Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BUNUH DIRI
Tindakan yang sengaja dilakukan untuk mengakhiri kehidupan sebagai keputusan terakhir
dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.”
Etiologi
Faktor Genetik
Faktor Biologis
Stressor Lingkungan
Faktor Psikososial dan Lingkungan
Sifat Kepribadian
4
“ Peningkatan Diri
“ Pengambilan Risiko
Posisi pada rentang yang masih normal dialami oleh seseorang yang sedang
dalam perkembangan perilaku.
7
“ Pencederaan Diri
Tindakan yang membahayakan diri sendiri dan dilakukan dengan sengaja tanpa
bantuan orang lain dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
9
“ Bunuh Diri
• Keputusasaan
• Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan
tidak berharga.
• Alam perasaan depresi.
• Agitasi dan gelisah.
• Insomnia yang menetap.
• Penurunan berat badan.
Penyakit psikiatrik
• upaya bunuh diri • Upaya bunuh • Baru berpisah, bercerai, atau • Riwayat keluarga
diri kehilangan. berperilaku bunuh
sebelumnya. • Hidup sendiri. diri.
• Tidak bekerja, perubahan,
atau kehilangan pekerjaan
yang baru dialami.
• Stres kehidupan ganda
(pindah, kehilangan, putus
hubungan yang berarti,
masalah sekolah, ancaman
terhadap krisis disiplin).
• Keputusasaan.
• Harga diri rendah.
Pengkajian Keperawatan
o Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
• Salah satu kakaknya mengalami gangguan jiwa
b. Faktor Psikologis
• Stressor: 1 tahun lalu klien bercerai dengan istrinya
lalu anak dan seluruh hartanya dibawa oleh istrinya
c. Faktor Sosial Budaya
• Bunuh diri anomik: perceraian
o Faktor Presipitasi
• Satu bulan yang lalu klien di PHK
• Klien dijauhi oleh teman kerjanya setelah
di PHK
• Keluarganya tidak ada yang
memperdulikannya
• Klien dicibir oleh tetangganya
o Penilaian stressor/tanda
gejala
• Kognitif : Klien berpikir ingin bunuh diri saja
• Afektif : pasien merasa bersalah, tidak berdaya,
gelisah dan putus asa
• Fisiologis : TD 140/100 mmHg, Nadi 108 kali/mnt,
Suhu 37 derajat, RR 27 kali/mnt
• Perilaku : Banyak diam, murung, gelisah dan tidak
bergairah untuk bicara
• Sosial : klien tidak mau berkomunikasi dengan
orang lain
o Sumber Koping
• Personal Ability : -
• Sosial Support : pasien dibawa
keluarganya ke poli psikiatri RSJ
• Material Asset : klien berobat
menggunakan BPJS
• Positif Belief : -
o Mekanisme Koping
• Berdasarkan kasus tersebut klien
menggunakan mekanisme koping berfokus
pada ego dikarenakan klien pernah
melakukan upaya bunuh diri
Asuhan Keperawatan
Risiko Bunuh Diri
SHANIA HASINA SIDIKI
1710711023
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama Nanda Internasional berhubungan dengan respon
maladaptif dalam melindungi diri yaitu :
risiko bunuh diri
mutilasi diri
Ketidakpatuhan
risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri.
Pohon Masalah
Resiko Cedera
HDR
Analisa Data
Data fokus Masalah Etiologi
DS : Risiko bunuh diri
Keluarga mengatakan pasien pernah melakukan upaya bunuh
diri
Keluarga mengatakan pasien cerai dengan istrinya 1 tahun lalu
dan berpisah dengan anaknya
Keluarga mengatakan anak dan semua hartanya dibawa oleh
istrinya
Keluarga mengatakan salah satu kakaknya ada yang
mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan 1 bulan lalu pasien di PHK
Pasien mengatakan teman kerjanya menjauhinya setelah di
PHK dan tetangga banyak yang mencibirnya
Pasien mengatakan bahwa kini hidupnya sudah tidak berguna
lagi
Pasien mengatakan malu dan putus asa dengan keluarganya
Pasien mengatakan ingin mati saja agar semua masalah dapat
terselesaikan
DO :
Keluarga pasien tidak peduli
Pasien terlihat murung
Pasien terlihat gelisah
Ada goresan luka pada pergelangan tangan kiri pasien
DS : Harga Diri Rendah
Klien mengatakan 1 bulan lalu pasien di PHK
Pasien mengatakan teman kerjanya menjauhinya setelah di PHK
dan tetangga banyak yang mencibirnya
Pasien mengatakan bahwa kini hidupnya sudah tidak berguna lagi
Pasien mengatakan malu dan putus asa dengan keluarganya
DO :
Pasien terlihat murung
Pasien terlihat gelisah
DS : Keputusasaan
Pasien mengatakan bahwa kini hidupnya sudah tidak berguna lagi
Pasien mengatakan malu dan putus asa dengan keluarganya
Pasien mengatakan ingin mati saja agar semua masalah dapat
terselesaikan
DO :
Pasien terlihat murung
Pasien terlihat gelisah
Ada goresan luka pada pergelangan tangan kiri pasien
Pohon Masalah
Resiko Cedera
Keputusasaan
HDR
Intervensi
Dx Perencanaan
Keperawata Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
n
Risiko TUM: Pasien menunjukan 1. Bina hubungan saling percaya Kepercayaan
bunuh diri : tanda-tanda percaya dengan menggunakan prinsip dari pasien
Pasien tidak
ancaman/p kepada perawat melalui : komunikasi terapeutik : merupakan hal
mencederai
ercobaan a. Ekspresi wajah a. Mengucapkan salam terapetik. yang akan
dirinya sendiri
bunuh diri cerah, tersenyum Sapa pasien dengan ramah, memudahkan
atau tidak
b. Mau berkenalan baik verbal ataupun non verbal perawat dalam
melakukan bunuh
c. Ada kontak mata b. Berjabat tangan dengan pasien melakukan
diri.
d. Bersedia c. Perkenalkan diri dengan sopan pendekatan
Tuk 1 : menceritakan d. Tanyakan nama lengkap pasien keperawatan
Pasien dapat perasaannya dan nama panggilan yang atau intervensi
membina e. Bersedia disukai pasien selanjutnya
hubungan saling mengungkapkan e. Jelaskan tujuan pertemuan terhadap
percaya masalah f. Membuat kontrak topik, waktu pasien
dan tempat setiap bertemu
pasien
g. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya
h. Beri perhatian kepada pasien
dan perhatan kebutuhan dasar
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
SP IV
1. Membuat rencana masa depan
yang realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis
Terapi Aktivitas
Kelompok
Resiko Bunuh Diri
Komunikasi
Perankelompok
Kekuatankelompok
Normakelompok
Kohesi
Fase - Fase Perkembangan Kelompok Kecil
Fase Fase Pengertian Aktivitas Tugas Aktivitas Interpersonal
Yalom Tuckman
Orientasi Pembentukan Anggota kelompok Mengidentifikasi tugas & Hubungan diuji, batas
(Forming) memerhatikan orientasi. batas-batas yang berkaitan interpersonal; hubungan
dengan tugas. tergantung dengan
pemimpin
Konflik Kekacauan Anggota kelompok menolak Merespons secara Konflik antara kelompok.
(Storming) tugas dan berpengaruh pada emosional terhadap tugas.
kelompok.
Kohesif Penentuan Resistensi terhadap Mengekspresikan Peran baru diadopsi;
norma/aturan kelompok diatasi oleh pendapat pribadi tentang standar baru berkembang
(norming) anggota tugas. dalam kelompok
Kerja Pelaksanaan Pemecah masalah secara Mengarahkan energi Struktur interpersonal
(performing) kreatif; solusi mulai muncul kelompok terhadap kelompok menjadi alat
penyelesaian tugas. untuk mencapai tugasnya;
peran menjadi fleksibel dan
fungsional.
Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu,
stimulasi persepsi, stimulasi sensori, orientasi realita, dan sosialisasi.
Lancaster mengemukan beberapa aktivitas yang digunakan pada TAK
yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,
mempersiapkan meja makan dan kegiatan sehari-hari yang lain. Wilson
dan Kneils (1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi, dan
teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seorang serta
meningkatkan respons sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan
sebagai terapi di dalam kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik,
menari, dan literatur. Oleh sebab itu, akan diuraikan kombinasi
keduanya menjadi terapi aktivitas kelompok.
Tujuan :
i. Klien dapat mengendalikan saat ada keinginan
atau dorongan untuk bunuh diri.
ii. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
56
TAK 2
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri
Meningkatkan Harga Diri Klien
Tujuan.
i. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan.
ii. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
57
TAK 3
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri
Menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Tujuan :
i. Klien dapat mengenali hal-hal yang ia sayangi.
ii. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
iii. Klien dapat merencanakan dan menetapkan masa depan yang realistis
No. Aspek yang Dinilai Nama Peserta
1. Menyebutkan orang yang paling dicintai dan disayangi.
Lampiran Jurnal
Judul : Peran Spiritualitas dalam Mempengaruhi Resiko Perilaku Bunuh Diri; A Literature Review
Penulis : Wulida Litaqia & Iman Permana
Tahun : 2019
Metode : Mengumpulkan data pustaka, membaca, mencatat dan mengelola sumber yang didapat
menjadi sebuah tulisan. Penggunaan data dalam penulisan literature review ini berasal
dari konsep-konsep teori penelitian yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan
menyaring 159.320 sumber literatur menjadi 14 literatur terkait yang menjadi
pembahasan dalam penulisan literature review.
× “ Simpulan
Dukungan agama dapat menghambat individu yang memiliki ide
bunuh diri dan meningkatkan harapan hidup mereka yang
kompleks antara agama dan depresi ini.
× Aspek keagamaan ini dimaksudkan juga untuk menanggulagi
masalah kesehatan mental lain yang tidak diinginkan.
× Analisis ini menunjukkan bahwa aspek keagamaan adalah salah
satu aspek yang sangat perlu diperhatikan dan diperlukan
implementasi khusus terkait hal ini dalam mengatasi depresi yang
berakibat resiko perilaku bunuh diri pada individu.
Judul Jurnal :
Penyuluhan dan Pendampingan pada Korban Selamat Percoban
Bunuh Diri di Gunung Kidul
Nama Penulis :
Fatwa Tentama, Surahma Asti Mulasari, Tri Wahyuni Sukesi,
Sulistyawati
Tempat :
Desa Karangwungu Kecamatan Tepus, Gunung Kidul
Metode Penelitian:
Metode yang diterapkan dalam program kegiatan pengabdian
masyarakat ini adalah penyuluhan dan pendampingan. Penyuluhan
dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.
Pendampingan dilakukan dengan metode konseling dan wawancara
mendalam pada korban..
Hasil & Pembahasan:
Salah satu solusi peredaman bunuh diri adalah dengan menggunakan terapi
pendampingan psikososial atau terapi pendampingan berbasis keluarga (Firestone,
2007). Sehingga selain memberikan penyuluhan kesehatan, pengabdi juga melakukan
pendampingan kepada korban selamat bunuh diri. Kegiatan pendampingan dilakukan
untuk meyakinkan korban agar dapat menyadari keberadaan diri dan makna hidupnya,
mengetahui peran dan fungsinya di tengah lingkungan sosial, serta menyadari
potensipotensi diri yang dimilikinya untuk dikembangkan. Pendampingan tidak hanya
untuk memulihkan kesehatan jiwa namun juga kesehatan rohani korban. Terapi yang
terbaik bagi keresahan adalah keimanan kepada Tuhan (Razak et.al, 2013). Sebuah
penelitian menyebutkan bahwa terapi spiritual dan religius efektif mengatasi persoalan
persoalan gangguan mental seperti kecemasan schizophrenia, dan depresi (Hook et.al,
2010). Pada kegiatan pendampingan, korban diajarkan untuk mengambil hikmah dari
setiap kejadian, meningkatkan iman dan berserah diri kepada yang Maha Kuasa.
Sehingga korban akan mendapatkan keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi
cobaan serta semangat dalam menjalankan kehidupan.
Kesimpulan:
Melalui kegiatan penyuluhan telah diberikan edukasi kepada
korban, keluarga dan masyarakat di gunung kidul tentang upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan jiwa
bagi korban, keluarga dan masyarakat. Hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya kasus bunuh diri yaitu membantu orang
orang yang mengalami depresi untuk sembuh dan keluar dari
depresinya. Penguatan dari sisi religi sangat diperlukan untuk
menguatkan penderita depresi agar segera keluar dari depresinya
Lampiran Jurnal
Judul : Dinamika Psikologis Pada Pelaku Percobaan Bunuh diri
Penulis : Luluk Mukarromah,Fathul Lubabin Nuqul
Tahun : 2014
Metode :
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari
dua orang perempuan berusia 22 tahun dengan kriteria pernah melakukan percobaan bunuh.
Hasil dan Pembahasan :
Berdasarkan hasil wawancara dan asesmen psikologis menunjukkan bahwa pelaku percobaan bunuh diri
melakukan tindakannya disebabkan adanya rasa kehilangan, selain itu juga dilakukan sebagai sarana untuk
mengungkapkan emosi-emosi negatif pada orang lain yang dirasakannya.Hal ini terjadi karena ego yang lemah,
sehingga pelaku cenderung tidak bisa membentengi diri dan gagal membelokkan agresi pada objek di luar dirinya.
Ego ini dibentuk oleh keluarga dan lingkungan sosialnya.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa percobaan bunuh diri ditakukan
karena adanya emosi negatif karena emosi-emosi negatif yang dirasakannya. Hal ini terjadi
karena ego yang lemah, gagal membelokkan agresi pada objek diluar dirinya. Ego ini dibentuk
oleh keluarga dan lingkungan sosialnya, percobaan bunuh diri merupakan jalan keluar dari
masalah yang dihadapi, percobaan bunuh diri juga dianggap sebagai suatu cara untuk mengubah
realitas yang terjadi, Pengambilan keputusan dalam bunuh diri cenderung menggunakan
pendekatan heuristis, yang bersifat tidak sistematis dan cepat, hal ini juga dipengaruhi oleh
depresi yang dialami, depresi disini ditandai oleh tiga hal yang kemudian membentuk skema
kongnitif yang bersifat negatif. Tiga hal ini meliputi pandangan negatif pada diri dan masa depan,
adanya pengulangan ide bunuh diri dan pikiran ambivalen, dan distorsi kognitif yang membuat
seseorang tidak bisa berpikir mengenai solusi lain yang lebih baik.
Judul : Perilaku Bunuh Diri pada Klien Terapi Metadon Di PTPM Sandat
RSUP Sanglah
Penulis : Cok Istri Sadwitri Pemayun, Ni Ketut Sri Diniari
Tahun : 2017
Tujuan : Mengetahui jumlah perilaku bunuh diri serta distribusinya
berdasarkan waktu kejadian dan lama terapi yang dijalani.
Desain Penelitian : cross-sectional descriptive
Hasil dan Pembahasan
1. Perilaku bunuh diri pada klien PTRM Sandat RSUP Sanglah hanya berkisar 40% yang
mana 28,6% untuk ide atau pikiran bunuh diri dan 11,4% untuk yang telah melakukan
percobaan bunuh diri.
2. Perilaku bunuh diri yang paling banyak terjadi saat sebelum terapi dibandingkan setelah
mendapatkan terapi. Selain itu sebagian besar (60%) tidak ada perilaku bunuh diri.
3. Distribusi perilaku bunuh diri sebagian besar terdapat pada kelompok umur 31-40 tahun,
yang telah menikah maupun belum menikah, memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir
SMA, dan telah menjalani terapi metadon lebih dari setahun.
4. Sisanya merupakan distribusi subjek yang tidak memiliki perilaku bunuh diri.
69
Referensi