Hasil CT Scan: Hasil CT Scan: hiperdens Hasil CT Scan: hipodens Hasil CT Scan: hipodens
hiperdens
Skor Siriraj
Algoritma Gadjah Mada
• Untuk membedakan stroke perdarahan atau
iskemik dan penyebab gangguan neurologis
yang lain, pemeriksaan neuroimaging stroke
yang merupakan gold standard dalam
menegakkan diagnose stroke adalah CT-Scan
kepala tanpa kontras atau MRI kepala
MANAJEMEN PRAHOSPITAL PADA
STROKE AKUT
• Latar Belakang
• Tujuan dari tatalaksana stroke secara umum :
-Menurunkan morbiditas
- Menurunkan mortalitas
- Menurunkan angka kecacatan
• Tekanan darah
• Pemeriksaan jantung
• Pemeriksaan neurologi umum awal:
- Derajat kesadaran
- Pemeriksaan pupil dan okulomotor
- Keparahan hemiparesis
d. Pengendalian Peninggian Tekanan
Intrakranial
• Pemantauan ketat terhadap pasien stroke
dengan resiko edema serebri dengan
memperhatikan perburukan gejala dan tanda
neurologis pada hari hari pertama setelah
serangan stroke
• Monitor TIK harus dipasang pada pasien
dengan GCS < 9 dan pasien yang mengalami
penurunan kesadaran karena peningkatan TIK
• Tinggikan posisi kepala 20o- 30o
• Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan
vena jugular
• Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan
hipotonik iv
• Hindari hipertermia
• Jaga normovolemia
• Osmoterapi atas indikasi:
• Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20
menit, diulangi setiap 4 - 6 jam dengan target
≤ 310 mOsm/L. Osmolalitas sebaiknya
diperiksa 2 kali dalam sehari selama
pemberian osmoterapi.
• Kalau perlu, berikan Furosemide dengan dosis
inisial 1 mg/kgBB i.v
• Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2
35-40 mmHg). Hiperventilasi mungkin
diperlukan bila akan dilakukan tindakan
operatif
• Paralisis neuromuscular yang dikombinasi
dengan sedasi yang adekuat dapat
mengurangi peningkatan TIK
• Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk
mengatasi edema serebri dan tekanan tinggi
intrakranial pada stroke iskemik
• Drainase ventrikular dianjurkan pada
hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
serebellar
• Tindakan bedah dekompresif pada iskemik
serebekkar yang menimbulkan efek masa
dapat menyelamatkan nyawa pasien
e. Pemberian Obat Neuroprotektif
1. Cairan
– Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan
tujuan menjaga euvolemi
– Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral
maupun enteral)
– Elektrolit Na,K,Mg harus selalu diperiksa
– Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa
dihindari kecuali pada keadaan hipoglikemik
2. Nutrisi
– Nutrisi enteral sudah harus diberikan dalam 48
jam, nutrisi oral hanya dberikan jika fungsi
menelan baik
– Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun makanan, nutrisi diberikan melalui pipa
nasogastrik.
• Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik
lebih dari 6 minggu, pertimbangan dilakukan
gastrostomi
• Perhatikan diet pasien yang tidak bertentangan
dengan obat obat yang diberikan, contohnya
hindarkan makanan yang banyak mengandung vit K
pada pasien yang mendapatkan terapi warfarin
• Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30
kkal/kg/hari dengan komposisi:
• Karbohidrat 30-40 % dari total kalori;
• Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat
lebih tinggi 35-55 %);
• Protein 20-30% (pada keadaan stress
kebutuhan protein 1.4-2.0 g/kgBB/hari (pada
gangguan fungsi ginjal <0,8)
Pencegahan dan Penanganan Komplikasi
SYUKRON MERCI
GRACIAS