Anda di halaman 1dari 36

Diabetes Melitus

• Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit


metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya (American Diabetes Association, 2018)
Klasifikasi
Patogenesis

The ominous octet, delapan organ yang berperan


dalam patogenesis hiperglikemia pada DM tipe 2
Faktor Resiko
• Faktor resiko yang Tidak bisa Dimodifikasi : – Hipertensi (>140/90 mmHg)

– Ras dan etnik – Dislipidemia (HDL <35/dl dan atau TG >250

– Riwayat keluarga dengan DM mg/dl)

– Umur >45 tahun – Unhealthy diet (tinggi glukosa dan rendah serat)

– Riwayat melahirkan bayi >4000 gram/riwayat • Faktor Lain :

pernah menderita DM gestasional • Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

– Riwayat lahir dengan berat badan rendah (< • Penderita sindrom metabolik yang memiliki

2500g) riwayat TGT atau GDPT

• Faktor resiko yang bisa dimodifikasi : • Penderita yang memiliki riwayat penyakit

– BB lebih (IMT >23kg/m3) kardiovaskular (Stroke, PJK, Peripheral Arterial

– Kurang aktivitas fisik Disease/PAD)


Diagnosis
• Ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah (tidak dapat
ditegakkan atas dasar glukosuria)

• Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan  pemeriksaan glukosa


secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.

• Pemantauan hasil pengobatan  pemeriksaan glukosa darah kapiler


dengan glukometer
Keluhan klasik DM : rasa haus yang berlebihan (Polidipsi), sering kencing (poliuria) terutama malam hari,
polifagia dan berat badan menurun dengan cepat tanpa penyebab yang jelas
Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pria, luka sukar
sembuh, serta pruritus vulva pada vagina 1. Gejala klasik DM + GDA  200 mg/dL

atau

2. Gejala klasik DM

GDP  126 mg/dL dengan puasa 8 jam

atau

3. 2 jam PP TTGO  200 mg/dL

TTGO dengan beban 75 g glukosa

atau

4. HbA1c  6,5% dengan menggunakan metode standar NGSP


Kriteria Diagnosis DM
Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan
prediabetes
Glukosa plasma 2 jam
Glukosa darah puasa
HbA1c (%) setelah TTGO (mg/dL)
(mg/dL)

Diabetes > 6,5 > 126 > 200 mg/dL

Prediabetes 5,7 – 6,4 100-125 140 – 199

Normal <5,7 <100 <140


ALGORITMA
PENATALAKSANAAN UMUM
• Riwayat Penyakit
– Usia dan karakteristik saat onset diabetes
– Pola makan, status nutrisi
– Pengobatan sebelumnya dan yang sedang dijalani  mempengaruhi
glukosa darah
– Riwayat komplikasi akut (KAD, hipoglikemi)
– Riwayat infeksi sebelumnya
– Faktor resiko : merokok, HT, obesitas
– Karateristik budaya, pendidikan, satuts ekonomi
Pengukuran TB, BB, dan lingkar pinggang

Pengukuran TTV

Pemeriksaan Funduskopi

Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid

Pemeriksaan jantung

Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah

Pemeriksaan Kulit (luka, kering, bekas suntikan) & neurologis


Glukosa darah
Profil lipid pada
puasa dan 2 HBA1C Kreatinin serum Albuminuria
keadaan puasa
jam PP

Keton, sedimen,
Foto Rontgen
LFT dan protein EKG
thorax
dalam urin
Tujuan Tatalaksana DM
Jangka pendek
Menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan
mencapai target pengen dalian glukosa darah.
Jangka panjang
Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.

Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.


Perjalanan penyakit DM
EDUKA
Perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan
SI
Penyulit DM dan risikonya

Intervensi farmakologis, non farmakologis & target pengobatan

Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik


oral atau insulin serta obat-obat lain
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau
urin mandiri
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti hipoglikemia

Pentingnya latihan jasmani yang teratur

Pentingnya perawatan kaki


 Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di air
 Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkeluapas,
kemerahan, atau luk
 Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
 Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan krim
pelembab ke kulit yang kering
 Potong kuku secara teratur
 Keringkan kaki, sela-sela jari kaki teratur setelah dari kamar mandi
 Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-ujung
jari kaki
 Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
 Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
 Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi
 Jangan gunakan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk kaki
Terapi Nutrisi Medis
• Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat
TNM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai
sasaran terapi
• Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal
makan, jenis, dan jumlah makanan.
• 45-65% total • 10 – 20% total • 20-25% total
asupan energi asupan energi asupan energi
• Makanan harus • Sumber protein yang • Lemak jenuh < 7 %
baik adalah seafood),
mengandung kebutuhan kalori
daging tanpa lemak,
karbohidrat ayam tanpa kulit, • Lemak tidak jenuh
terutama berserat produk susu rendah < 10 %
tinggi lemak, kacang- • Yang perlu
• Makan tiga kali kacangan, tahu, dan dibatasi lemak
sehari untuk tempe. jenuh dan lemak
mendistribusikan • Pasien nefropati : trans
asupan karbo penurunan asupan
pro-tein menjadi 0,8 • Anjuran konsumsi
hidrat dalam kolesterol <200
g/KgBB perhari atau
sehari mg/hari
10% dari kebutuhan
energi

Karbohidrat Protein Lemak


• Tidak lebih dari • Mengonsumsi • Pemanis
3000 mg atau cukup serat dari dikelompokkan
sama dengan 6-7 kacang-kacangan, menjadi pemanis
gram (1 sendok berkalori dan
buah, dan sayuran
pemanis tak
teh) garam dapur. serta sumber berkalori.
• Hipertensi  2400 karbohidrat yang • Berkalori  gula
mg tinggi serat alkohol dan fruktosa
• Anjuran konsumsi • Tak berkalori 
serat adalah ± 25 aspartam, sakarin,
g/hari. acesulfame
potassium, sukralose,
dan neotame

Pemanis
Natrium Serat
alternatif
Kebutuhan kalori
• Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus
Brocca yang dimodifikasi:

Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.



Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks
Massa Tubuh (IMT):  BB Kurang : < 18,5
 BB Normal : 18,5-22,9
𝐁𝐁  Dengan risiko : 23,0 – 24,9
IMT =  Obese I : 25,0 – 29,9
𝐓𝐁²  Obese II : >30
Latihan jasmani
• Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara
teratur :
• 3 – 5 kali perminggu selama sekitar 30 – 45 menit dengan
total 150 menit perminggu
Kurangi Aktivitas Misal : Menonton televisi,
Hindari aktivitas sedenter menggunakan komputer/internet,
main game online
Persering aktivitas Misal : Jalan cepat, golf, olah otot,
Mengikuti olahraga rekreasi dan bersepeda, sepak bola
beraktifitas fisik tinggi waktu
liburan
Aktivitas harian Misal : Berjalan kaki ke pasar,
Kebiasaan bergaya hidup sehat menggunakan tangga
Pemicu sekresi insulin:
Obat Antihiperglikemia sulfonilurea dan glinid Terapi Farmakologi
Peningkat sensitivitas
terhadap insulin: metformin
dan tiazolidindion

SUNTIKAN
Oral

Penghambat
glukoneogenesis: metformin Insulin

Penghambat absorpsi
glukosa: penghambat Agonis GLP-1/incretin
glukosidase alfa mimetic

DPP-IV inhibitor
Insulin diperlukan pada keadaan:
Penurunan berat Hiperglikemia berat
Ketoasidosis diabetik
badan yang cepat yang disertai ketosis

Hiperglikemia Hiperglikemia Gagal dengan


hiperosmolar non dengan asidosis kombinasi OHO dosis
ketotik laktat optimal

Kehamilan dengan
Stres berat (infeksi DM/diabetes melitus Gangguan fungsi
sistemik, operasi gestasional yang ginjal atau hati yang
besar, IMA, stroke) tidak terkendali berat

Kontraindikasi dan
atau alergi terhadap
OHO
Insulin
Dasar pemberian terapi insulin
• Sekresi insulin fisiologis : sekresi basal dan pandrial
• Defisiensi insulin basal  hiperglikemi pada keadaan puasa, sedangkan defisiensi
insulin pandrial  hiperglikemi post pandrial
• Sasaran pertama adalah mengendalikan glukosa darah basal  bisa dengan terapi
oral maupun insulin. Jika insulin  insulin kerja sedang atau panjang
• Dosis insulin basal  menambah 2 – 4 unit setiap 3 – 4 hari bila belum tercapai
• Jika sudah tercapai  HbA1c belum mencapai target, pengendalian glukosa
pandrial
Dasar pemberian terapi insulin
• Insulin yang digunakan insulin kerja cepat 5 – 10 menit sebelum makan,
atau insulin kerja pendek 30 menit sebelum makan

• Insulin basal dapat dikombinas dengan obat oral seperti golongan obat
penignkat sekresi insulin kerja pendek (glinid) atau penghambaat
penyerapan karbohidrat dari lumen usus (acarbose), atau metformin
(biguanid)
KOMPLIKASI DM
Diabetes : A malignant vascular disorder
Stroke
Menyebabkan Resiko stroke dan
kebutaan peny. jantung koroner
Diabetic meningkat 2-4x lipat
Retinopathy
Cardiovascular
disease

Diabetic Myocardiac infarct


Nephropathy Penyebab kematian
utama pasien DM
Merupakan 40% penyebab gagal
ginjal, sehingga pasien harus Diabetic
menjalani cuci darah/hemodialisis. Neuropathy
Penyebab utama
tindakan amputasi

National Diabetes Information Clearinghouse. Diabetes Statistics–Complications of Diabetes.


http://www.niddk.nih.gov/health/diabetes/pubs/dmstats/dmstats.htm#comp.
KAD
Krisis
Hiperglikemi
AKUT SHH

Hipoglikemi

Komp. DM

Makroangiopati

KRONIS

Mikroangiopati
Makroangiopati Mikroangiopati
1. P.D Otak : Stroke infark/hemoragik
1. Retinopati Diabetik
2. P.D Jantung : PJK 2. Nefropati Diabetik
3. P.D Tepi : claudicatio intermitten, Ulkus pedis 3. Neuropati
Krisis Hiperglikemia
• Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai


tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan anion gap.

• Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)

Peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda


dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.
Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70
mg/dl. Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum
dengan atau tanpa adanya gejala-gejala sistem otonom, seperti
adanya whipple’s triad:
• Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
• Kadar glukosa darah yang rendah
• Gejala berkurang dengan pengobatan.
Tanda dan Gejala Hipoglikemia

Tanda Gejala

Autonomik Rasa lapar, berkeringat, Pucat, takikardia,


gelisah, paresthesia, widened pulsepressure
palpitasi, Tremulousness
Neuroglikopenik Lemah, lesu, dizziness, Cortical-blindness,
pusing, confusion, hipotermia,
perubahan kejang, koma
sikap, gangguan kognitif,
pandangan kabur, diplopia
Klasifikasi Hipoglikemia
• Hipoglikemia berat: Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian
karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya.

• Hipoglikemia simtomatik apabila GDS < 70mg/dL disertai gejala hipoglikemia.

• Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS <70mg/dL tanpa gejala hipoglikemia.

• Hipoglikemia relatif apabila GDS > 70mg/dL dengan gejala hipoglikemia.

• Probable hipoglikemia apabila gejala hipogllikemia tanpa pemeriksaan GDS.


Pengobatan Hipoglikemia ringan
• Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana)
• Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang
berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
• Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikkan
glukosa darah.
• Glukosa 15–20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah terapi
pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar
• Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15 menit
pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15 menit setelah
pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali.
• Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien
diminta untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya
hipoglikemia.

Anda mungkin juga menyukai