Anda di halaman 1dari 21

Sanitasi Pada Pengolahan

Limbah Industri
Pertemuan ke-5
Pengertian
 Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik
(rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan.
Pengolahan limbah
 Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar,
dan frekuensi pembuangan limbah.
Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:
 pengolahan menurut tingkatan perlakuan
 pengolahan menurut karakteristik limbah
 Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan
sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan
dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan
sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau
fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah
pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan
secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan
upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya
pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
 Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air
hujan menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan
menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke
badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup
besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah
yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan
yang cukup dan terbebas dari sampah.
 Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia
secara berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air
bersih memang sangat berguna di masyarakat
Karakteristik limbah
 Berukuran mikro
 Dinamis
 Berdampak luas (penyebarannya)
 Berdampak jangka panjang
Limbah B3 industri
 Berdasarkan karakteristiknya limbah B3 industri dapat
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
 Limbah B3 cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar
air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri
dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan
bahan buangan anorganik
 Limbah B3 padat
 Limbah B3 gas
 Limbah B3 partikel yang tidak terdefinisi
Karakteristik limbah B3

 Limbah mudah meledak


Limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 °C,
760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia
dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitarnya.
Limbah Mudah Terbakar
 Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang
dari 24% volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60
°c (140 OF) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api,
percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg.
 Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan
tekanan standar (25 C, 760 mmHg) dapat mudah
menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar
dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
 Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .
 Merupakan limbah pengoksidasi.
 Limbah beracun
Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun
bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan
kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun
untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mu tu
konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching
Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah.
Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang
terdapat, dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari nilai
dalam Lampiran II tersebut, maka limbah tersebut
merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar
tidak terdapat pada Lampiran II tersebut maka dilakukan uji
toksikologi.
Limbah yang menyebabkan infeksi.
 Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh
manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau
limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman
penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada
pekerja, pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi
pembuangan limbah
Limbah bersifat korosif
 Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut :Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
(SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35
mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 °C.
 Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk
limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari
12.5 untuk yang bersifat basa.
Limbah yang bersifat reaktif
 Limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai
berikut :Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
 Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
 Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
 Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi
pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasi1kan gas, uap atau asap beracun
dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
 Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan
tekanan standar (25 C, 760 mmHg).
 Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.
Kegiatan Pengelolaan limbah B3
 Reduksi Limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan
 Penyimpanan Limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara
 Pengumpulan Limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbun limbah B3
 Pengangkutan Limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari
pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke
pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3
 Pemanfaatan Limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan
kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan
manusia
 Pengolahan Limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3
untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun
 Penimbunan Limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan
dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada
Pasal 163 tentang Kesehatan Lingkungan : Upaya kesehatan
lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal
69 : Setiap orang dilarang.
 melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup; memasukkan B3 yang dilarang
menurut peraturan perundangundangan ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia; memasukkan limbah yang berasal
dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke media
lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia; membuang limbah ke media lingkungan
hidup;
 membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau
izin lingkungan; melakukan pembukaan lahan dengan cara
membakar; menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat
kompetensi penyusun amdal; dan/ atau memberikan informasi
palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
 Pada asal 88 : Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola
limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap
lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang
terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. Sedangkan pada
Pasal 58 : Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah,
dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, pasal 22 tentang Pengelolaan, Penanganan Sampah :
 Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
 Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
 Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
 Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah.
 Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Kesepakatan internasional yang terkait dengan
pengelolaan limbah sebagai berikut (WHO, 2005):
 The Basel Convention, Konvensi ini membahas tentang pergerakan limbah
berbahya lintas negara. Hanya limbah berbahaya resmi yang dapat diekspor dari
negara yang tidak memiliki fasilitas atau keahlian untuk memusnahkan limbah
tertentu secara aman ke negara lain
 The “populler pays” Principle, merupakan prinsip pencemar yang membayar,
dimana semua penghasil limbah secara hukum dan finansial bertanggung jawab
untuk menggunakan metode yang aman dan ramah lingkungan di dalam
pembuangan limbah yang mereka hasilkan.
 The “precautionary” principle, merupakan sebuah prinsip pencegahan, dimana
prinsip kunci yang mengatur masalah perlindungan kesehatan dan keselamatan.
 The “duty of care” principle, merupakan prinsip yang menetapkan bahwa siapa
saja yang menangani atau mengelola zat berbahaya atau peralatan yang terkait
dengannya, secara etik bertanggung jawab untuk menerapkan kewaspadaan
tinggi di dalam menjalankan tugasnya
Sanitasi &Higiene di tempat
Pengolahan limbah
 Kebersihan Air Pencuci
 Udara Bersih
 Kebersihan Personalia/pekerja
 Kebersihan Peralatan
 Kebersihan Lantai dan Dinding
 Lokasi Pabrik
 Bangunan dan tata letak
 Peralatan
 Instalasi Air
 Sisiem Pembuangan

Anda mungkin juga menyukai