kompos yang sudah matang
adalah cokelat kehitam-hitaman.
• Apabila kompos masih berwarna hijau
atau warnanya mirip dengan bahan
mentahnya berarti kompos tersebut
belum matang.
3. Penyusutan
• Terjadi penyusutan volume/bobot kompos
seiring dengan kematangan kompos.
• Besarnya penyusutan tergantung pada
karakteristik bahan mentah dan tingkat
kematangan kompos.
• Penyusutan berkisar antara 20-40%.
• Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit,
kemungkinan proses pengomposan belum
selesai dan kompos belum matang.
4. Tes kantong Plastik
Contoh kompos diambil dari bagian dalam
tumpukan. Kompos kemudian dimasukkan
ke dalam kantong plastik, ditutup rapat,
dan disimpan di dalam suhu ruang selama
kurang lebih satu minggu.
Apabila setelah satu minggu kompos tidak
berubah bentuk (tidak meggumpal), tidak
berbau atau berbau seperti tanah berarti
kompos sudah matang.
5. Tes Perkecambahan
Contoh kompos diletakkan di dalam bak kecil atau
beberapa pot kecil. Letakkan beberapa benih (3-4 biji).
Jumlah benih harus sama.
Pada saat yang bersamaan kecambahkan juga beberapa
benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki
dan ditutup dengan kaca/plastik bening.
Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari
ke-5 atau ke-7 benih yang berkecambah dihitung.
Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam
kompos dan di atas kapas basah.
Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh
banyaknya benih yang berkecambah.
6. Suhu
• Suhu kompos yang matang mendekati
suhu awal pengomposan atau suhu
kamar.
• Suhu kompos yang masih tinggi atau di
atas 50oC menandakan bahwa proses
degradasi masih berlangsung aktif.
7. Kandungan Air Kompos
• Kompos yang sudah matang memiliki
kandungan air kurang lebih 55-65%. Cara
mengukur kandungan air kompos adalah
sebagai berikut :
• Ambil sampel kompos dan ditimbang
• Kompos dikeringkan di dalam oven hingga
beratnya konstan, kemudian kompos ditimbang
kembali.
• Kandungan air kompos dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Standar Kualitas Kompos (SNI 1970302004)
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
1 Kadar Air % - 50
2 Temperatur oC suhu air tanah
3 Warna Kehitaman
4 Bau berbau tanah
5 Ukuran partikel Mm 0,55 25
6 Kemampuan ikat air % 58 -
7 pH - 6,8 7,49
8 Bahan asing % * 1,5
Unsur makro
9 Bahan organik % 27 58
10 Nitrogen % 0,40 -
11 Karbon % 9,80 32
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
14 Kalium (K2O) % 0 *
Unsur mikro
15 Arsen mg/kg * 13
16 Kadmium (Cd) mg/kg * 3
17 Kobal (Co ) mg/kg * 34
18 Kromium (Cr) mg/kg * 210
19 Tembaga (Cu) mg/kg * 100
20 Merkuri (Hg) mg/kg * 0,8
21 Nikel (Ni) mg/kg * 62
22 Timbal (Pb) mg/kg * 150
23 Selenium (Se) mg/kg * 2
24 Seng (Zn) mg/kg * 500
Unsur lain
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
25 Kalsium % * 25,5
26 Magnesium % * 0,6
27 Besi % * 2
28 Alumunium % * 2,2
29 Mangan % * 0.1
Bakteri
30 Fecal Coli MPN/gr 1000
31 Salmonella sp. MPN/4 gr 3
Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari
maksimum
• LIMBAH
Pengertian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
1. Radioaktif
2. Bahan kimia
3. Bahan yang bersifat biologis
4. Bahan yang mudah terbakar (flamable)
5. Bahan yang mudah meledak (explosive)
Pengelompokan limbah B3 berdasarkan sifatnya :
Dampak Kesehatan :
Efek Fisiologi :
2. Chromium Cr (III) merupakan unsur penting dalam makanan (trace
essential) yang mempunyai fungsi menjaga agar
metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan
normal.