Anda di halaman 1dari 44

MASALAH GIZI DAN ANEMIA

DEFISIENSI BESI PADA


ANAK

ORIENTASI MTBS-MTBM PROP JAWA TIMUR 2019


SURABAYA, 17 – 20 JULI 2019
MASALAH GIZI DI INDONESIA

• Indonesia mengalami masalah gizi ganda


❑ GIZI KURANG
- Kurang Energi Protein
- Anemia defisiensi besi
- Defisiensi vitamin A
- Gangguan akibat kurang yodium
- Defisiensi vitamin D, dan vitamin lain
❑ GIZI LEBIH
PREVALENSI GIZI KURANG, PENDEK, KURUS DAN GEMUK PADA
BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2007,2010,2013
Data kematian anak dibawah usia 5 tahun
yang disertai dengan gizi buruk

Rice 2000
DAMPAK GIZI KURANG / GIZI BURUK PADA
PERKEMBANGAN OTAK

BRAIN ATROFI
MASALAH GIZI

KONSUMSI ZAT GIZI INFEKSI PENYAKIT

KETERSEDIAAN PANGAN PELAYANAN


ASUHAN IBU DAN
DITINGKAT KESEHATAN
ANAK
RUMAH TANGGA

KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN


KETERSEDIAAN

KRISIS EKONOMI DAN POLITIK


DEFINISI KURANG ENERGI PROTEIN

• Istilah Malnutrisi kurang tepat :


• GIZI KURANG/ BURUK dan GIZI LEBIH (obesitas)
• KEP/GIZI BURUK : Keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energy (kalori) dan protein
dalam makanan sehari hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG) dalam jangka waktu yang
lama yang disebabkan berbagai etiologi
ETIOLOGI
• Primer (tidak ada penyakit penyerta)
• Intake kurang primer : sosio ekonomi sangat
rendah
• Intake kurang sekunder : kecukupan ASI
kurang, innapropriate feeding practice (cara
pemberian makan yang salah
• Sekunder (ada penyakit penyerta)
• Penyakit infeksi : TB,HIV,ISK berulang
• Non Infeksi : Intoleransi makanan/susu sapi,alergi
• Kelainan kongenital : obstruksi GI , jantung, Kelainan mulut dan
rongga mulut, kel paru (cystis fibrosis ) , kel ginjal, neurologi
• Keganasan
DETEKSI KEP (GIZI BURUK)

• KLINIS
• ANTROPOMETRIS
• BIOKIMIA (LABORATORIUM)
• ANALISA DIET DAN MAKANAN (RECALL DIET)
• KLINIS GIZI BURUK ADA 3 TIPE
KLINIS GIZI BURUK ADA 3 TIPE

Marasmik

GIZI BURUK Kwasiorkor

Marasmik-
kwasiorkor
TANDA KLINIS GIZI BURUK MARASMIK

• Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit


• Wajah seperti orang tua
• Cengeng, rewel
• Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(~pakai celana longgar-baggy pants)
• Perut umumnya cekung
• Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano sign”)
• Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) → diare
persisten
12
TANDA KLINIS GIZI BURUK
KWASHIORKOR
• Perubahan status mental: apatis & rewel
• Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung,
mudah dicabut tanpa sakit, rontok
• Wajah membulat dan sembab
• Pandangan mata sayu
• Pembesaran hati
• Edema minimal pada kedua punggung kaki, bersifat
pitting edema
• Derajat edema:
• + → Kedua punggung kaki
• ++ → Tungkai & lengan bawah
• +++ → Seluruh tubuh (wajah & perut)
• Derajat edema untuk menentukan jumlah cairan yang
diberikan
• Otot mengecil (hipotrofi)
• Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas &
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
(crazy pavement dermatosis)
• Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya akut) → anemia
dan diare
KWASHIORKOR

Pitting edema
15
KWASHIORKOR

Edema scrotum

Crazy pavement dermatosis


MARASMIK KWASHIORKOR
• Gambaran klinik merupakan campuran dari
beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus
disertai edema yang tidak mencolok
-
Iga menonjol

Atrofi otot

Edema minimal di kedua punggung


kaki
ANTROPOMETRI

• PENENTUAN STATUS GIZI


• PLOTING KURVA WHO (USIA 0-5 TAHUN) Berdasarkan BB/PB
atau BB/TB: < - 3 SD (WHO 2006) → GIZI BURUK
• PLOTING KURVA CDC (USIA 5-18 TAHUN ) KRITERIA ≤
70% (waterlow 1972)→ GIZI BURUK
• LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) < 11,5 → GIZI BURUK
Kurva WHO untuk usia ≤ 5 tahun
Kurva WHO untuk usia ≤ 5 tahun
IndikatorPertumbuhan
Z-score
PB/U BB/U BB/TB BMI/U
Menentukan Skrining Menentukan
perawakan status gizi
Di atas +3 Obese Obese
(kegemukan) (kegemukan)
Di atas +2 Overweight Overweight
(BB lebih) (BB lebih)
Di atas +1 Possible risk of Possible risk
overweight of overweight
(Berisiko (Berisiko
BB lebih) BB lebih)
Median
(nol)
Di bawah -1

Di bawah -2 Perawakan BB kurang Gizi kurang Gizi kurang


pendek

Di bawah -3 Perawakan BB sangat Gizi buruk Gizi buruk


sangat pendek kurang
KURVA CDC 2000 UNTUK USIA > 5 TAHUN

Contoh :usia 6 tahun BB 13 kg, TB


105 → BB ideal 19 kg
STATUS GIZI : 13/19 x 100%
= 68% → GIZI BURUK

Classification of Percent of
IBW (Waterlow, 1972)
– ≥120% ………... obesity
– ≥110 -120% ….. overweight
– >90-110% …….. normal
– ≥80-90% ……… mild
malnutrition
– >70-80% ……… moderate
malnutrition
MEMERIKSA STATUS GIZI
BIOKIMIA (LABORATORIUM)

• Pemeriksaan :
• Darah Lengkap (Hb)
• Urin lengkap

• ANALISA DIET
Jumlah Makanan yang dikonsumsi
Jenis setiap hari
jadwal
FASE STABILISASI
Setelah kondisi anak stabil
MEMBERIKAN MAKANAN AWAL : Syarat makanan cair : hipoosmolar, rendah
laktosa, rendah serat, rendah protein

TANPA EDEMA :
Cairan : 130 ml/kg BB
Energi : dimulai 80 dilanjutkan 100 Kkal/kg BB
Protein : dimulai 1 dilanjutkan 1,5 g /kg BB
•DENGAN EDEMA :
Cairan : 100 ml/kg BB
Energi : dimulai 80 dilanjutkan 100 Kkal/kg BB
Protein : dimulai 1 dilanjutkan 1,5 g/kg BB

•F75/MODIFIKASI (Formula 75)


FASE TRANSISI

Mempersiapkan anak untuk menerima cairan dan energi lebih


besar
Cairan : 150 ml/kg BB
Energi : dilanjutkan 100 sampai 150 Kkal/kg BB
Protein : 2 – 3 g /kg BB

F100/MODIFIKASI
Komplikasi Pemberian Makan Agresif
FASE REHABILITASI
oMengejar pertumbuhan :
Cairan : 150 – 200 ml/kg BB
Energi : 150 – 220 Kkal/kg BB
Protein : 3– 4 g/kg BB : Diberikan setelah anak sudah bisa
makan
oMakanan padat yang diberikan dibedakan menurut BB
anak :
- BB < 7 kg, diberikan makanan bayi (lumat)
- BB > 7 kg, diberikan makanan Anak (lunak)
Pada fase ini anak dapat dirawat di rumah dan
pemantauan di posyandu.

F135/F100/Makanan
bayi/anak
PENYULIT
• Diare Persisten
• Tuberkulosis
• Pneumonia
• ISK
• HIV
• Malaria
• Anemia Defisiensi Besi
ANEMIA DEFISIENSI BESI
(ADB)
 Masalah defisiensi nutrien tersering pada anak terutama
dinegara
berkembang seperti Indonesia
 Penyakit ini disebabkan kurangnya zat besi dalam tubuh
penderita
 Data SKRT di Indonesia tahun 2001 → ADB usia 0-6 bulan
61,3%;
usia 6-12 bulan 64,8% ; usia balita 48,1%
 Data SKRT di indonesia tahun 2007 → angka defisiensi
besi 40-45%
PENYEBAB ANEMIA DEFISIENSI
BESI
• BAYI DIBAWAH USIA 1 TAHUN
• Persediaan besi yang kurang karena berat badan
lahir rendah atau lahir kembar
• Pemberian MPASI yang salah (tidak mengandung
protein hewani atau MPASI menu tunggal hanya
karbohidrat dan sayuran)
• Alergi protein susu sapi
PENYEBAB ANEMIA DEFISIENSI
BESI
• ANAK USIA 1-2 TAHUN
• Masukan besi yang kurang karena pemberian
MPASI keluarga yang tidak adekuat (tidak
mengandung protein hewani, makan hanya
karbohidrat , protein nabati (tempe tahu), sayur2an ,
hanya ASI saja atau frekuensi ASI lebih banyak dari
MPASI
• Kebutuhan meningkat karena infeksi
berulang/menahun
• Malabsorbsi
• Perdarahan karena infeksi parasit, divertikel meckel
PENYEBAB ANEMIA DEFISIENSI
BESI
• Anak usia 2-5 tahun
• Masukan besi kurang karena makanan kurang
atau tidak mengandung protein hewani yang kaya
zat besi
• Obesitas
• Kebutuhan meningkat karena infeksi
berulang/menahun
• Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara
lain karena
infeksi parasit dan polyposis
PENYEBAB ANEMIA DEFISIENSI BESI

• Anak usia 5 tahun-masa remaja


• Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara
lain infeksi
parasit, polyposis
• Usia remaja-dewasa
• wanita karena menstruasi yang berlebihan
• Kehilangan berlebihan karena perdarahan akibat
infeks
cacing tambang
FOOD CONSUMPTION PATTERNS AND NUTRITION IN
URBAN
JAVA HOUSEHOLDS:

THE DISCRIMINATORY POWER OF SOME


SOCIOECONOMICS VARIABLE
(RAE A.N)
5703 sampel ibu rumah tangga di Jakarta
(centre), Surabaya (Jatim), Bandung (Jabar)
dan Jogyakarta (Jateng):
• Rice 65 %
• Umbi2an 2,43 %
• Kacang2an 3,96 %
• Ikan 1,51 %
• Produk hewani 3,83 % Konsumsi protein
• Buah dan sayuran 4,51 %hewani : 5,34 %
Resiko defisiensi protein dan mikronutrien zat
besi
(The Australian Journal of agricultural & Resources
Economics 1999 )
BAHAN MAKANAN UNTUK MPASI YANG
MENGANDUNG ZAT GIZI MIKRO MENURUT WHO

Infant and Young Child Feeding . WHO 2013


 Problem MPASI di indonesia :

defisiensi besi,
kalsium,
zinc,
niasin,
folate,
thiamin
FUNGSI ZAT BESI
1)Perkembangan sistem saraf untuk proses
mielinisasi, neurotransmiter, dendritogenesis, dan
metabolisme saraf mempengaruhi fungsi
kognitif(kecerdasan), tingkah laku (malas beraktifitas,
gangguan perkembangan) dan pertumbuhan bayi
2)Sumber energi untuk otot → mempengaruhi
ketahanan fisik, dan kemampuan bekerja terutama
untuk remaja
• GEJALA KLINIS
• Pucat yang berlangsung lama (kronis)
• Ditemukan gejala komplikasi : lemas, mudah lelah, mudah
infeksi, gangguan prestasi belajar, menurunnya daya tahan
tubuh (mudah terinfeksi), gangguan perilaku
PEMBERIAN ZAT BESI (Fe)
BENTUK FORMULA Fe DOSIS
TABLET BESI/FOLAT Bayi usia 6 – < 12 bln → 1 x
(sulfas ferosus 200 mg atau sehari ¼ tab
60 mg besi elemental + 0,25 Anak usia 1–5thn→ 1 x sehari ½
mg as folat) tablet
SIRUP BESI Bayi 6 – < 12 bulan → 1 x sehari
(sulfas ferosus 150 ml), 2 ,5 ml (½ sendok teh)
setiap 5 ml mengandung 30 Anak usia 1–5 thn → 1 x sehari 5
mg besi elemental ml
(1 sendok teh)

Catatan : •Pada gizi buruk Zat besi atau Fe baru boleh diberikan setelah memasuki Fase
Rehabilitasi
•Zat Besi atau Fe diberikan setiap hari selama 4 minggu atau lebih

Anda mungkin juga menyukai