Preseptor :
1. dr. Russilawati, Sp.P(K)
2. dr. Yessi Susanti, Sp.P(K)
Agenda
1 Latar Belakang
• Terdapat 3 alasan utama keterlambatan dalam mendiagnosis tuberkulosis : pasien tidak mencari atau
tidak memiliki akses kesehatan : pemberi pelayanan kesehatan tidak mencurigai penyakit : ketidakse
nsitivan perangkat diagnostik, sputum atau pemeriksaan mikropskop.
• Pemberi pelayanan kesehatan umumnya gagal untuk memulai investigasi pada pasien dengan gejala
tuberculosis.
Standar 2
Semua pasien, termasuk anak-anak, dengan batuk yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
lebih dari 2 minggu atau dengan temuan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada pemer
iksaan rontgen toraks harus dievaluasi untuk tuberkulosis.
• Tes Xpert® mtb/riF harus dilakukan sebagai test diagnostik inisial dibandingkan dengan tes mikrosko
pik konvensional, kultur dan uji kepekaan terhadap obat (rekomendasi WHO).
• Kegagalan dalam mendiagnosis sebelum memberikan terapi inisial dapat menyebabkan pasien terpa
par tatalaksana yang tidak diperlukan.
Standar 4
Semua pasien, termasuk anak-anak, yang dicurigai memiliki tuberkulosis ekstraparu, spesimen
yang sesuai dari bagian tubuh yang ducurigai terlibat harus diperoleh untuk pemeriksaan mikro
biologis dan histologis. Test Xpert MTB/RIF pada cairan serebrospinal direkomendasikan sebag
ai tes mikrobiologi inisial pada pasien yang dicurigai memiliki meningitis tuberkulosis karena dib
utuhkan diagnosis yang cepat.
• Tes Xpert® mtb/riF mungkin digunakan sebagai pengganti tes mikroskopi, kultur dan atau histopatolo
gi pada bilasan cairan lambung dan spesimen selain dari paru-paru.
Standar 5
Pada pasien yang dicurigai memiliki tuberkulosis paru yang hasil pemeriksaan sputumnya nega
tif, test Xpert MTB/RIF dan atau kultur sputum harus dilakukan. Diantara pasien dengan hasil B
TA dan pemeriksaan Xpert MTB/RIF negatif namun memiliki gejala klinis yang sangat menduku
ng kearah TB, OAT harus dimulai setelah pengumpulan spesimen untuk pemeriksaan kultur.
• Penting untuk melakukan pendekatan sistematik dalam mendiagnosis pasien tuberkulosis supaya tid
ak salah diagnosis.
• Pasien dengan hasil pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan BTA negatif harus tetap dilakukan pemeriksaa
n kultur untuk memastikan diagnosis.
• Kemungkinan ditemukannya bakteri tuberkulosis pada pemeriksaan BTA tergantung dengan konsentr
asi bakteri tersebut di dalam sputum.
• Rontgen toraks penting dalam evaluasi pasien yang diduga tuberkilosis namun pada pemeriksaan BT
A menunjukkan hasil negatif.
Standar 6
Untuk semua anak yang diduga memiliki tuberkulosi intratoraks (paru, pleura dan nodus
limfatikus mediastinum atau hilus), konfirmasi bakteriologis harus dicari dengan pemeriksaan
dari sekresi pada saluran nafas (dahak yang dikeluarkan, dahak yang diinduksi dan bilasan la
mbung) untuk pemeriksaan mikroskopis, tes Xpert MTB/RIF, dan atau kultur.
• Pada anak, resiko terkena tuberkulosis meningkat apabila ada kasus infeksi aktif pada rumah yang
sama, atau ketika anak tersebut malnutrisi, terinfeksi hiv atau terkena cacar beberapa bulan
kebelakang.
Tabel 4
Pedoman untuk mendiagnosis TB pada anak
Standar untuk
penanganan TB dengan
infeksi HIV dan kondisi
komorbid lain.
Standar untuk penanganan TB dengan infeksi HIV dan
kondisi komorbid lain.
Perlu diberikan perhatian khusus pada penyakit atau kondisi yang diketahui dapat mempengaruhi
hasil akhir pengobatan, seperti diabetes mellitus, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol,
nutrisi yang buruk, dan penggunaan rokok. Rujukan untuk dukungan psikososial lainnya atau
pelayanan seperti pelayanan antenatal atau perawatan bayi juga perlu disediakan.
Thank you