Anda di halaman 1dari 49

dr.

Bambang K, SpOG
Mungkinkah melahirkan secara normal
tanpa rasa sakit?
 Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologi
yang normal yang mana kelahiran seorang bayi
merupakan peristiwa sosial yang dinantikan ibu dan
keluarga selama 9 bulan.
 Ibu hamil selalu menantikan saat-saat
membahagiakan melahirkan seorang bayi, akan tetapi
rasa senang itu dapat mendadak menjadi saat-saat
yang mengerikan karena terbayang kesakitan yang
sangat saat melahirkan.
Lokasi nyeri saat persalinan
ILA ( Intrathecal Labour Analgesia )
 Berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan dalam
keadaan yang tidak terlalu sakit dan nyaman.
 Tiga hal penting dan perlu diperhatikan untuk
menghilangkan rasa sakit persalinan adalah :
Keamanan, kemudahan dan jaminan terhadap
homeostasis janin.
 Beberapa faktor yang berhubungan dengan
meningkatnya intensitas nyeri persalinan dan
kelahiran adalah :
 Nuliparitas, Induksi Persalinan, Usia Ibu yang masih
muda, Riwayat ‘Low Back Pain’ yang menyertai
menstruasi dan peningkatan berat badan ibu ataupun
janin.
 Dari semua ini, prediktor yang paling penting adalah
nuliparitas dan induksi persalinan ( Pacuan ).
 Survei terakhir anestesi obstetri di Amerika Serikat
menunjukkan peningkatan persentase penggunaan
 I L A pada ibu bersalin dari 22% pada tahun 1981
menjadi 51% pada tahun 1992 di rumah-rumah sakit
dengan sedikitnya 1500 kelahiran pertahun.
NYERI PERSALINAN & I L A

 Kontraksi ritmik uterus dan dilatasi servik yang


progresif pada kala I menyebabkan sensasi nyeri
selama kala I persalinan.
 Impuls saraf aferen dari servik dan uterus
ditransmisikan ke medula spinalis melalui segmen
Thorakal 10 – Lumbal 1
 Hal ini biasanya akan menyebabkan nyeri pada daerah
perut bagian bawah dan daerah pinggang serta
sakrum.
 Berbeda dengan kala I, pada kala II transmisi melalui
segmen Sakral 2 – 4, dan nyeri disebabkan oleh
regangan pada vulva/vagina dan perineum yang juga
bertumpang tindih dengan nyeri akibat kontraksi
uterus.
 I L A ( Intrathecal Labor Analgesia )
Adalah suatu tehnik yang dikembangkan oleh bagian
anestesiologi untuk menghilangkan rasa nyeri selama
persalinan.

 Dilakukan oleh dokter anestesi dengan cara


memberikan campuran obat obatan melalui suntikan
yang diberikan pada rongga intratekal di tulang
belakang, yang berguna memblok hantaran rasa nyeri
pada serabut saraf dari tulang belakang tersebut.
ILA
 Tujuan utama ILA adalah menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri pada saat persalinan, tanpa
menyebabkan blok motorik, sehingga sang ibu masih
bisa tetap mengejan untuk mendorong bayi lahir
melalui jalan lahir normal..
Keuntungan I L A
1. Nyeri dapat dihilangkan atau dikurangi tanpa
mengganggu proses persalinan.
2. Obat mulai bekerja segera setelah dilakukan
penyuntikan.

3. Efek menghilangkan nyeri dapat bertahan dan terus


berlangsung selama proses melahirkan.
Keuntungan I L A
4. Ibu tetap dalam kondisi sadar.
5. Menguntungkan bagi bayi karena peningkatan sekresi
adrenalin yang mengganggu aliran darah uterus
berkurang.
6. Tidak mempengaruhi kemampuan ibu untuk
mengejan, bahkan membuat ibu lebih nyaman untuk
mengejan tanpa rasa sakit.
 Tindakan I L A ini seharusnya hanya dilakukan oleh
seorang yang ahli dan ditempat yang memiliki
fasilitas, alat dan obat-obatan untuk resusitasi.
 Termasuk didalamnya adalah oksigen, suction dan
alat-alat / obat-obatan resusitasi kardioplulmonar.
 Dan tindakan I L A dilakukan setelah dilakukan
pemeriksaan terhadap ibu dan janin serta kemajuan
persalinannya.
 I L A tidak diberikan sebelum diagnosa persalinan
ditegakkan dan sebelum ibu bersalin meminta untuk
meredakan nyeri persalinannya.
Ada beberapa kontraindikasi dari I
L A yaitu:
 1. Persangkaan Disproporsi Kepala Panggul ( Resiko
Ruptura Uteri ).
 2. Penolakan oleh pasien.
 3. Perdarahan Aktif
 4. ‘Maternal Septicemia’
 5. Infeksi disekitar lokasi suntikan.
 6. Kelainan Pembekuan darah.
 Efek I L A pada persalinan diantaranya adalah dapat
memperpanjang kala I dan II persalinan, dan
meningkatkan penggunaan oksitosin untuk akselerasi
persalinan serta penggunaan instrumentasi pada
kelahiran dengan menggunakan tarikan vakum atau
forsep.
 I L A tidak signifikan meningkatkan angka operasi
sesar.
 Yang perlu disadari disini bahwa penggunaan I L A
untuk ‘Painless Labor’ adalah untuk mengatasi nyeri
persalinan, sedangkan perjalanan proses persalinan itu
sendiri adalah tetap.
 Jadi tidak berarti bahwa dengan I L A akan pasti dapat
lahir pervaginam.
 Tindakan sesar adalah atas dasar indikasi Obstetri.
Kapan ?
 1.Apabila proses persalinan sudah dimulai dan
pembukaan serviks sudah 5 cm atau lebih.
2. Dilakukan di ruang bersalin biasa, bukan di kamar
operasi.
3. Dilakukan oleh dokter anestesi ( dokter bius ).
4. Penyuntikan dilakukan di daerah punggung dan
obat akan disuntikkan dengan bantuan jarum spinal
yang halus ke rongga subarachnoid, yaitu daerah
serabut saraf di tulang belakang.
5. Diberikan pada posisi duduk atau tidur miring.
Komplikasi
 Komplikasi dari tindakan ILA yang paling sering
adalah hipotensi.
 Untuk itu diperlukan pemberian cairan elektrolit
isotonis sebelum tindakan .
 Komplikasi yang lain adalah sakit kepala, retensio urin
,meningitis ,kejang ,akan tetapi ini adalah komplikasi
yang jarang terjadi.
PEMANTAUAN PERSALINAN

 Persalinan harus dipantau baik dari status umum


maupun kemajuan persalinannya.
 Yang perlu dievaluasi adalah : Denyut Jantung Janin,
His ( Kontraksi Uterus ), Penurunan bagian terendah
janin, Lingkaran retraksi Bandl.
 Penting juga untuk diketahui bahwa karena nyeri
persalinan telah hilang, maka reflek ingin mengejan
pada kala II pun akan berkurang sensasinya, sehingga
diperlukan edukasi pada ibu dan diberitahu kapan
harus mengejan.
 Pimpinan persalinan harus baik melibatkan ibu dan
penolong.
Anestesi epidural
 Teknik anestesi epidural ini dilakukan serupa dengan
teknik anestesi spinal saat operasi.
 Bedanya adalah pada teknik anestesi spinal, anggota gerak
bawah ibu (kaki) akan dengan sengaja 'dilumpuhkan' atau
tidak dapat digerakkan dalam jangka waktu tertentu.
 Pada teknik anestesi epidural, hanya saraf yang
memberikan respon nyeri yang utamanya dilumpuhkan
untuk sementara waktu.
 Teknik ini dilakukan dengan melakukan penyuntikan di
daerah punggung untuk dilakukan penempatan suatu
kateter kecil yang berguna untuk menyuntikkan obat
anestesi epidural.
 Obat anestesi epidural akan bekerja selama beberapa
jam, yang sebelum efeknya habis, dokter anestesi
akan memberikan instruksi untuk memberikan
suntikan obat anestesi epidural selanjutnya melalui
kateter yang sudah dipasang.
 Ibu masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa
karena saraf yang di blok hanyalah saraf yang
memberikan rangsang nyeri.
 Untuk persalinan, blokade dikhususkan untuk
mengurangi rasa sakit di daerah rahim, leher rahim
dan bagian atas vagina.
 Tetapi otot panggul masih dapat melakukan gerakan
rotasi kepala bayi untuk keluar dari jalan lahir ibu.
 Ibu masih bisa mengejan, sehingga masih dapat
dilakukan persalinan melalui jalan lahir.
 Lebih nyaman lagi, apabila ternyata persalinan harus
dilakukan dengan operasi sectio cesarea (SC), dokter
anestesi dapat melakukan perubahan komposisi obat
untuk dapat menyesuaikan pembiusan untuk operasi.
Perbedaan ILA dan epidural
 Kendati caranya hampir mirip dengan teknik anestesi
regional (epidural), tapi ada perbedaan yang cukup
mencolok antara ILA dan epidural.
 Epidural memakai dosis obat cukup tinggi dan
disuntikkan ke ruangan sebelum mencapai selaput
otak.
 Pemasangannya juga menggunakan kateter, sehingga
bisa saja kateternya false route, nyasar ke mana-mana.
Nah, kalau sudah nyasar, kan, bisa masuk ke
pembuluh darah sehingga menimbulkan komplikasi.
Misalnya, ibu jadi kejang.
 Selain itu, ada kemungkinan masuk ke tubuh bayi
juga.
 Dengan demikian bisa dikatakan komplikasi teknik
epidural cukup tinggi.
 Tak cuma itu, teknik epidural pun mengakibatkan
persalinan jadi sedikit terhambat. "Karena otot-
ototnya terpengaruh. Saat mengedan, kekuatan ibu
jadi lemah karena ada bagian saraf yang diblok."
 Sedangkan dalam teknik ILA, dosis obat yang
digunakan hanya sepersepuluh obat epidural.
 Dengan jarum yang lebih lembut, dan dimasukkan
langsung ke dalam selaput otak, jadi bercampur
dengan cairan otak.
 Selain itu, di dalam selaput otak itu tidak ada
pembuluh darah sehingga tidak menyebar.
 Selain itu, ILA hanya memblok rasa nyerinya saja
tanpa harus memblok motorik bergeraknya.
 Jadi, menghilangkan rasa nyeri tanpa harus
mempengaruhi otot-ototnya.
 Bahkan, setelah diberi ILA, ibu hamil tetap bebas
berjalan-jalan."
 Kekuatan ILA pun lebih lama dari epidural.
 Jika masa kerja epidural hanya 1-2 jam, maka ILA
antara 10-12 jam.
 Akibatnya jika memakai epidural setiap 2 jam harus
ditambah lagi sehingga volume dan dosis obat akan
bertambah terus.
 Sehingga akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah dan
bisa masuk ke dalam janin.
 Akibatnya, janinnya bisa terpengaruh, misalnya, saat
lahir akan terlihat mengantuk.
 Sedangkan ILA hanya bekerja di susunan saraf pusat
ibunya."
 Dengan ILA ibu tetap bisa merasakan kontraksi;
berupa perutnya terasa kencang.
 Dengan demikian ibu tetap bisa mengetahui tanda-
tanda persalinan.
 Lain halnya dengan epidural, pasien bisa tidak tahu
sama sekali kala ia kontraksi.
 Sehingga kerap kali persalinan memakan waktu yang
sangat lama."
ANASTESI INFILTRASI PADA
EPISIOTOMI
 Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa
sayatan pada perineum meliputi selaput lendir vagina,
cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit
depan perineum.
 Berdasarkan empiris, banyak kasus-kasus yang
dilakukan episiotomi, karena nyeri waktu menjahit
luka menyulitkan petugas, sehingga tindakan yang
seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu singkat
akan memakan waktu yang lebih lama dan
kemungkinan kejadian infeksi akan lebih tinggi.
 Disamping itu aproksimasi anatomi luka akan lebih
sulit dilakukan karena pasien dalam keadaan gelisah,
hal ini juga akan ikut mengganggu penyembuhan
luka.
Jenis episiotomi
 Secara kimiawi anestesi lokal digolongkan atas 2
senyawa :
 1. Ester
 2. Amide

 Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi


lokal sebab pada degradasi dan aktivasi dalam tubuh
gugus tersebut akan dihidrolisis oleh plasma
cholinesterase, dengan demikian golongan ester
umumnya kurang stabil dan mudah mengalami
metabolisme dibandingkan golongan amide.
MEKANISME KERJA
 Anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi
impuls syaraf. Tempat kerjanya terutama pada
membran sel
 Dengan bertambahnya efek anestesi lokal di dalam
syaraf, maka ambang rangsang membran akan
meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan
potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat
dan factor pengaman (safety factor) konduksi syaraf
juga berkurang.
Ada 2 golongan anastesi lokal
 ESTER
 Procaine (Novocaine)
 Cocaine
 Chloroprocaine (Nesacaine)
 Tetracaine (Pontocaine)
 AMIDE
 Bupivacaine (Marcaine)
 Dibucaine (Nupercaine)
 Etidocaine (Duranest)
 Prilocaine (Citanest)
 Lidocaine (Xylocaine)
 Mepivacaine (Carbocaine)
Infiltrasi Lokal
Repair episiotomi
KOMPLIKASI ANASTESI LOKAL
 Menurut De Jong respons yang tidak enak / tidak
dapat dikendalikan dari anastesi lokal sering disebut
“reaksi” yang dibagi terpisah dalam 2 kategori, yaitu:
􀁈 reaksi sistemik dan
 􀁈 reaksi lokal
 Reaksi sistemik terjadi jika obat menyebar dalam
darah dan memungkinkannya mencapai organ-organ
yang jauh.
 Efek sistemik yang disebabkan oleh zat anastesi lokal
paling banyak melibatkan susunan syaraf pusat (SSP)
dan sistem kardiovaskuler.
 Pada umumnya SSP lebih sensitif terhadap anastesi lokal
daripada kardiovaskuler .
 Oleh karena itu manifestasi pada SSP cenderung terjadi
lebih cepat.
 Reaksi sistemik tergantung dari dosis, sehingga makin
tinggi konsentrasi obat anastesi lokal dalam darah, makin
jelas responsnya.
 Oleh karena itu tindakan untuk menurunkan kadar
anastesi lokal dalam darah (seperti penggunaan gabungan
dengan dosis kecil suatu vasokonstriktor untuk
mengurangi absorbsi) dapat mengurangi reaksi sistemik.
 Epinefrin mengurangi kecepatan absorbsi anastesi
lokal sehingga akan mengurangi juga toksisitas
sistemiknya.
 Dalam klinik, larutan suntik anastesi lokal biasanya
mengandung epinefrin (1 dalam 200.000 bagian),
norepinefrin (1 dalam 100.000 bagian). Pada umumnya
zat vasokonstriktor ini harus diberikan dalam kadar
efektif minimal
 Reaksi lokal:
 1. Nyeri pada penyuntikan
 2. Rasa terbakar
 3. Anastesia persisten
 4. Infeksi
 5. Edema
 6. Toksisitas lokal

Anda mungkin juga menyukai