Anda di halaman 1dari 41

SEMINAR

BULLIMIA NERVOSA
ILMU KEDOKTERAN JIWA
Pembimbing :
dr. Iman Santosa, Sp. K.J.

Penyusun :
Ulyn Ni Mah Nur K. 20190420032
Thalia Tamara 20190420185
Tsalis Yuna Hafshoh 20190420186
Ummu Aiman 20190420187
Valensia Melina Atmajaya 20190420188
Valentina Verrell Purnomo 20190420189

RSAL DR. RAMELAN SURABAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANGTUAH
SURABAYA
LATAR BELAKANG
• Kondisi psikiatri yang mempengaruhi banyak
remaja, wanita & dewasa muda.

• Karakteristik : makan sebanyaknya → tahap


akhir proses makan → memuntahkan yang
dimakan → komplikasi medis.

• Diagnosis → dapat dilihat dengan pemeriksaan


fisik dan labolatorium

• Di Amerika serikat → mempengaruhi 5 - 10


orang terutama wanita muda usia 14 dan 40
tahun.

• Tidak diobati → mengakibatkan korban jiwa .


Bulimia nervosa
Ditandai : makan berlebihan

Berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah
dimakannya

Muntahkan, menggunakan obat pencahar & diuretik /
olahraga berlebih

Mengendalikan berat badan.

● Kelainan makan psikologis


● Penderita  terobsesi dengan pengaturan
makan dan berat badan
● Biasanya penderita tidak langsung ketahuan
oleh orang  ia menderita penyakit ini, karena
berat badannya normal dan tidak terlalu kurus 
tidak ditangani dokter.
● Sering berawal ketika remaja & dapat
berlangsung terus sampai ia berusia empat
puluhan sebelum ia mencari bantuan.
definisi

Bulimia nervosa  kebiasaan mengkonsumsi makanan dalam


jumlah banyak (binge eating) & mengeluarkan kembali makanan
yang sudah dikonsumsi (purge).

Orang dengan bulimia nervosa  memiliki tujuan untuk


mempertahankan berat badan normal

(Chavez dan Insel, 2007).


Bulimia  dari kata “bull”  sapi jantan

Menggambarkan kondisi yang sangat lapar disertai nafsu makan
sangat besar & dalam jumlah banyak

Bulimia  kelanjutan dari anoreksia nervosa yang gagal, dimana


pasien tidak mampu mempertahankan keadaan kelaparan yang
berkepanjangan.

(Sadock, 2015).
Epidemiologi

 Bulimia nervosa  wanita > laki-laki


 Remaja > masa dewasa awal
 Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya.

Mereka terlihat sehat, sukses di bidangnya & cenderung perfeksionis.
 Memiliki rasa percaya diri yang rendah & sering mengalami depresi.
 Menunjukkan tingkah laku kompulsif.
 Sering terjadi pada orang dengan gangguan mood, gangguan pengendalian
impuls yang tinggi serta pada orang yang memiliki resiko gangguan berhubungan
dengan zat dan gangguan kepribadian.

(Swanson, 2011)
Etiologi

Faktor Biologis

Beberapa peneliti berupaya menghubungkan perilaku makan berlebihan dan mengeluarkannya kembali
dengan beberapa neurotransmitter.

Karena antidepresan sering bermanfaat bagi penderita bulimia nervosa dan serotonin dikaitkan dengan
perasaan puas

• Serotonin dan norepinefrin dilibatkan disini  karena kadar endorfin plasma meningkat pada pasien
bulimia nervosa yang muntah
• Perasaan nyaman setelah muntah  mungkin di perantarai oleh meningkatnya kadar endorphin.

Menurut DSM-IV-TR, terdapat peningkatan frekuensi bulimia nervosa pada kerabat derajat pertama orang
dengan gangguan ini
Faktor Sosial

 Pasien Bulimia nervosa, seperti pasien anoreksia nervosa 


cenderung memiliki standar yang tinggi dan memberikan
respon terhadap tekanan sosial yang menuntut orang untuk
ramping.
 Pasien anoreksia nervosa = pasien bulimia nervosa  sering
mengalami depresi.
Faktor psikologis

Pasien bulimia nervosa  biasanya merasakan makan tak


terkendali yang dilakukan sebagai ego distoni.

Pasien kesulitan dalam mengendalikan impuls  dimanifestasikan
dengan makan yang berlebihan dan mencahar

(Rikani et al., 2013)


Diagnosis dan Gambaran Klinis

Siklus khas pada bulimia nervosa (Puri, 2011)


Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10 (Zhang, 2016) :

 Episode makan berlebihan & berulang  minimal 2X


seminggu dalam jangka waktu 3 bulan
 Preokupasi terhadap makanan & memiliki dorongan
kuat untuk makan
 Mencoba membalas efek “menggemukkan”, dengan
menginduksi muntah, penyalah gunaan obat pencahar,
puasa, penggunaan obat seperti antidepresan dan
diuretik.
Kriteria diagnostik untuk bulimia nervosa berdasarkan DSM-5 (Sadock, 2015)

A. Episode Berulang “Binge Eating”


• Makan, dalam waktu singkat, porsi makan diatas rata-rata individu
umumnya.
• Tidak dapat mengontrol nafsu makan dalam periode waktu tertentu
B. Kebiasaan kompensasi berulang yang tidak sesuai tujuan untuk mencegah
penambahan berat badan (induksi muntah, penggunaan pencahar, diuretik,
puasa, dan olahraga yang berlebihan)
C. Evaluasi diri yang terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan
D. Gangguan tidak terjadi selama periode anoreksia nervosa
• Remisi partial : Setelah semua kriteria bulimia terpenuhi,
masih tersisa beberapa kriteria yang menetap.
• Remisi total : Setelah semua kriteria bulimia terpenuhi, tidak ada kriteria
yang menetap.

Tingkat keparahan:
Ringan: 1-3 episode kompensasi per minggu
Sedang: 4-7 episode kompensasi per minggu
Parah: 8-13 episode kompensasi per minggu
Ekstrem: ≥14 episode kompensasi per minggu
 Untuk mendiagnosis bulimia nervosa  pemeriksa perlu
mencari kemungkinan pasien memiliki riwayat anorexia
nervosa (jangka pendek / berkepanjangan).
 Kebanyakan pasien bulimia nervosa memiliki berat badan
dalam batas normal tetapi beberapa underweight atau
overweight.
 Pasien khawatir mengenai citra tubuh dan penampilan mereka,
khawatir bagaimana orang lain melihat mereka dan khawatir
mengenai daya tarik seksual.
 Kebanyakan aktif dalam hal seksual jika dibandingkan dengan
pasien anorexia nervosa.

(Sadock, 2015).
 Pendekatan diagnostik untuk
pasien yang diduga mengalami
gangguan makan

(Horton-Szar, 2013)
Subtipe

Penderita bulimia yang mengeluarkan kembali makanan yang


dikonsumsi berbeda dgn Penderita bulimia nervosa yang tidak
mengeluarkan kembali makanan yang dikonsumsi cenderung
mengalami obesitas.

Perbedaan fisiologis ditemukan antara pasien dengan bulimia yang
mengeluarkan kembali makanan yang dikonsumsi dan mereka yang
tidak.
Karena perbedaan ini, diagnosis bulimia nervosa di
subtipekan :

pertama  tipe purging  mereka yang teratur melakukan


self-induced vomiting atau penggunaan obat
pencahar atau diuretic.
Kedua  tipe nonpurging  mereka yang melakukan diet
ketat, puasa, atau olahraga berat tapi tidak teratur
mengeluarkan kembali makanan yang dikonsumsi

 Pasien tipe purging  berisiko mengalami komplikasi


medis tertentu : hipokalemia akibat muntah atau
penyalahgunaan pencahar dan alkalosis
 Muntah berulang kali berisiko terjadi robekan lambung
dan esophagus (jarang) (Sadock, 2015).
 Pemeriksaan laboratorium  Dapat ditemukan  kadarkalium, natrium & klorida dan
peningkatan kadar amylase serum
 Hasil cek darah dapat ditemukan leukopenia &
trombositosis.
 Pasien menggunakan obat pencahar  dapat ditemukan asidosis metabolik
 Pasien muntah berulang  dapat ditemukan metabolik alkalosis
Diagnosis Banding

Depresi
Psikiatri Gangguan obsesif kompulsif
Gangguan kepribadian
Neoplasia
Gangguan tiroid
Lesi intrakranial
Fisik
Sindrom malabsorpsi
Gangguan intestinal
termasuk Crohn’s disease
Dokter harus memastikan pasien tidak memiliki penyakit neurologis,
seperti : kejang, tumor sistem saraf pusat, sindrom Kliiver-Bucy atau
sindrom Kleine-Levin (Sadock, 2015).

 Sindrom Kliiver-Bucy : memiliki gambaran patologi  agnosia


visual, kompulsif dalam hal menjilat dan menggigit,
ketidakmampuan mengabaikan stimulus, ketenangan,
perubahan perilaku seksual (hiperseksualitas), & perubahan
kebiasaan diet, terutama hiperfagia.

 Sindrom Kleine-Levin  terdiri dari hipersomnia periodik yang


berlangsung 2 - 3 minggu dan hiperfagia.
Onset

 Biasanya timbul akhir remaja / dewasa awal (beberapa tahun


lebih tua dari anorexia nervosa).
 Seringkali timbul bersama sebuah periode yang menyangkut
kekhawatiran bentuk tubuh & berat badan.
 Sekitar 25% pasien memiliki riwayat anorexia nervosa.
 Ada sebuah periode pembatasan makan  bervariasi
waktunya, biasanya dalam tiga tahun menjadi , dengan
disertasi  episode makan berlebih yang semakin sering.
 Sebagaimana makan berlebihan menjadi > sering, berat badan
menjadi kembali > normal  penggunaan laxative dan muntah
yang disengaja untuk mengkompensasi tindakan makan
berlebihan. (Harrison et al., 2018).
Perjalanan dan Prognosis
 Bulimia nervosa dikarakteristikan  tingginya angka perbaikan
sempurna dan perbaikan sebagian dibandingkan dengan anorexia
nervosa.

 Individu yang ditangani  prognosis > baik dari yang tidak


ditangani.

 Pasien yang tidak ditangani  cenderung menjadi kronis /


mungkin dapat menunjukan derajat perbaikan seiring waktu 
hanya sedikit & tidak berkesan.

 Adanya riwayat penggunaan zat & durasi kelainan bulimia yang >
lama  memberikan hasil yang > buruk.

 Angka mortalitas bulimia nervosa diperkirakan mencapai dua


persen per dekade menurut DSM-5 (Sadock, 2015)
Konsekuensi Fisik

 Bulimia nervosa dapat mempengaruhi kesehatan fisik 


paling sering karena muntah berlebihan / penggunaan laxative
/ obat lainnya.
 Dengan muntah, gejalan reflux jadi lebih umum & gigi jadi
terkikis  karena asam lambung.
 Russell’s sign / adanya callous pada tulang jari tangan
disebabkan kebiasaan memasukkan jari secara berulang ke
dalam tenggorokan  menimbulkan muntah.
 Masalah kesehatan fisik yang lebih serius juga mungkin
terjadi, tapi sangat jarang (Harrison et al., 2018)
 Komplikasi fisik paling baik  diatasi dengan penghentian kebiasaan
penyebab.
 penanganan simptomatik  seperti proton pump inhibitor untuk reflux
esophagus

 spironolactone untuk edema perifer.

pengobatan untuk tujuan ini hanya digunakan bila ada indikasi & hanya untuk
kasus yang berat (Harrison et al., 2018).
Menurut Horton-Szar dalam Crash Course Psychiatry (Hoton-Szar, 2013), bulimia
nervosa dapat menyebabkan sequele medis, pada pemeriksaan, selain mengukur
tinggi dan berat badan serta menghitung BMI, ada beberapa area yang harus
diperiksa, seperti :

 Kulit – rambut lanugo, hilangnya rambut kepala, callous pada


buku jari (Russel’s sign – berasal dari muntah yang diinduksi
sendiri).
 Gigi – abrasi, pembusukan gigi.
 Kardiovaskular – tekanan darah saat berdiri dan berbaring
(hipotensi postural mungkin terjadi jika dehidrasi), nadi.
 Abdomen – konstipasi.
 Muskuloskeletal – wasting, kemampuan untuk berdiri dari
posisi squat tanpa bantuan tangan, patah tulang patologis
 Lainnya – suhu pusat, membran mukosa (dehidrasi), kelenjar
wajah (pembengkakan kelenjar parotis mungkin menunjukan
seringnya muntah).
Manajemen

 Pasien bulimia nervosa tampa komplikasi  tidak


membutuhkan perawatan rumah sakit.

 Pasien bulimia nervosa umumnya tidak merahasiakan


gejalanya seperti pasien anorexia nervosa  manajemen
rawat jalan tidak susah, tetapi dalam psikoterapi sering terjadi
gangguan dan mungkin bertambah lama.

 Beberapa pasien obesitas dengan bulimia nervosa yang


mendapat psikoterapi dalam waktu lebih lama  menunjukan
hasil yang baik.
 Ketika eating binge diluar kontrol  pasien rawat jalan
biasanya tidak bekerja / menunjukan gejala psikiatrik
tambahan seperti ingin bunuh diri & penggunaan zat tertentu

Perawatan rumah sakit mungkin dibutuhkan.

 Gangguan elektrolit dan metabolik dapat menyebabkan


seseorang menjadi butuh perawatan rumah sakit (Sadock,
2015)
Psikoterapi

Cognitive-Behavioral Therapy (CBT).


Terapi lini pertama untuk bulimia nervosa.
Melaksanakan sejumlah prosedur kognitif dan tingkah laku untuk :
(1) Memutus siklus kebiasaan makan berlebihan dan diet
(2) Merubah pengertian individu yang salah, kepercayaan tentang
makanan, berat badan, bentuk tubuh dan konsep
keseluruhannya (Sadock, 2015).
Dalam pendekatan psikoterapi CBT diperlukan beberapa langkah yang meliputi :

1) Menetapkan diagnose  apakah pasien dapat ditangani


sebagai pasien rawat jalan.
 pasien yang memiliki resiko bunuh diri dan adanya komplikasi
fisik memerlukan rawat inap.
 pasien dengan penggunan zat-zat juga memerlukan
penangan sendiri.

(Gelder et al., 2009)


2) Jika pasien cocok sebagai pasien rawat jalan, bantuan CBT dan atau pengobatan
antidepresan  langkah selanjutnya.

 CBT ini biasanya membutuhkan waktu  4 bulan & melibatkan 8 – 10 sesi,


masing-masing sesi sekitar 30 menit.
 Pengobatan antidepresi  alternatif selama proses CBT dilakukan,
penggunaan antidepresi ini diperlukan untuk efek antibulimianya.
 Drug of choice  Fluoxetine 60 mg pagi hari.
 Jika telah mencapai 4 - 6 minggu terapi, tetapi hanya didapatkan sedikit
keuntungan  lanjut ke langkah 3.
3) Pasien yang tidak mendapatkan keuntungan dari CBT /
pengobatan antidepresi sebaiknya mendapatkan CBT
sepenuhnya.

 CBT ini memerlukan bantuan terapis yang telah terlatih.

4) Untuk pasien yang masih memiliki gejala setelah mengikuti


CBT oleh ahli  dilakukan terapi pilihan lain:

 Pemberhentian treatment & lakukan re-evaluasi pasien setelah


interval beberapa bulan.
 Mulai terapi psikologikal baru  pilihan utamanya = IPT
(Interpersonal psychotherapy).
 IPT ini sebenarnya  treatment untuk depresi.
Fokus utama pada psikoterapi ini  membantu pasien mengenali dan
memodifikasi masalah interpersonal pasien.
 Pada IPT ini hanya memberi perhatian sedikit pada keadaan kelainan makanan
pasien  sangat berbeda dengan CBT.

Pada IPT diperlukan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 4 - 8 bulan untuk
memberikan efek.
Psikoterapi Dinamik

 Terapi psikodinamik untuk pasien bulimia nervosa 


keberhasilan terbatas.
 Pada kebiasaan memuntahkan makanan  pasien membagi
makanan jadi dua kategori :

A. Makanan yang bernutrisi  tidak dimuntahkan & dibiarkan


tercerna karena menimbulkan introyeksi yang baik.

B. Makanan yang tidak sehat  seperti junk food memberikan


gambaran introyeksi yang buruk, sehingga dikeluarkan dengan
dimuntahkan  dengan pikiran bahwa semua keburukan yang
dapat timbul dari makanan tersebut telah dikeluarkan.
Pasien dapat merasakan perasaan nyaman sementara setelah
memuntahkan makanan  adanya pikiran bahwa semua yang
buruk sudah dikeluarkan.

Tetapi perasaan nyaman & merasa baik ini hanya sebentar 
karena hal ini didasari pada kombinasi yang tidak stabil dari
kebiasaan memuntahkan makanan dan proyeksi

(Sadock, 2015)
Modalitas lainnya

Terdapat beberapa cara baru dalam pemberian & pemfasilitasan


terapi kognitif behavioral yang efektif untuk bulimia nervosa.
Beberapa telah ikut serta dalam program “stepped-care” &
termasuk dalam platform yang beredar di internet, program
berbasis komputer, email, dan pemberian terapi kognitif behavioral
melalui telemedicine pada area yang terpencil (Sadock, 2015).
Farmakoterapi

Pengobatan antidepresan

menunjukan kegunaannya dalam manajemen bulimia
 seperti fluoxetine (Prozac)  (SSRI)

Pengobatan antidepresan  dapat mengurangi kebiasaan binge
eating & meminimalkan munculnya gangguan mood.
Antidepresan telah digunakan & sukses menangani siklus binge-
purge (makan berlebihan dan mengeluarkan) yang tidak
merespon terhadap psikoterapi.

Imipramine (Tofranil), desipramine (Nopramin), trazodone (Desyrel),
dan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) juga berguna
 Umumnya  mayoritas antidepresan efektif pada dosis yang
biasanya diberikan untuk gangguan mood depresi.
 Dosis fluoxetine yang efektif menurunkan binge eating
mungkin lebih tinggi (60-80mg perhari) dari pada yang
digunakan untuk depresi.
 Carbamazepine (Tegretol) dan lithium (Eskalith)  telah
digunakan untuk penanganan pasien bulimia nervosa dengan
komorbiditas gangguan mood seperti bipolar tipe I.
 Angka kejadian menunjukan  penggunaan antidepresan saja
memberikan hasil 22% dalam menghilangkan siklus binge-
purge.
 Penelitian lainnya  menunjukan kombinasi CBT dan obat-
obatanlah yang memberikan hasil terbaik (Sadock, 2015)
Kesimpulan

Bulimia nervosa  kebiasaan mengkonsumsi makanan dalam


jumlah banyak (binge, eating) dan mengeluarkan kembali makanan
yang sudah dikonsumsi (purge).

Manifestasi klinis  ciri khas bulimia nervosa  binge eating,


purging, dan body image disertai dengan gangguan psikologis
berupa depresi.

Gangguan makan seperti bulimia nervosa  sangat sering terjadi


pada masa remaja.

disebabkan karena masa remaja  peralihan masa anak ke masa
dewasa penuh dengan konflik baik dalam diri maupun dengan
lingkungan keluarga dan masyarakat di sekitarnya  sebagai
jenjang menuju kemandirian dan eksistensi diri.
Saran

 Apabila menjumpai remaja  terutama remaja putri yang


memulai melakukan diet  waspadai akan timbulnya bulimia
nervosa.
 Penanganan bulimia nervosa diberikan dengan rawat jalan
kecuali bila muncul masalah medis yang berat.
 Penanganan pasien rawat jalan  mencakup pemantauan
medis, rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya &
psikoterapi.
 Pendekatan terapeutik meliputi terapi individu, keluarga, dan
kelompok.
 Keterlibatan keluarga sangat diperlukan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai