Anda di halaman 1dari 14

MEMAHAMI :

MAJELIS PENGAWAS NOTARIS (MPN)


DAN
C

MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS (MKN)


Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum.
(rangkuman oleh : Anggraeni Yuko I. )
BAB I
C
Pengaturan Pengawasan dan Pembinaan
Terhadap Notaris dalam Menjalankan Tugas
dan Jabatannya
A. Majelis Pengawas Notaris (MPN)
• Tujuan dari pengawasan :
1. Agar para notaris ketika menjalankan tugas jabatannya memenuhi semua persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan
Tugas dan Jabatan Notaris, demi untuk pengamanan dari kepentingan masyarakat karena Notaris diangkat oleh pemerintah.
2. Notaris dihadirkan untuk melayani kepentingan masyarakat yang membutuhkan alat bukti berupa akta otentik sesuai
permintaan yang bersangkutan kepada Notaris.
• Pasal 67 ayat (1) UUJN menentukan bahwa yang melakukan pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri.
• Pasal 67 ayat (2) UUJN disebutkan bahwa dalam melakukan pengawasan, Menteri membentuk Majelis Pengawas Notaris.
• Pasal 67 ayat (3) UUJN menyatakan bahwa Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9 orang terdiri
atas unsur :
1. Pemerintah sebanyak 3 orang
2. Organisasi Notaris sebanyak 3 orang
3. Ahli/akademisi sebanyak 3 orang
• Pasal 68 UUJN, MPN terdiri atas :
1. Majelis Pengawas Daerah
2. Majelis Pengawas Wilayah
3. Majelis Pengawas Pusat
Majelis Pengawas Daerah (MPD)
• Wewenang MPD diatur dalam UUJN, Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI nomor M.02.PR.08.10 tahun 2004, dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor
M.39-PW.07.10 tahun 2004

• Pasal 66 UUJN mengatur wewenang MPD yang berkaitan dengan :

(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan majelis kehormatan Notaris berwenang:

a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan

b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat berita acara penyerahan.

Ketentuan pasal 66 UUJN telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi nomor 49/PUU-X/2012

• Pasal 70 UUJN mengatur wewenang MPD yang berkaitan dengan :

a. menyelenggarakan sidang untuk. memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris;

b. melakukan pemeriksaan; terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu;

c. memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan;

d. menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris yang bersangkutan;

e. menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih;

f. menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (4);

g. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang ini

h. membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g kepada Majelis Pengawas
Wilayah.
• Pasal 71 UUJN mengatur kewajiban MPD :
a. mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris dengan menyebutkan tanggal
pemeriksaan, jumlah akta serta jumlah surat di bawah tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak
tanggal pemeriksaan terakhir;
b. membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya kepada Majelis Pengawas Wilayah
setempat, dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris, dan Majelis
Pengawas Pusat;
c. merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan;
d. menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain dari Notaris dan
merahasiakannya;
e. memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut
kepada Majelis Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan tembusan kepada
pihak yang melaporkan, Notaris yang bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat, dan Organisasi Notaris.
f. menyampaikan permohonan banding terhadap keputusan penolakan cuti.
• Wewenang MPD juga terdapat pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI nomor M.02.PR.08.10
tahun 2004 pasal 13 ayat (1) dan (2), pasal 14, pasal 15, pasal 16 dan pasal 17.
Majelis Pengawas Wilayah (MPW)
• Pasal 73 ayat (1) UUJN mengatur wewenang MPW yang berkaitan dengan :
a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan atas laporan masyarakat yang disampaikan
melalui Majelis Pengawas Wilayah;
b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun;
d. memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis Pengawas Daerah yang menolak cuti yang diajukan oleh Notaris
pelapor;
e. memberikan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis;
f. mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada Majelis Pengawas Pusat berupa:
1) pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan; atau
2) pemberhentian dengan tidak hormat.
g. membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada huruf e dan huruf f.
• Pasal 73 ayat (2) UUJN keputusan MPW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e bersifat final, dan setiap
keputusan penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan f dibuatkan berita acara
• Wewenang MPW juga terdapat pada pasal 26 Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor M.02.PR.08.10 tahun 2004
• Wewenang MPW pada angka 2 butir 2 Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor M.39-PW.07.10 tahun 2004
berkaitan dengan penjatuhan sanksi
Majelis Pengawas Pusat (MPP)
• Pasal 77 UUJN mengatur wewenang MPP yang berkaitan dengan :
a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan dalam tingkat banding
terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti;
b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara; dan
d. mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat kepada Menteri.
• Wewenang MPW juga terdapat pada pasal 29 Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor
M.02.PR.08.10 tahun 2004
• Wewenang MPW pada angka 1 butir 3 Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor M.39-PW.07.10
tahun 2004
Pengawasan Notaris
• Terdapat 3 tugas yang dilakukan oleh Majelis Pengawas :
a. Pengawasan preventif
b. Pengawasan kuratif
c. Pembinaan
• Majelis Pengawas juga diberi wewenang untuk menyelenggarakan sidang adanya dugaan
pelanggaran kode etik notaris (pasal 70 huruf (a) UUJN)
• Pelanggaran Kode Etik Notaris harus diperiksa oleh Dewan Kehormatan Notaris
• Pengawasan berupa perilaku Notaris tidak mudah untuk diberi batasan, sebagai contoh pasal 9
ayat (1) huruf c UUJN menegaskan salah satu alasan Notaris diberhentikan sementara dari
jabatannya yaitu melakukan perbuatan tercela, yang dimaksud dengan perbuatan tercela
adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan, dan norma adat.
• Pada pasal 12 huruf c UUJN Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh
Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat apabila melakukan perbuatan yang merendahkan
kehormatan dan martabat jabatan Notaris.
Pemeriksaan Notaris
• Pasal 70 huruf b UUJN dan pasal 16 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor M.02.PR.08.10
tahun 2004 menentukan bahwa MPD berwenang melakukan pemeriksaan terhadap protokol Notaris
secara berkala 1 kali dalam 1 tahunatau setiap waktu yang dianggap perlu. Majelis atau Tim Pemeriksa
sifatnya insidentil.
• Pasal 20 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor M.02.PR.08.10 tahun 2004 menentukan
bahwa pemeriksan terhadap Notaris dilakukan juga oleh Majelis Pemeriksa (Daerah, Wilayah dan Pusat)
yang sifatnya insidentil dengan kewenangan memeriksa menerima laporan dari sesama Notaris atau
masyarakat (pasal 20 ayat (2)

Wewenang Majelis Pengawas Notaris Menjatuhkan Sanksi


• MPD tidak mempunyai wewenang untuk menjatuhkan sanksi apapun. MPD hanya berwenang untuk
melaporkan hasil sidang dan pemeriksaannya kepada MPW dengan tembusan kepada pihak yang
melaporkan Notaris yang bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris (pasal 71 huruf
e UUJN)
• MPW dapat menjatuhkan sanksi terguran lisan atau tertulis. Sanksi ini bersifat final dan mengusulkan
pemberian sanksi terhadap Notaris kepada Majelis Pengawas Pusat berupa pemberhentian dari
jabatan selama 3 sampai 6 bulan atau pemberhentian secara tidak hormat.
• MPP dapat menjatuhkan sanksi terbatas (pasal 12 dan pasal 77 huruf d UUJN)
B. MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS
• Susunan Majelis Kehormatan Notaris disebutkan dalam pasal 2 Permenkumham :
MKN terdiri atas :
1. Majelis Kehormatan Notaris Pusat, berkedudukan di ibukota negara
2. Majelis Kehormatan Notaris Wilayah, dibentuk oleh Dirjen atas nama Menteri dan berkedudukan di ibukota Propinsi

• Tugas dan fungsi MKN-P disebutkan pada pasal 17 Permenkumham


1. Tugas MKN-P yaitu melaksanakan pembinaan terhadap Majelis Kehormatan Wilayah yang berkaitan dengan
tugasnya
2. Fungsi MKN-P yaitu melakukan pengawasan terhadap Majelis Kehormatan Wilayah

• Tugas dan fungsi MKN-W disebutkan pada pasal 18 Permenkumham


1. Tugas MKN-W (pasal 18 ayat (1)) yaitu melakukan pemeriksaan terhadap permohonan yang diajkan oleh penyidik,
penuntut umum dan hakim ; dan memberika persetujuan atau penolakan terhadap permintaan persetujuan
pemanggilan Notaris untuk hadir dalam penyidikan, penuntutan, dan proses peradilan.
2. Fungsi MKN-W (pasal 18 ayat (2)) yaitu melakukan pembinaan dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan
Notaris dala menjalankan profesi jabatannya dan memberikan perlindungan kepada Notaris terkait dengan
kewajiban Notaris untuk merahasiakan isi akta
Persetujuan Majelis Kehormatan Notaris Wilayah
dan Syarat Pemanggilan Notaris
• Pasal 27 ayat (1), Permenkumham ditentukan mengenai Syarat Pemanggilan Notaris :

Pemberian persetujuan kepada penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim untuk kepentingan proses peradilan dalam pemanggilan Notaris, dilakukan

dalam hal :

a) Adanya dugaan tindak pidana berkaitan dengan minuta akta dan/atau surat-surat Notaris dalam penyimpanan Notaris;

b) Belum gugur hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang daluwarsa dalam peraturan perundang-undangan di bidang hukum pidana;

c) Adanya penyangkalan keabsahan tanda tangan dari salah satu pihak atau lebih;

d) Adanya dugaan pengurangan atau penambahan atas Minuta Akta; atau

e) Adanya dugaan Notaris melakukan pemunduran tanggal (antidatum

• Pasal 27 ayat (2), Permenkumhan tersebut ternyata MKNW punya tugas lain, yaitu dapat mendampingi Notaris dalam proses pemeriksaan di

hadapan penyidik, disebutkan bahwa :

Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dapat mendampingi Notaris dalam proses pemeriksaan di hadapan penyidik. Hal ini karena dalam

pendampingan tersebut :

a) MKNW bersifat pasif hanya untuk memberikan keyakinan kepada Notaris ada yang mendampingi, atau

b) Untuk menjelaskan kembali jika ada pertanyaan dari Penyidik mengenai alasan-alasan permohonan Penyidik dikabulkan oleh MKNW, atau

c) Membantu Notaris agar mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan Penyidik kepada Notaris, atau

d) Agar Notaris yakin dan percaya diri ketika dilakukan pemeriksaan.


Majelis Pemeriksa
• Majelis Pemeriksa berwenang memeriksa dan memberikan persetujuan atau penolakan terhadap permintaan
penyidik penuntut umum, atau hakim terkait pengambilan fotokopi Minuta Akta dan surat-surat yang dilekatkan pada
Minuta Akta dan.atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris dan pemanggilan Notaris (Pasal 21 ayat (5) UUJN).
• Majelis Pemeriksa wajib menolak untuk memeriksa Notaris yang mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan
darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan/atau keatas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis
kesamping sampai dengan derajat ketiga.
• Notaris wajib hadir memenuhi panggilan Majelis Pemeriksa dan tidak boleh diwakilkan
• Dalam hal Majelis Pemeriksa memberikan persetujuan atas permohonan penyidik, penuntut umum, atau hakim,
Notaris wajib :
a) Memberikan fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang diperlukan kepada penyidik, penuntut atau hakim; dan
b) Menyerahkan fotokopi minuta akta dan/atau surat-surat dengan dibuatkan berita acara penyerahan yang
ditandatangani oleh Notaris dan penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi
• Kewenangan untuk memberikan persetujuan kepada penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk kepentingan proses
peradilan dalam pemanggilan Notaris hanya ada pada MKNW
Pengambilan Fotokopi Minuta Akta dan Penyitaan Minuta

• MKNW punya kewenangan untuk memberikan persetujuan atau penolakan permintaan


pengambilan fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau
protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris
• Jika ada permintaan untuk penyitaan minuta akta /surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta
atau protokol Notaris, maka berlaku ketentuan penyitaan yang diatur dalam KUHAP
• Penyitaan termasuk dalam upaya paksa yang dapat melanggar HAM, maka sesuai pasal 38
KUHAP penyitaan hanya dapat dilakukan dalam keadaaan mendesak dengan ijin Ketua
Pengadilan Negeri setempat
• Khusus mengenai Penyitaan, Minuta Akta Notaris berpedoman kepada Surat Edaran Mahkamah
Agung RI Nomor 3429/86 tertanggal 12 April 1986 perihal tentang izin penyitaan Minuta Akta yang
disimpan oleh Notaris/ Panitera dan Pasal 43 KUHAP
Pengawasan oleh MPN dan MKN
• Dalam Pasal 1 angka 2 Permenkumham Nomor 7 Tahun 2016 disebutkan :
Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut Majelis Pengawas adalah suatu badan yang
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap Notaris.
• Penyitaan termasuk dalam upaya paksa yang dapat melanggar HAM, maka sesuai pasal 38

KUHAP penyitaan hanya dapat dilakukan dalam keadaaan mendesak dengan ijin Ketua

Pengadilan Negeri setempat

• Khusus mengenai Penyitaan, Minuta Akta Notaris berpedoman kepada Surat Edaran Mahkamah

Agung RI Nomor 3429/86 tertanggal 12 April 1986 perihal tentang izin penyitaan Minuta Akta yang

disimpan oleh Notaris/ Panitera dan Pasal 43 KUHAP

Anda mungkin juga menyukai