Anda di halaman 1dari 11

BENIGN PROSTALTIC

HIPERPLASIA (BPH)
RIDHA AYA SHOFIA, Amd.Far.

SF 19236
DEFINISI

 Benigna Prostaltik Hiperplasia didefinisikan sebagai proliferasi dari


sel stomal pada prostat, yang menyebabkan pembesaran kelenjar
prostat tersebut atau sering disebut Pembesaran Prostat Jinak (Tumor
Prostat Jinak)
ETIOLOGI

Beberapa Hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH :


adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan
estrogen pada usia lanjut, peranan faktor pertumbuhan (growth factor)
sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat, meningkatnya lama
hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati dan terjadinya
proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma
dan sel epitek kelenjar prostat menjadi berlebihan.
PATOFISIOLOGI
 BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel
berinteraksi.
 Di dalam prostat, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT), DHT
merupakan androgen dianggap sebagai mediator utama munculnya BPH.
 Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan memicu espon inflamasi
dengan menginduksi epitel
 Prostat membesar karena hiperplasia sehingga terjadi penyempitan uretra yang
mengakibatkan aliran urine melemah dan gejala obstruktif yaitu: hiperaktif
kandungan kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah.
FAKTOR RESIKO

 Kadar Hormon

 Usia

 Riwayat Keluarga

 Pola Hidup

 Memiliki berat badan berlebih

 Menderita penyakit jantung atau diabetes


MANIFESTASI KLINIS

 Nokturia (sering buang air kecil dimalam hari)

 Inkontinensia urin (pengeluaran urin yang tidak terkendali)

 Aliran urin tersendat-sendat

 Mengeluarkan urin disertai darah

 Pancaran miksi yang lemah


TATA L A K S A N A &
FA R M A KO L O G I

 Watchful Waitting: pasien tidak mendapatkan terapi apapun tatapi


perkembangan keadaan penyakit tetap diawasi dokter.
 Medical Therapies: beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
pertimbangan terapi, jenis obat yang digunakan, pemilihan obat, evaluasi
selama pemberian obat. Tujuan terapi farmakologi untuk mengurangi
resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik atau mengurangi
volume prostat sebagai komponen statik. Beberapa obat yang biasa
digunakan: α-adrenergik bloker dan 5a-reductase inhibitors.
 Intervensi atau Pembedahan
PEMBAHASAN KASUS

Tuan L (60 th) dengan riwayat Benigna Prostaltik Hiperplasia dan saluran kemih bagian bawah dan riwayat
pengobatan 2 tahun yang lalu yaitu Pemberian tunggal Doxazosin (4 mg/hari) dengan hasil kemajuan yang
minimal. Kemudian timbul gejala berupa Nokturia, pancaran urine yang lemah, dan frekuensi urine (kencing
8x/hari)
Pembahasan Kasus:
Pada kasus diatas Tn.L dengan riwayat BPH diberikan terapi dengan Doxazosin (4mg/hari), kemudian timbul
gejala nokturia, pancaran urine lemah, frekuensi kencing 8x/hari.
Diketahui bahwa Doxazosin menyebabkan pengenduran otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita
lebihmudah berkemih/kencing dan pada akhirnya menimbulkan gejala Nokturia.
Dari hal tersebut perlu diganti terapi dengan menggunakan obat golongan 5α- reductase inhibitor, misalnya
finasteride yang berkerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT), sehingga terjadi
penurunan kadar zat aktif DHT dan mengecilnya ukuran prostat.
GUIDELINE

Anda mungkin juga menyukai