Anda di halaman 1dari 34

Obat induksi intravena

Saddam fadhli
1102011250

Pebimbing
Dr. Agus Saptiady, Sp.An
Anastesi Intravena
• Teknik anestesi intravena merupakan suatu teknik pembiusan dengan
memasukkan obat langsung ke dalam pembuluh darah secara
parenteral.
INDIKASI
• Obat induksi anesthesia umum
• Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat
• Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
• Obat tambahan anestesi regional
• Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi)
CARA PEMBERIAN
1. Sebagai obat tunggal :
• Induksi anestesi
• Operasi singkat: cabut gigi
2. Suntikan berulang :
• Sesuai kebutuhan : curetase
3. Diteteskan lewat infus :
• Menambah kekuatan anestesi
JENIS-JENIS ANESTESI INTRAVENA
Propofol
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia
umum, pada pasien dewasa dan pasien anak – anak usia lebih dari 3
tahun. Mengandung lecitin, glycerol dan minyak soybean, sedangkan
pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya sulfat.
Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg) dan pH 7-8 Obat
ini juga kompatibel dengan D5W.
Mekanisme kerja
• Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi
diperkirakan efek primernya berlangsung di reseptor GABA – A
(Gamma Amino Butired Acid).
Farmakokinetik
• Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat
protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu
metabolit tidak aktif.
• waktu paruh propofol diperkirakan berkisar antara 2 – 24 jam.
• Dosis induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata – rata 30 – 45 detik )
dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat.
• Satu ampul 20ml mengandung propofol 10mg/ml.
Farmakodinamik
Pada sistem saraf pusat
• Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis
yang kecil dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek
analgetik, pada pemberian dosis induksi (2mg/kgBB) pemulihan
kesadaran berlangsung cepat.
Dosis dan penggunaan
• Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.
• Sedasi : 25 to 75 µg/kg/min dengan I.V infus
• Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 µg/kg/min IV (titrate
to effect).
• Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila
digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
• Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi
yang minimal 0,2%
• Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam
lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka
lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.
Efek Samping
• Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%.
Nyeri ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada
pemberian propofol dapat dihilangkan dengan menggunakan lidokain
(0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat diberikan 1 sampai 2 menit
dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal tempat
suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar.
Ketamin
• Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin,
merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthesia”.
Mekanisme kerja
• Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor
opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek
analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat
menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.
Farmakokinetik
Absorbsi
• Pemberian ketamin dapat dilakukan secara intravena atau
intramuskular
Distribusi
• Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan
didistribusikan ke seluruh organ.10 Efek muncul dalam 30 – 60 detik
setelah pemberian secara I.V dengan dosis induksi, dan akan kembali
sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan secara I.M maka efek baru
akan muncul setelah 15 menit.
Metabolisme
• Ketamin mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati
menjadi beberapa metabolit yang masih aktif.

Ekskresi
• Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan melalui
ginjal.
Farmakodinamik
Susunan saraf pusat
• Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan
mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas
pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus.
Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari
(cataleptic appearance), seperti gerakan mengunyah, menelan,
tremor dan kejang.
Dosis dan pemberian
• Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular
apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak –
anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V
atau I.M. Dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 – 10
mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB
dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.
Efek samping
• Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur
pada mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah ,
halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot
dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu
ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata
dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.
Opioid
• Opioid mengandung lebih dari 20 alkaloid opioids.Morphine,
meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil
merupakan golongan opioid yang sering digunakan dalam general
anestesi.efek utamanya adalah analgetik.
Mekanisme kerja
• Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system
saraf pusat dan jaringan lain.
• Farmakodinamik dari spesifik opioid tergantung ikatannya dengan
reseptor, afinitas ikatan dan apakah reseptornya aktif.
• Aktivasi reseptor opiat menghambat presinaptik dan respon
postsinaptik terhadap neurotransmitter ekstatori (seperti asetilkolin)
dari neuron nosiseptif.
Farmakokinetik
Absorbsi
• Cepat dan komplit terjadi setelah injeksi morfin dan meperedin
intramuskuler, dengan puncak level plasma setelah 20-60 menit.
Fentanil sitrat transmukosal oral merupakan metode efektif
menghasilkan analgesia dan sedasi dengan onset cepat (10 menit)
analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 μg/Kg) dan dewasa (200-
800 μg).
Distribusi
• Waktu paruh opioid umumnya cepat (5-20 menit).Kelarutan lemak
yang rendah dan morfin memperlambat laju melewati sawar darah
otak, sehingga onset kerja lambat dan durasi kerja juga Iebih
panjang.Sebaliknya fentanil dan sufentanil onsetnya cepat dan durasi
singkat setelah injeksi bolus.
Metabolisme
• Metabolisme sangat tergantung pada biotransformasinya di hepar,
aliran darah hepar.Produk akhir berupa bentuk yang tidak aktif.
Ekskresi
• Eliminasi terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10% melewati
bilier dan tergantung pada aliran darah hepar. 5 – 10% opioid
diekskresikan lewat urine dalam bentuk metabolit aktif, remifentanil
dimetabolisme oleh sirkulasi darah dan otot polos esterase.
Farmakodinamik
Sistem pernafasan
• Dapat meyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan
penurunan frekuensi nafas, dengan jumlah volume tidal yang
menurun .PaCO2 meningkat dan respon terhadap CO2 tumpul
sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan.
Sistem gastrointestinal
• Opioid menyebabkan penurunan peristaltik sehingga pengosongan
lambung juga terhambat.
Dosis dan pemberian
• Premedikasi petidin diberikan I.M dengan dosis 1 mg/kgbb atau
intravena 0,5 mg/Kgbb, sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin
dan fentanil seperseratus dari petidin.
Tiopental
• merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting, tiopentol
dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat
(30-45 detik). Dalam waktu 1 menit tiopental sudah mencapai puncak
konsentrasi dan setelah 5 – 10 menit konsentrasi mulai menurun di
otak dan kesadaran kembali seperti semula.
Mekanisme kerja
• Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat
akan menyebabkan hambatan pada reseptor GABA pada sistem saraf
pusat, barbiturat menekan sistem aktivasi retikuler, suatu jaringan
polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang beberapa
terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa fungsi vital
termasuk kesadaran.
Farmakokinetik
Absorbsi
• Pada anestesiologi klinis, barbiturat paling banyak diberikan secara
intravena untuk induksi anestesi umum pada orang dewasa dan anak
– anak.Perkecualian pada tiopental rektal atau sekobarbital atau
metoheksital untuk induksi pada anak – anak.
• Sedangkan phenobarbital atau sekobarbital intramuskular untuk
premedikasi pada semua kelompok umur.
Distribusi
• Pada pemberian intravena, segera didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh selanjutnya akan diikat oleh jaringan saraf dan jaringan lain
yang kaya akan vaskularisasi, secara perlahan akan mengalami difusi
kedalam jaringan lain seperti hati, otot, dan jaringan lemak.
Metabolisme
• Metabolisme terjadi di hepar menjadi bentuk yang inaktif.

Ekskresi
• Sebagian besar akan diekskresikan lewat urine, dimana eliminasi
terjadi 3 ml/kg/menit dan pada anak – anak terjadi 6 ml/kg/menit.
Farmakodinamik
Pada Sistem saraf pusat
• Dapat menyebabkan hilangnya kesadaran tetapi menimbulkan
hiperalgesia pada dosis subhipnotik, menghasilkan penurunan
metabolisme serebral dan aliran darah sedangkan pada dosis yang
tinggi akan menghasilkan isoelektrik elektroensepalogram.
Sistem pernafasan
• Menyebabkan depresi pusat pernafasan dan sensitifitas terhadap CO2
menurun terjadi penurunan frekwensi nafas dan volume tidal bahkan
dapat sampai menyebabkan terjadinya asidosis respiratorik.
Dosis
• Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg.Untuk
menghindarkan efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis
kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu reaksi pasien.
Efek samping
• Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan
memberikan obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi
terhadap barbiturat, sebab hal ini dapat menyebabkan terjadinya
reaksi anafilaksis yang jarang terjadi.
• barbiturat juga kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut,
karena barbiturat akan menginduksi enzim d-aminoleuvulinic acid
sintetase, dan dapat memicu terjadinya serangan akut.
• TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai