Anda di halaman 1dari 24

International Standard for

Tuberculosis Care 3rd Edition


Oleh :
Febri Anriyani (19403120941)
Faiz Chadlizar (1940312053)

Preseptor :
1. dr. Russilawati, Sp.P(K)
2. dr. Yessi Susanti, Sp.P(K)
Agenda

1 Latar Belakang

2 Standar untuk diagnosis

3 Standar untuk pengobatan

4 Standar untuk penanganan TB dengan infeksi HIV dan kondisi


komorbid lain

5 Standar kesehatan masyarakat


Latar Belakang
Latar Belakang

International Standard for Tuberculosis Care (ISTC)


adalah pedoman bagi pemberi layanan kesehatan dalam
mengevaluasi atau menatalaksana pasien dengan kecurigaan atau
peningkatan resiko penyakit tuberkulosis. Standar ini diharapkan
dapat memberikan layanan terbaik bagi semua pasien.
ISTC dibagi kedalam 4 standar yaitu standar untuk
diagnosis, standar untuk pengobatan, standar untuk pengobatan tb
dengan hiv atau komorbid lain dan standar kesehatan masyarakat.
Standar untuk
Diagnosis
Standar untuk Diagnosis

Standar Standar Standar Standar Standar Standar


1 2 3 4 5 6
Standar 1
Untuk mememastikan diagnosis, pemberi pelayanan kesehatan harus memperhatikan individu
dan kelompok yang memiliki faktor resiko terkena tuberkulosis serta dapat melakukan evaluasi
klinis yang tepat dan tes diagnostik yang benar pada orang yang memiliki gejala dan temuan
seperti pasien tuberculosis.

Ringkasan rasinoal dan bukti


• Diagnosis dini dan akurat sangat penting untuk tatalaksana tuberkulosis.

• Terdapat 3 alasan utama keterlambatan dalam mendiagnosis tuberkulosis : pasien tidak mencari atau
tidak memiliki akses kesehatan : pemberi pelayanan kesehatan tidak mencurigai penyakit : ketidakse
nsitivan perangkat diagnostik, sputum atau pemeriksaan mikropskop.

• Pemberi pelayanan kesehatan umumnya gagal untuk memulai investigasi pada pasien dengan gejala
tuberculosis.
Standar 2
Semua pasien, termasuk anak-anak, dengan batuk yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
lebih dari 2 minggu atau dengan temuan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada pemer
iksaan rontgen toraks harus dievaluasi untuk tuberkulosis.

Ringkasan rasinoal dan bukti


• Batuk persisten yang pada umumnya menghasilkan mukus atau terkadang disertai darah merupakan
gejala tersering tuberkulosis paru.
• Batuk bukan merupakan gejala spesifik pada tuberkulosis.
• Batuk kurang dari 2 minggu juga dapat menunjukkan tanda-tanda tuberkulosis.
• Prevalensi tuberkulosis pada berbagai negara berhubungan dengan kecurigaan terhadap tuberkulosis.
• Rapid molecular test merupakan test baru yang dapat diterima, walaupun tes sputum masih tersedia.
• Radiografi toraks penting untuk mengidentifikasi tuberkulosis.
Tabel 2
Tes mikrobiologi tuberkulosis yang disetujui oleh WHO
Tabel 3
Hasil Radiologi Toraks sebagai tes diagnostik untuk tuberkulosis
Standar 3
Semua pasien, termasuk anak-anak, yang dicurigai memiliki tuberkulosis paru dan memproduk
si sputum, minimal memiliki dua spesimen sputum yang diperiksa hapusan mikroskopiknya ata
u satu spesimen sputum untuk pemeriksaan Xpert® mtb/riF di laboratorium yang telah teruji ku
alitasnya. Pasien dengan resiko resistensi obat, HIV atau penyakit berat, harus melakukan tes
Xpert® mtb/riF sebagai tes diagnostik inisial. Tes serologis darah dan interferon gama tidak dil
akukan untuk mediagnosis tuberkulosis aktif.

Ringkasan rasinoal dan bukti

• Tes Xpert® mtb/riF harus dilakukan sebagai test diagnostik inisial dibandingkan dengan tes mikrosko
pik konvensional, kultur dan uji kepekaan terhadap obat (rekomendasi WHO).

• Kegagalan dalam mendiagnosis sebelum memberikan terapi inisial dapat menyebabkan pasien terpa
par tatalaksana yang tidak diperlukan.
Standar 4
Semua pasien, termasuk anak-anak, yang dicurigai memiliki tuberkulosis ekstraparu, spesimen
yang sesuai dari bagian tubuh yang ducurigai terlibat harus diperoleh untuk pemeriksaan mikro
biologis dan histologis. Test Xpert MTB/RIF pada cairan serebrospinal direkomendasikan sebag
ai tes mikrobiologi inisial pada pasien yang dicurigai memiliki meningitis tuberkulosis karena dib
utuhkan diagnosis yang cepat.

Ringkasan rasinoal dan bukti

• Tes Xpert® mtb/riF mungkin digunakan sebagai pengganti tes mikroskopi, kultur dan atau histopatolo
gi pada bilasan cairan lambung dan spesimen selain dari paru-paru.
Standar 5
Pada pasien yang dicurigai memiliki tuberkulosis paru yang hasil pemeriksaan sputumnya nega
tif, test Xpert MTB/RIF dan atau kultur sputum harus dilakukan. Diantara pasien dengan hasil B
TA dan pemeriksaan Xpert MTB/RIF negatif namun memiliki gejala klinis yang sangat menduku
ng kearah TB, OAT harus dimulai setelah pengumpulan spesimen untuk pemeriksaan kultur.

Ringkasan rasinoal dan bukti

• Penting untuk melakukan pendekatan sistematik dalam mendiagnosis pasien tuberkulosis supaya tid
ak salah diagnosis.
• Pasien dengan hasil pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan BTA negatif harus tetap dilakukan pemeriksaa
n kultur untuk memastikan diagnosis.
• Kemungkinan ditemukannya bakteri tuberkulosis pada pemeriksaan BTA tergantung dengan konsentr
asi bakteri tersebut di dalam sputum.
• Rontgen toraks penting dalam evaluasi pasien yang diduga tuberkilosis namun pada pemeriksaan BT
A menunjukkan hasil negatif.
Standar 6
Untuk semua anak yang diduga memiliki tuberkulosi intratoraks (paru, pleura dan nodus
limfatikus mediastinum atau hilus), konfirmasi bakteriologis harus dicari dengan pemeriksaan
dari sekresi pada saluran nafas (dahak yang dikeluarkan, dahak yang diinduksi dan bilasan la
mbung) untuk pemeriksaan mikroskopis, tes Xpert MTB/RIF, dan atau kultur.

Ringkasan rasinoal dan bukti


• Batuk dan dahak tidak muncul pada anak dibawah usia 5 tahun.

• Pada anak, resiko terkena tuberkulosis meningkat apabila ada kasus infeksi aktif pada rumah yang
sama, atau ketika anak tersebut malnutrisi, terinfeksi hiv atau terkena cacar beberapa bulan
kebelakang.
Tabel 4
Pedoman untuk mendiagnosis TB pada anak
Standar untuk
penanganan TB dengan
infeksi HIV dan kondisi
komorbid lain.
Standar untuk penanganan TB dengan infeksi HIV dan
kondisi komorbid lain.

Standar Standar Standar Standar


14 15 16 17
Standar 14
Tes dan konseling HIV harus dilaksanakan untuk semua pasien
yang dicurigai atau memiliki tuberkulosis, kecuali pada tes
Your Text Here
konfirmasi dengan hasil tes negatif pada dua bulan
 Simple PowerPoint
sebelumnya.

Karena terdapat hubungan yang erat antara HIV dan TB,


pendekatan yang terintegrasi pada preventif, diagnosis dan
pengobatan pada TB dan HIV direkomendasikan pada area
dengan prevalensi HIV yang tinggi
Standar 14

Tes HIV merupakan tes yang penting


sebagai manajemen rutin pada pasien
yang tinggal di daerah dengan
prevalensi HIV yang tinggi, pada pasien
dengan gejala dan atau tanda sesuai
dengan kondisi HIV dan pasien yang
memilikiri riwayat terpapar dengan
infeksi HIV yang tinggi.
Standar 15

Pada pasien dengan infeksi HIV dan TB yang menderita


immunosupresi berat (nilai hitung CD4 kurang dari 50
sel/mm3), ARV harus diberikan dalam 2 minggu pertama
setelah pengobatan tuberkulosis, kecuali ada meningitis
TB.

Pada semua pasien dengam HIV dan tuberkulosis,


terlepas dari nilai hitung CD4, ARV harus diberikan
setelah 8 minggu pengobatan TB. Pasein dengan HIV
dan TB juga harus diberikan kotromoksazol sebagai
profilaksis untuk infeksi lain
Standar 16

Pasien dengan infeksi HIV yang


telah dievalusi secara teliti dan
tidak memiiliki tuberkulosis
harus ditatalaksana sebagai
terinfeksi tuberkulosis laten dan
diberikan izoniazid sekurang-
kurangnya selama 6 bulan.
Standar
Standar17
17
Pasien dengan infeksi HIV yang
Pemberi pelayanan kesehatan harus
telah dievalusi secara teliti dan
melaksanakan asesmen secara menyeluruh
tidak memiiliki tuberkulosis
untuk kondisi komorbid dan faktor lain yang
harus ditatalaksana sebagai
dapat berefek terhadap respon atau hasil
terinfeksi tuberkulosis laten dan
pengobatan TB dan mengidentifikasi pelayanan
diberikan izoniazid sekurang-
tambahan yang dapat mendukung hasil akhir
kurangnya selama 6 bulan.
pengobatan tiap pasien
Standar 17
Berbagai pelayanan ini harus digabungkan menjadi rencana pe
layanan individual yang mencakup penilaian dan rujukan untuk
Your Text Here
pengobatan penyakit lainnya.
 Simple PowerPoint

Perlu diberikan perhatian khusus pada penyakit atau kondisi yang diketahui dapat mempengaruhi
hasil akhir pengobatan, seperti diabetes mellitus, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol,
nutrisi yang buruk, dan penggunaan rokok. Rujukan untuk dukungan psikososial lainnya atau
pelayanan seperti pelayanan antenatal atau perawatan bayi juga perlu disediakan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai