Tutorial Hidup Fix
Tutorial Hidup Fix
ILMU KESEHATAN
TUTORIAL KLINIK
Pembimbing :
dr. Yudha Nurhantari, Ph.D, Sp. F
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Jenis Ket
KELENGKAPAN
DAN Surat permintaan visum Tidak Ada
ADMINISTRASI
Informed Consent Ada
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
IDENTITAS KORBAN
Nama : Nn I
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Bantul, Yogyakarta
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
IDENTIFIKASI
Pasien memakai kemeja berlengan panjang
berkerah dengan kancing, berwarna dasar merah
muda, berbahan katun, dengan motif bunga-
bunga berwarna hitam.
Memakai celana panjang, berwarna hitam
berbahan jeans dengan saku di bagian depan
dan belakang.
Memakai jilbab segiempat berwarna hitam.
Tidak menggunakan kalung, jam tangan maupun
gelang. Pasien membawa tas kecil berwarna biru
tua.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
5
Kronologi
Pasien datang ke UPKT RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dikarenakan ingin dilakukan
pemeriksaan medis guna pengajuan kasus pelecehan yang dialaminya ke tingkat hukum.
Pelecehan tersebut terjadi di rumah pasien pada hari Rabu, 9 Oktober 2010 pukul 07.30,
tepatnya di dalam toko Ibunya yang berada dibagian depan rumah.
Kejadian tersebut bermula saat pasien melihat tetangganya yang bernama Bp. S
usia 60 tahun datang kerumahnya untuk membeli minuman botol sedangkan toko tersebut
sudah ditutup oleh Ibu pasien. Tanpa memiliki kecurigaan terhadap Bp. S, maka pasien
masuk ke dalam warung untuk mengambil barang yang ingin dibeli.
Pada saat pasien berjalan masuk, Bp.S mengikuti dan memegang pantat pasien
dari arah belakang. Pasien kaget dan dengan tergesa memberikan minuman yang diminta
Bp. S. Lalu Bp. S mengeluarkan beberapa lembar uang Rp 100.000,- dan mengatakan pada
pasien bahwa uang tersebut untuk pasien membeli anting-anting. Pasien menolaknya,
namun pasien tiba-tiba dipeluk dari arah samping kiri dan dicium pipi kirinya sebanyak 2x.
Pasien langsung melepaskan pelukan Bp. S dan berlari menuju kedalam rumah.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
6
Kronologi
Pasien mengaku bahwa tidak ada luka dan tidak ada kekerasan yang dilakukan
oleh Bp.S. Pasien menceritakan kejadian tersebut kepada keluarganya, kemudian keluarga
pasien meminta pengakuan dari pelaku dengan mendatangi rumah pelaku tersebut
bersama dengan Kepala Desa. Awalnya, pelaku tidak mau mengakui perbuatannya, namun
setelah dipaksa oleh Kakak pasien, pelaku akhirnya mau mengakui perbuatannya.
7
Riwayat Sebelum Peristiwa
• Pasien pernah mendapatkan perlakuan yang menurut pasien tidak pantas, yaitu
disentuh kedua payudara pasien oleh pelaku pada + 4 tahun yang lalu
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
8
Riwayat Setelah Peristiwa
• Pasien merasa ketakutan, dan menceritakan kepada keluarga pasien
• Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari – hari tanpa adanya kendala
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
9
Riwayat Personal Sosial
• Pasien merupakan seorang mahasiswi tingkat awal
• Pasien tidak pernah merokok, minum – minuman alkohol, dan memakai obat –
obatan terlarang
PEMERIKSAAN FISIK
PRIMARY SURVEY
A : bicara jelas (+), snoring (-), gurgling (-) → CLEAR
• SECONDARY SURVEY
Subject
KU : Permintaan pemeriksaan guna pembuatan visum untuk kasus dugaan pelecehan seksual
RPS : 2 bulan yang lalu, pasien mendapat perlakuan berupa disentuh bagian pantatnya, dipeluk
dan dicium pipi kirinya 2 kali oleh tetangga pasien yaitu Bp. S yang berusia 60 tahun.
RPD : pasien pernah diperlakukan hal serupa, yaitu disentuh kedua payudaranya pada + 4 tahun
yang lalu
Object
Pemeriksaan Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, 3mm/3mm, reflex cahaya
+/+, tidak terdapat jejas
Pemeriksaan Leher : tidak terdapat hematome, tidak tampak adanya fraktur
Pemeriksaan Dada : simetris, pernafasan torakoabdominal type, vesikuler +/+, suara tambahan -/-, tidak
terdapat jejas
Pemeriksaan Punggung: tidak terdapat jejas, deformitas (-)
Pemeriksaan Perut : supel, distensi (-), BU (+), nyeri tekan (-), hematome (-)
Pemeriksaan Ekstremitas : kekuatan otot: 5/5/5/5, refleks fisiologis: n/n/n/n, refleks patologis -/-/-/-, klonus
(-), tidak ada keterbatasan gerak
Pemeriksaan genitalia: tidak dilakukan pemeriksaan
ASSESSMENT
Tidak ditemukan tanda – tanda perlukaan
PLANNING
Konsultasi ke psikiater
Edukasi pasien
Lain- lain sesuai TS Sp.F
PEMERIKSAAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
PENUNJANG
Tidak
dilakukan
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Kesimpulan
1. Telah diperiksa seorang perempuan berusia 19 tahun dengan tinggi badan 150 cm
dan berat badan 43 kg
2. Tidak terdapat tanda – tanda kekerasan dan tidak terdapat gangguan dalam
melakukan aktivitas fisik
14
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
1. 16
Apa yang seharusnya dilakukan oleh dokter umum jika pasien meminta dilakukan
visum namun tidak terdapat SPV?
2. Jika pada pasien terdapat luka atau jejas pelecehan bagaimana cara
mendiskripsikan luka ?
3. Jika tidak ditemukan tanda kekerasan atau pelecahan seksual, apakah hasil dari
visum tersebut dapat digunakan untuk barang bukti peradilan?
4. Apakah perlu dilakukan vaginal swab pada kasus ini?
5. Edukasi apakah yang perlu disampaikan pada pasien dan keluarga pasien terkait
permintaan visum pasien?
6. Apa saja yang perlu ditanyakan dalam menyusun kronologi kejadian?
7. Saat pasien dengan curiga kekerasan seksual datang pertama kali, sampel apa
yang dapat diambil di sekitar TKP?
8. Apa saja yang perlu diperiksa pada korban kekerasan seksual?
9. Bagaimana kita dapat menilai korban diduga mendapat kekerasan seksual?
10. Apa perbedaan pemeriksaan pada dewasa dan anak-anak?
11. Bagaimana terapi pada korban pelecehan seksual?
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
17
18
1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh dokter umum jika pasien meminta
dilakukan visum namun tidak terdapat SPV ?
• Membuat kriteria tentang pasien/korban yang pada waktu masuk Rumah Sakit/UGD tidak membawa SPV.
Sebagai berikut :
Kelompok pasien tersebut diatas untuk dilakukan kekhususan dalam hal pencatatan temuan medis
dalam rekam medis khusus, diberi tanda pada map rekam medisnya (tanda ‘ V eR’) warna sampul rekam
medis serta penyimpanannya rekam medis yang tidak digabung dengan rekam medis pasien umum.
• Surat permohonan visum harus diserahkan langsung kepada dokter dari penyidik,
tidak boleh dititip melalui korban atau keluarga korban. Juga tidak diperbolehkan
melalui jasa pos.
Referensi :
• Afandi. 2010. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal: FK UNRI
• Idries, Dr. Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
Pertama. Binapura Aksara: Jakarta Barat.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
20
2. Jika pada pasien terdapat luka atau jejas pelecehan bagaimana cara
mendiskripsikan luka ?
Referensi :
• Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Percetakan
Ramadhan : Medan
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
21
3. Jika tidak ditemukan tanda kekerasan atau pelecahan seksual, apakah hasil dari
visum tersebut dapat digunakan untuk barang bukti peradilan?
22
23
5. Edukasi apakah yang perlu disampaikan pada pasien dan keluarga pasien
terkait permintaan visum pasien?
Mengedukasikan bahwa surat Ver hanya dapat diberikan apabila ada surat
permintaan dari pihak penyidik
Apabial tidak ada surat permintaan ver hanya dapat dilakukan pemeriksaan yang
kemudian ditulis direkam medis yang dapat digunakan untuk membuat Ver apabila
sudah ada surat permintaan visum.
Surat Ver hanya diberikan kepada penyidik dan tidak boleh dibawa oleh korban atau
pasien
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
24
• Fundament four
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TERIMAKASIH
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN