Anda di halaman 1dari 24

UNDESENSUS TESTIS

ANATOMI DAN FISIOLOGI TESTIS


 Struktur
 Dibentuk oleh jaringan ikat  TUNICA
ALBUGINEA
 Dibungkus oleh TUNICA VAGINALIS td
Lamina Visceralis dan Parietalis
 Bagian dalamnya TUNICA VASCULOSA 
Lapisan pembuluh darah

 Dari mediastinum testis (pada margo


posterior)  keluar ductuli efferentes

 Di dorso cranial testis terdapat ujung


FUNICULUS SPERMATICUS  sehingga
testis tergantung dalam cavum scroti
Testis memiliki 2 fungsi yaitu:
 Produksi androgen.

Testosterone dibentuk di sel interstitial leydig


di jaringan ikat testis. Salah satu fungsi
testosterone yaitu penurunan testis.
Penurunan testis terjadi pada 2 bulan akhir
kehamilan pada saat testis mensekresikan
testosterone dalam jumlah cukup.
 Produksi spermatozoa.

Spermatogenesis terjadi di tubulus


seminiferous.
DEFINISI
 Undescended testis (UDT) atau kriptorkismus
adalah suatu keadaan dimana setelah usia 1
tahun, satu atau kedua testis tidak berada di
dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di
salah satu tempat sepanjang jalur desensus
normal.
 Kriptorkismus

 cryptos (Yunani) : tersembunyi

 orchis yang dalam bahasa latin disebut testis


EPIDEMIOLOGI
 Undesensus testis  1-4,5% kelahiran dengan
insiden tertinggi pada bayi preterm/kurang
bulan (30-45%).
 75% pada bayi preterm dan 90% pada bayi
premature dan menurun menjadi 0,8-1,2% pada
usia 1 tahun.
EMBRIOLOGI
Mgu ke-4 Primordial germ cell pindah ke
gonadal ridge

gen SRY (sex


Gonadal testikular bipotensial
deter mining
atau sel ovum
region Y)

FSH Sel sertoli  AMH regresi duktus mulerian


Mgu ke-8

hCG
Mgu ke-10 +LH Sel leydig  Testosteron  diferensiasi wolfian
mjd epididimis, vas deferens dan vesika
seminalis

Mgu 10-12 DHT  eksternal genital


DESENSUS TESIS

Fase transabdominal

Fase ingioscrotal
(mediasi oleh CGRP)
Dapat berlangsung hingga
usia bayi 12 bulan
ETIOLOGI
 Genetik
 Hormonal (hypothalamic-pituitary-gonadal axis
dysfunction, congenital hypogonadotropic
hypogonadism, testicular dysgenesis)
 Anatomi (pendeknya vas deferens dan funikulus
spermatikus).

FAKTOR RISIKO
 Kelahiran < 2,5 kg, kecil masa kehamilan, dan
prematuritas, rendah estrogen maternal dan
insufisiensi plasenta dengan penurunan sekresi
hCG.
PATOFISIOLOGI

1. Abnormalitas gubernakulum testis


Penurunan testis dipandu oleh gubernakulum.

2. Defek intrinsik testis


Maldesensus dapat disebabkan disgenesis gonadal dimana
kelainan ini membuat testis tidak sensitif terhadap hormon
gonadotropin.

3. Defisiensi stimulasi hormonal/endokrin


Hormon gonadotropin maternal yang inadequat
menyebabkan desensus inkomplet. Tingginya
kriptorkismus pada prematur diduga terjadi karena tidak
adequatnya HCG menstimulasi pelepasan testosteron masa
fetus akibat dari imaturnya sel Leydig dan imaturnya aksis
hipothalamus-hipofisis-testis.
 Klasifikasi berdasarkan lokasi :
 Skrotal tinggi (supraskrotal) : 40 %
 Intrakanalikuler ( inguinal ) : 20 %
 Intraabdominal (abdominal) : 10%
 Terobstruksi : 30 %
DIAGNOSIS
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
 Tidak menjumpai testis di kantong skrotum,

 Pasien dewasa mengeluh karena infertilitas.

 Ada benjolan di perut bagian bawah

 pasien harus dalam keadaan relaksasi dan posisi


seperti frog-leg atau crosslegged.
 pasien gemuk, dapat dilakukan dalam posisi
sitting cross-legged atau baseball catcher’s.
PEMERIKSAAN FISIK
 dibedakan menjadi teraba atau tidak
 Pemeriksaan fisik dimulai dari antero-superior
iliac spine, meraba daerah inguinal dari lateral
ke medial
 Dilakukan di ruangan yang tenang dan hangat

 Pasien dlm keadaan relaksasi dengan posisi frog


leg atau cross legged
 Pasien gemuk dapat diperiksa dengan posisi
cross legged atau baseball catcher
DIAGNOSIS BANDING
 Testis ektopik: testis mengalami penurunan di
luar jalur penurunan yang normal.
 Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke
dasar skrotum tetapi akibat refleks kremaster
yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis
inguinalis, bukan termasuk UDT yang
sebenarnya.
Pemeriksaan Laboratorium
 UDT unilateral tidak memerlukan pemeriksaan
laboratorium lebih lanjut. Sedangkan pada UDT
bilateral
 Diperlukan pemeriksaan analisis kromosom dan
hormonal utk menyingkirkan intersex
 Pemeriksaan LH, FSH,dan testosteron akan
dapat membantu menentukan apakah terdapat
testis atau tidak.
Pemeriksaan stimulasi hCG
Prinsip : mengukur kadar testosteron pada
keadaan basal dan 24-48 jam setelah stimulasi.

Pada bayi, respon normal setelah hCG test


bervariasi antara 2-10x bahkan 20x, kanak-
kanak ssekitar 5-10x, masa pubertas hCG
hanya sekitar 2-3x.

Bila respon rendah  UDT


Pemeriksaan Radiologi
 USGMembantu menentukan lokasi testis
terutama didaerah inguinal, di mana hal ini
akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan
tangan.
 CT scan dan MRI mempunyai ketepatan yang
lebih tinggi dibandingkan USG terutama
diperuntukkan testis intra-abdomendan
kecurigaan risiko keganasan testis.
 Metode laparoskopi pertama kali digunakan
untuk mendeteksi UDT tidak teraba testis pada
tahun 1976
 Beberapa hal yang dapat dievaluasi selama
laparoskopi adalah: kondisi cincin inguinalis
interna, processus vaginalis dan
vaskularisasinya
Biasanya dijumpai
 Blind ending pemb. Darah testis  anorchia
(44%)
 Testis intraabdomen (33%)

 Struktur vasa deferen


TERAPI
 Tujuan terapi UDT
 memperkecil risiko terjadinya infertilitas dan
keganasan dengan melakukan reposisi testis
kedalam skrotum baik dengan menggunakan
terapi hormonal ataupun dengan cara
pembedahan (orchiopexy).
 hCG,gonadotropin releasing hormone(GnRH)
atau LH-releasing hormone (LHRH).
 dosis hCG sebanyak 250IU/ kali pada bayi, 500
IU pada anak sampai usia 6 tahun dan 1000 IU
pada anak lebih dari 6 tahun. Terapi diberikan 2
kali seminggu selama 5 minggu. Angka
keberhasilannya 6 ± 55%.
KOMPLIKASI

 Infertilitas
 Keganasan: risiko keganasan testis kriptorkid
10-50x lebih besar dibandingkan testis skrotal
normal
 Torsio testis

 Masalah psikologis

 akibat orkidopeksi : lesi pada duktus deferens,


lesi arterial, atrofi testis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai