Anda di halaman 1dari 6

Bacterial inclusion bodies function as vehicles for

dendriticcell-mediated T cell responses


Fungsi Badan Inklusi bakteri sebagai pembawa respon sel dendrit yang dimediasi sel T

OL EH:
NAMA : WARDATUR RAHMI
NIM : 1920312004
S2 I LMU BIOMEDIK
Pendahuluan
Antigen imunogenik untuk vaksinasi sering dibuat melalui produksi protein rekombinan menggunakan
Escherichia coli.

Antigen imunogenik IBs (inclusion Bodies)


Produk sampingan

IBs (Inclusion bodies/ badan inklusi), berisi sebagian besar bentuk yang salah dari protein rekombinan yang
diekpresikan berlebihan.

Masih belum diketahui Efek dari IBs pada sistem imun dan apakah mereka bias digunakan sebagai produk
vaksin yang effektif.
Apakah IBs dapat memicu respon seluler adaptif yang dimulai dengan pengambilan oleh sel-sel dendrit untuk
pemberian ke sel T masih tidak diketahui.
Hasil
Kami menghasilkan IBs mengandung ovalbumin (OVA)-derivat epitop OT-I dan OT-II menggunakan urutan
sinyal TorA dalam E. coli. Seperti yang dijelaskan. Karena sel dendrit merupakan tipe sel primer yang
bertanggungjawab untu aktivasi sel T, kami mulanya menganalisa kapasitas imunogenik yang melekat pada
IBs secara langsung pada sel-sel ini. IBs diperoleh dari E.coli oleh gangguan sel dan sentrifugasi (ekstrak
kasar),serta proses tambahan oleh pencucian berututan.

Sel dendrit derivat-sumsung tulang (BMDCs) dikultur dari sumsung tulang C57Bl/6 tikus tipe liar.
Pematangan imunogenik BMDCs diukur dengan ekspresi penanda kostimulator CD70, CD80, and CD86, dan
MHC kompleks kelas I and menggunakan aliran sitometri

IBs memiliki kemapuan pematangan sel dendrit yang kuat, mengindikasi kemampuannya sebagai kandidat
vaksin, karena pematangan sel dendrit dibutuhkan untuk priming efektif dari naïve sel T CD8+ and CD4+.
Sudah dibuktikan bahwa kapasitas IBs untuk menginduksi sel dendrit-termediasi kehadiran antigen
untuk sel T, kami selanjutnya meneliti kapasitas IBs untuk menghasilkan respon selular in vivo.
Pertama, kami menyuntikkan OVA-IBs dengan antibodi agonistik CD40 dalam tikus, dan setelah 7
hari, diukur persentase ovalbumin-spesifik sel T CD8+ dalam sple nosit oleh aliean sitometri
menggunakan H2-Kb OVA-tetramer. Induksi signifikan dalam antigen-spesifik sel T CD8+ diamati
dalam splenosit dari tikus yg diimunisasi setelah 7 hari. IBS tanpa ada tambahan pembantu tidak
menginduksi antigen spesifik sel T CD8+ yang mudah dideteksi (data tidak ditunjukkan). Untuk
menguji apakah induksi dari respon selular dapat dioptimisasi lebih lanjut, kami memvaksin tikus
dengan IBs yang dikombinasi dengan pembantu yg pilihan yang dikenal untuk memicu (boost) respon
CD8+ sel T, termasuk agonistic CD40, Poly I:C, AddaVax (MF59) dan STING ligand (DMXAA).
AddaVax, frekuensi tertinggi dari sel T CD8+ memprokusi sitokin efektor IFNγ dan TNFα setelah
restimulasi peptide ditemukan. Secara mengejutkan, frekuensi CD4+ sel T memproduksi IFNγ selama
restimulasi peptida menunjukkan korelasi nverse terhadap respon sel T CD8+. Karenanya, pembantu
(adjuvants) mungkin mengukur magnitude dari respon sel T CD8+ atau CD4+ terhadap IBs.
Kesimpulan

Dapat disimpulkan, secara eksperimen menunjukkan potensi IBs


untuk digunakan sebagai vaksin untuk menginduksi kedua respon
antigen-spesifik yang kuat yaitu sel T CD8+ atau CD4+.

Anda mungkin juga menyukai