Anda di halaman 1dari 14

HALLO :V

Teori Post-Marxis

• Teori ini menolak unsur-unsur dasar teori Marxian, namun


masih mempunyai afinitas yang cukup dengan teori
Marxian karena dianggap menjadi bagian teori neo-
Marxian. Teori post-Marxis ini sering menggunakan
sintesis teori-teori Marxian dengan teori, gagasan, dan
metode lain.
• Perubahan dramatis yang dialami teori neo-marxian ini
dapat dijelaskan melalui dua kumpulan faktor.
1. Faktor eksternal teori itu dan yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sosial.
2. Faktor internal teori itu sendiri.
• kombinasi perubahan sosial dan intelektual secara dramatis
mengubah pandangan teori Marxian di tahun 1990-an.
Faktor Eksternal

• Berakhirnya perang dingin dan keruntuhan komunis


dunia. Uni soviet sudah bubar dan rusia bergeser menuju
ekonomi pasar, setidaknya sebagian menyerupai ekonomi
kapitalis. Eropa timur sedang bergeser menuju
perekonomian gaya kapitalis, bahkan pergeserannya itu ada
yang lebih cepat daripada yang dialami rusia. Cina setelah
tragedy tainanmen bangkrut sebagai model bagi sisa dunia
komunis lain, meski memegang teguh komunisme. Kuba
terisolasi, tinggal menunggu kematian atau kejatuhan fidel
castro untuk bergeser ke kapitalisme. Jadi, kegagalan
komunisme berskala dunia menyebabkan pemikir marxis
merasa perlu mempertimbangkan kembali dan
merekonstruksi teori mereka.
Faktor Internal

• Serangkaian perubahan intelektual yang pada gilirannya


memengaruhi teori neo-marxian. Pemikiran teoritis baru
seperti post-strukturalisme dan post-modern berpengaruh
besar terhadap teori neo-Marxian. Gerakan yang dikenal
sebagai Marxisme analitis mendapatkan landasan, yakni
premis tentang keyakinan bahwa teori Marxian perlu
menggunakan metode yang sama dengan yang digunakan
peneliti ilmiah lainnya. Pendekatan ini mendorong
penafsiran ulang pemikiran marx menurut persyaratan
intelektual yang lebih kenvensional, suatu upaya untuk
menerapkan teori pilihan rasional terhadap masalah-
masalah Marxian dan upaya meneliti topik-topik Marxian
dengan menggunakan metode dan teknik ilmu
pengetahuan positivistik.
Marxisme Analtis

• Marxis analitis menggunakan meode analitis filsafat dan


ilmu sosial dalam membahas masalah substansif Marxian.
Aliran ini dibahas di sini karena secara tegas bermaksud
menyintesiskan metode non-Marxis dan teori Marxis.
• Marxisme analitis menggunakan pendekatan neodogmatik
terhadap teori Marx. Tidak mendukung teori Marx secara
membabi-buta dan tanpa pikir, tidak menolak fakta-fakta
sejarah dalam usahanya untuk mendukung teori Marxis,
dan tidak secara total menolak Marx sebagai keliru secara
mendasar. Teori Marx harus digunakan, namun perlu
memanfaatkan metode dan teknik yang dibangun di akhir
abad 20. Aliran ini menyangkal ada metodologi Marxian
yang distingtif dan mengecam mereka yang mengira
metodologi seperti itu ada dan sahih.
Tiga Jenis Marxisme Analitis

• Menganalisi ulang Marx.


• Marxisme pilihan rasional
• Marxisme Berorientasi Empiris
Menganalisis Ulang Marx

• Cohen melihat fungsional (struktual) terdiri dari tiga tesis :


1. Seluruh unsur kehidupan sosial adalah saling
berhubungan.
2. Seluruh komponen masyarakat saling menguatkan.
3. Setiap aspek masyarakat tetap seperti apa adanya
karena kontribusinya terhadap masyarakat labih luas.

• Tesis ini tidak dapat diterima oleh Marxis karena berbagai


alasan, khususnya karena konsevatismenya. Namun,
penjelasan funsional diatas dapat digunakan oleh Marxis
tanpa harus menerima prinsip fungsionalisme struktural.
Jadi, penjelasan fungsional tak selalu konservatif; ia dapat
menjadi revolusioner.
Marxisme Pilihan Rasional

• Roemer (1982) berada paling depan dalam mengembangkan


pendekatan Marxisme analitis yang menekankan eksploitasi. Dia
telah jauh meninggalkan pemikiran yang mengira eksploitasi terjadi
di titik produksi dan mengarah pada pemikiran bahwa eksploitasi
berkaitan erat dengan penggunaan paksaan yang berhubungan
dengan perbedaan pemilikan kekayaan, sumber produktif yang
timpang.

• Pandangan tentang eksploitasi ini juga berkaitan dengan teori


pilihan rasional dalam arti misalnya, bahwa mereka yang
tereksploitasi yang lahir dari distribusi kekayaan yang tidak
merata itu dapat menjadi anggota gerakan sosial yang
direncanakan untuk mendistribusikan kekayaan seecara lebih
merata. Orientasi seperti itu juga memungkinkan Marxisme analisi
mempertahankan tujuan etis dan politisnya sambil memasukkan
orientasiu aliran utama seperti teori pilihan rasional.
Marxisme Berorientasi Empiris

• Erik Olin Wright secara tegas menghubungkan dirinya dengan Marxisme


analitis pada umumnya dan dengan pemikiran roemer pada khusunya .
piikiran Wright meliputi tiga komponen mendasar :
1. Menjelaskan konsep-konsep dasar Marxian seperti kelas
2. Melakukan studi empirs berdasarkan konsep-konsep kelas
3. Membangun teori yang lebih berkaitan secara logis berdasarkan
konsep-konsep kelas.

• Premis dasar Wright adalah bahwa posisi tertentu tak perlu ditempatkan
di dalam kelas tertentu; posisi itu mungkin terletak di dalam lebih dari
satu kelas secara serentak. Jadi, posisi tertentu mungkin secara serentak
sebagai proletariat dan borjuis. Sebagai contoh, manajer adalah borjuis
dalam arti mereka mengawasi bawahan, tetapi mereka juga adalah
proletariat dalam arti mereka diawasi oleh orang lain. Pemikiran mengenai
lokasi pertentangan kelas ini diperoleh melalui analisi konseptual yang telti
dan kemudian dikaji secara empiris.
Pasca-Marxisme

• Aranson yang mengaku dirinya Marxis menulis After


Marxisme (1995). Menurutnya Marxisme sudah
berakhir. Kini teoritis Marxis menganalisis kehidupan
sosial dan masalahnya dengan pemikiran mereka
sendiri tanpa bersandar pada pemikiran Marx. Sikap
ini berdasarkan gagasan bahwa pembangunan Marxian
memerlukan integrasi teori praktik. Meski beberapa
orang Marxis masih terus menggunakan sebagai tesis
Marxian, namun pembangunan Marxian dalam arti
transformasi dari kapitalisme ke sosialisme sudah mati
karena jelas gagal mencapai tujuannya.
• Aronson menyatakan bahwa berbagai jenis tranformasi mengharuskan
kita menyimpulkan bahwa beberapa aspek penting teori Marxian sudah
kuno :
1. Kelas buruh ternyata tidak semakin mel;arat.
2. Struktur kelas tidak makin sederhana menjadi dua kelas yang
bertentangan (Borjuis dan Proletariat)
3. Karena tranformasi proses manufaktur, jumlah pekerja industry
menurut, kelas peerja menjadi semakin terbagi-bagi dan kesadaran
mereka mengenai situasi mereka mengalami erosi.
4. Penyusutan secara menyeluruh kelas pekerja menurunkan kekuatan,
kesadaran kelasnya, dan kemampuannya untuk terlibat dalam
perjuangan kelas.
5. Buruh semakin kurang mengenali diri mereka sendiri sebagai buruh,
mereka mempunyai identitas ganda dan bersaing sehingga kini
menjadi seorang buruh hanyalah salah satu di antara banyak
identitas.
• Bukan Aronson, tetapi sejarahlah yang menilai
bahwa pembangunan Marxian telah gagal. Jadi,
Marxian yang masih terus menggunakan teori
Marxian berarti menghancurnkan keseluruhan
dialektika teori dan praktik yang merupakan
bangunan Marxian. Perpecahan ini adalah
malapetaka karena yang memberikan Marxisme
kekuatan memaksa adalah fakta bahwa Marxisme
“mencerminkan sebuah bangunan teori dan
praktik yang berhubungan logis”.
Kritik Terhadap Post-Modernisme

• Banyak teoritisi Marxian yang kecewa atas


perkembangan Post-Marxis (contoh, Burawoy
1990; Wood 1986; Wood dan Foster, 1997).
Buroway, misalnya, menyerang pemikiran Marxis
analitis karena menyingkirkan masalah historis
dank arena memuja kemurnian dan kekuatan.
Wood menyoroti masalah politik dan mengecam
Marxisme analitis dan Marxisme post-modern
karena kebungkaman politisnya dank arena sikap
menyerahnya dan “kesinisannya yang
mengatakan bahwa setiap program perubahan
radikal pasti gagal”.

Anda mungkin juga menyukai