Seminar Bulimia 43a1
Seminar Bulimia 43a1
BULLIMIA NERVOSA
ILMU KEDOKTERAN JIWA
Pembimbing :
dr. Iman Santosa, Sp. K.J.
Penyusun :
Ulyn Ni Mah Nur K. 20190420032
Thalia Tamara 20190420185
Tsalis Yuna Hafshoh 20190420186
Ummu Aiman 20190420187
Valensia Melina Atmajaya 20190420188
Valentina Verrell Purnomo 20190420189
(Sadock, 2015).
Epidemiologi
(Swanson, 2011)
Etiologi
Faktor Biologis
Beberapa peneliti berupaya menghubungkan perilaku makan berlebihan dan mengeluarkannya kembali
dengan beberapa neurotransmitter.
Karena antidepresan sering bermanfaat bagi penderita bulimia nervosa dan serotonin dikaitkan dengan
perasaan puas
• Serotonin dan norepinefrin dilibatkan disini karena kadar endorfin plasma meningkat pada pasien
bulimia nervosa yang muntah
• Perasaan nyaman setelah muntah mungkin di perantarai oleh meningkatnya kadar endorphin.
Menurut DSM-IV-TR, terdapat peningkatan frekuensi bulimia nervosa pada kerabat derajat pertama orang
dengan gangguan ini
Faktor Sosial
Tingkat keparahan:
Ringan: 1-3 episode kompensasi per minggu
Sedang: 4-7 episode kompensasi per minggu
Parah: 8-13 episode kompensasi per minggu
Ekstrem: ≥14 episode kompensasi per minggu
Untuk mendiagnosis bulimia nervosa pemeriksa perlu
mencari kemungkinan pasien memiliki riwayat anorexia
nervosa (jangka pendek / berkepanjangan).
Kebanyakan pasien bulimia nervosa memiliki berat badan
dalam batas normal tetapi beberapa underweight atau
overweight.
Pasien khawatir mengenai citra tubuh dan penampilan mereka,
khawatir bagaimana orang lain melihat mereka dan khawatir
mengenai daya tarik seksual.
Kebanyakan aktif dalam hal seksual jika dibandingkan dengan
pasien anorexia nervosa.
(Sadock, 2015).
Pendekatan diagnostik untuk
pasien yang diduga mengalami
gangguan makan
(Horton-Szar, 2013)
Subtipe
Depresi
Psikiatri Gangguan obsesif kompulsif
Gangguan kepribadian
Neoplasia
Gangguan tiroid
Lesi intrakranial
Fisik
Sindrom malabsorpsi
Gangguan intestinal
termasuk Crohn’s disease
Dokter harus memastikan pasien tidak memiliki penyakit neurologis,
seperti : kejang, tumor sistem saraf pusat, sindrom Kliiver-Bucy atau
sindrom Kleine-Levin (Sadock, 2015).
Adanya riwayat penggunaan zat & durasi kelainan bulimia yang >
lama memberikan hasil yang > buruk.
pengobatan untuk tujuan ini hanya digunakan bila ada indikasi & hanya untuk
kasus yang berat (Harrison et al., 2018).
Menurut Horton-Szar dalam Crash Course Psychiatry (Hoton-Szar, 2013), bulimia
nervosa dapat menyebabkan sequele medis, pada pemeriksaan, selain mengukur
tinggi dan berat badan serta menghitung BMI, ada beberapa area yang harus
diperiksa, seperti :
(Sadock, 2015)
Modalitas lainnya
Pengobatan antidepresan
menunjukan kegunaannya dalam manajemen bulimia
seperti fluoxetine (Prozac) (SSRI)
Pengobatan antidepresan dapat mengurangi kebiasaan binge
eating & meminimalkan munculnya gangguan mood.
Antidepresan telah digunakan & sukses menangani siklus binge-
purge (makan berlebihan dan mengeluarkan) yang tidak
merespon terhadap psikoterapi.
Imipramine (Tofranil), desipramine (Nopramin), trazodone (Desyrel),
dan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) juga berguna
Umumnya mayoritas antidepresan efektif pada dosis yang
biasanya diberikan untuk gangguan mood depresi.
Dosis fluoxetine yang efektif menurunkan binge eating
mungkin lebih tinggi (60-80mg perhari) dari pada yang
digunakan untuk depresi.
Carbamazepine (Tegretol) dan lithium (Eskalith) telah
digunakan untuk penanganan pasien bulimia nervosa dengan
komorbiditas gangguan mood seperti bipolar tipe I.
Angka kejadian menunjukan penggunaan antidepresan saja
memberikan hasil 22% dalam menghilangkan siklus binge-
purge.
Penelitian lainnya menunjukan kombinasi CBT dan obat-
obatanlah yang memberikan hasil terbaik (Sadock, 2015)
Kesimpulan