Anda di halaman 1dari 53

SIMPUL PELAYANAN JASA ANGKUTAN

06.01.20 1
MATRA ANGKUTAN
U D A R A
lorong angkasa pesawat udara

TERMINAL

DARAT A I R
jalan mobil
rel motor laut kapal
pipa kereta sungai ferry
kabel gerobak danau perahu
sepeda kanal rakit
becak

06.01.20 2
PRASARANA DAN SARANA PERANGKUTAN

06.01.20 3
DATANG BERANGKAT
KENDARAAN
PNP & BRG TERMINAL
LAIN-LAIN

• naik-turun
• bongkar-muat
• pindah kendaraan
BIAYA • dokumen perjalanan
• pemeliharaan
• perawatan
• penyimpanan -. kendaraan
-. barang
?????

KAPASITAS

06.01.20 4
1-2
FUNGSI
TERMINAL ADALAH SIMPUL DALAM SISTEM JARINGAN
PERANGKUTAN, SUATU ELEMEN YANG TAK DAPAT DI-
ABAIKAN KARENA MEMPUNYAI FUNGSI POKOK SEBAGAI
TEMPAT:
1. MENGENDALI/MENGATUR LALU LINTAS ANGKUTAN.
2. PERGANTIAN MODA.
3. NAIK/TURUN PENUMPANG DAN/ATAU BONGKAR/MUAT
BARANG/MUATAN.
selain fungsi pokok di atas, ada fungsi lain sebagai:
4. TEMPAT OPERASI JASA: perdagangan, fasilitas umum, fasilitas
sosial, fasilitas transit, promosi, dan lain-lain.
5. ELEMEN TATA RUANG WILAYAH, YAKNI TITIK TUMBUH
PERKEMBANGAN WILAYAH.

06.01.20 5
INTERMODAL TERMINAL 2-2

The core purpose of an intermodal terminal is to expedite the


interchange of travelers among modes and to tie together the local
and regional system (often including intercity operations). More
precisely, these terminal functions to:
 Allow entry/exit by travelers utilizing selected modes
 Provide for interchange between different routes of the same
mode
 Provide fo interchange among modes (local, regional, and
intercity)
 Serve passengers and visitors (nontravelers) and provide space
for commercial and service activities (revenue generation)
 Assist management and control of operations (ticketing,
documentation, information service, staff accommodations)
 Handle various types of vehicles
Grava, Siguard;2003: 781

06.01.20 6
UNSUR TERKAIT DALAM
TERMINAL
PENUMPANG AWAK KENDARAAN
tempat menunggu
pengaturan layanan
perpindahan moda
fasilitas
fasilitas/kemudahan
istirahat
informasi
perpindahan/peng-
gantian moda

SWASTA / USAHA
PEMERINTAH tata letak
pengendalian fasilitas
sumber pendapatan sirkulasi manusia
pelayanan umum

06.01.20 7
Terminal

Stasiun

Simpul Kota
Darat
Pelabuhan
Jaringan
transportasi Bandara
darat, Laut Keselamatan
laut dan Transportasi
Jalan Raya
udara
Jalan Rel
Udara Jaringan Jalan Kota

Alur Pelayaran

Ruang LaluLintas
Sumber: Hari Budiarto, 2006; Ditjen Hubla RI
Udara
06.01.20 8
TERMINAL

PENUMPANG BARANG

# lokasi
# tata ruang
# kapasitas

TUJUAN: 1. Menunjang kelancaran mobilitas: orang dan barang


2. Mengatur keterpaduan antarmoda

Apabila dilihat dari ukuran luas lahan saja, maka terminal merupakan
bagian wilayah kota yang layak diperhitungkan dalam tata ruang
wilayah, apalagi bila terminal tersebut adalah pelabuhan atau bandara
yang luasnya ribuan ha. Sejarah menunjukkan bahwa kota-kota besar
pada umumnya tumbuh pada simpul jaringan angkutan laut, misalnya:
Palembang, Jakarta, Surabaya, Makasar, New York, Sydney.

06.01.20 9
TIPE PENGGUNA TERMINAL:
 Peulang-alik harian; seringkali tergesa-gesa, tak mau tertinggal, telah
memiliki tiket, dan sangat hafal lintasannya.
 Peulang alik dan penglaju lokal; (calon) penumpang yang tidak
terikat waktu dan barangkali hanya memanfaatkan kelebihan
pelayanan setempat.
 Penumpang jarak jauh; calon penumpang yang telah memiliki tiket,
menunggu jadwal (biasanya dengan bawaan), mencari informasi dan
mungkin menunggu kendaraan untuk melanjutkan perjalanan.
 Bukan penumpang; para pengantar dan penjemput, dan karena itu
menjadi bagian dari pengguna terminal.
 Penyedia jasa; yang keberadaan karena operasi terminal, yaitu para
penyedia berbagai macam jasa kebutuhan para penumpang.
 Pencari peneduh; tuna wisma, pendatang tanpa penginapan, orang
tersesat, dll. yang selalu ada di terminal dengan beberapa
pengecualian karena fasilitas mungkin terbuka 24 jam.

06.01.20 10
PARA PENGGUNA JASA TERMINAL
TERSEBUT DI ATAS PERLU MENDAPAT
PERHATIAN BERKAITAN DENGAN
PENYEDIAAN RUANG DAN FASILITAS DI
DALAM AREA TERMINAL  KEBUTUHAN
AKAN LAHAN, SELAIN KEBUTUHAN LAHAN
BAGI AKSES MASUK/KELUAR AREAL
TERMINAL, SIRKULASI KENDARAAN DAN
ORANG, PANGKALAN TAKSI/BUS, SERTA
PERPARKIRAN.
KONSEP DASAR POLA ANGKUTAN DARAT
TERMINAL TIPE A
PENUMPANG TIPE B
SIMPUL / TIPE C
TERMINAL
TERMINAL
BARANG UTAMA
JARINGAN
PENGUMPAN
PRASARANA
LOKAL
KHUSUS
RUANG LALIN /
JALAN / ALUR
JARINGAN UMUM
TRANSPORTASI
NASIONAL
PRIMER
FUNGSI
SEKUNDER
JARINGAN WEWE- PUSAT NEGARA
PELAYANAN NANG PROP;
PEMBI- DAERAH KAB/KO;
NAAN DESA
KELAS I; II; IIIa; IIIb; IIIc

PENGU- TOL
SAHAAN
Ditjen Perhubungan Darat; Dept. Perhubungan UMUM

06.01.20 12
KONSEP DASAR POLA ANGKUTAN DARAT

ANGK. ANTARKOTA
WILAYAH ANGK. KOTA
PELAYANAN ANGK. PERDESAAN
JARINGAN ANGK. LINTAS BTS NAS
PRASARANA

TRAYEK AKAP; AKAD


TETAP Perkotaan

JARINGAN OPERASIONAL Perdesaan

TRANSPORTASI PELAYANAN TIDAK Taksi


DALAM
NASIONAL ANGKUTAN
Ran Sewa
TRAYEK Pariwisata
ORANG

JARINGAN PENGEMBANGAN Utama


PELAYANAN WILAYAH Cabang
Ranting
ANGKUTAN Langsung
BARANG tidak dibatasi wilayah pelayanannya

Ditjen Perhubungan Darat; Dept. Perhubungan

06.01.20 13
SIMPUL PELAYANAN JASA ANGKUTAN

06.01.20 14
LOKASI TERMINAL PENUMPANG

Mengingat fungsi dan fasilitas yang harus tersedia


menyatu dengan terminal, maka tuntutan luas lahan
bagi sebuah terminal adalah konsekuensi logis dari
fungsinya.

Bandara pada umumnya dibangun jauh di luar pusat


kota, bahkan bandara internasional yang sudah ada di
tengah kota dianggap tidak layak lagi, dan dibangunlah
bandara baru di luar kota, misalnya Jakarta yang sudah
dua kali memindahkan lokasi bandara, Changi-
Singapura, Narita-Jepang. Bandara dengan segala
kelengkapannya sudah merupakan kota tersendiri,
semacam kota satelit.

06.01.20 15
LOKASI TERMINAL PENUMPANG

Lokasi terminal ditetapkan dengan memperhatikan:


a) rencana umum tata ruang  demi daya guna dan hasil guna
pelayanan terminal terhadap elemen-elemen perkotaan

b) kepadatan lalu-lintas dan kapasitas jalan di sekitar


terminal  aksesibilatas dan kelancaran sirkulasi lalin di dalam
dan sekitar terminal

c) keterpaduan moda angkutan, baik intramoda maupun


antarmoda  kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan
keandalan pelayanan pergantian moda

d) kondisi topografi lokasi terminal  biaya konstruksi


e) kelestarian lingkungan

06.01.20 16
LETAK & LUAS TERMINAL ANGKUTAN JALAN RAYA

TIPE A TIPE B TIPE C


LETAK * dlm jaringan trayek * dlm jaringan trayek * dlm wilayah Kota/Kab
antarkota antarpropinsi antarkota dlm propinsi * dlm jaringan trayek
* di jalan arteri dengan * di jalan arteri atau perdesaan
kelas minimum III.A kolektor dengan kelas * di jalan kolektor atau lokal
minimum III.B dengan kelas minimum III.A
LUAS LAHAN 5 di Sumatera dan Jawa 3 di Sumatera dan Jawa sesuai dengan kebutuhan
MINIMUM  ha 3 di pulau lain 2 di pulau lain akan angkutan

JARAK 20 di Jawa 15 di Jawa


ANTARTERMINAL 30 di Sumatera 30 di pulau lain
SEKELAS  km 50 di pulau lain
JARAK MINIMUM 100 di Jawa 50 di Jawa sesuai dengan kebutuhan
AKSES JALAN 50 di pulau lain 30 di pulau lain untuk kelancaran lalu lintas
MASUK-KELUAR dihitung dari jalan ke pintu di sekitar terminal
TERMINAL  m keluar-masuk terminal
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan RI No.31 tahun 1995

06.01.20 17
WILAYAH PELAYANAN TERMINAL

Tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk


angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota
antarprovinsi, angkutan antarkota dalam provinsi,
angkutan perkotaan, dan angkutan perdesaan.

Tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk


angkutan antarkota dalam propinsi, angkutan kota, dan
angkutan perdesaan.

Tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk


angkutan perdesaan

06.01.20 18
FUNGSI PELAYANAN TERMINAL
Terminal Utama, melayani angkutan utama, angkutan
pengumpul/ penyebar antarpusat kegiatan nasional, dari pusat
kegiatan wilayah ke pusat kegiatan nasional, serta perpindahan
antarmoda khususnya moda angkutan laut dan udara.
Terminal utama dapat dilengkapi dengan fungsi sekunder, yakni
pelayanan angkutan setempat/lokal sebagai mata rantai akhir
sistem perangkutan
Terminal Pengumpan, melayani angkutan pengumpul/
penyebar antarpusat kegiatan wilayah, dari pusat kegiatan lokal
ke pusat kegiatan wilayah.
Terminal pengumpan dapat dilengkapi dengan pelayanan
angkutan setempat.

Terminal Lokal, melayani penyebaran antarpusat kegiatan


lokal.

06.01.20 19
PERHENTIAN
Def:
Tempat calon penumpang menunggu kedatangan kendaraan umum,
dan penumpang turun dari kendaraan, berupa:
 bahu jalan yang hanya dilengkapi dengan rambu perhentian
 teluk jalan yang dilengkapi dengan rambu perhentian bus
serta petunjuk lintas, tanpa fasilitas kenyamanan lain
 perhentian yang dilengkapi peneduh atau dangau (shelter),
tempat duduk sederhana, dan kios bacaan dan minuman
ringan.
FUNGSI:
# memberi kepastian berlalu-lintas bagi para pengemudi
# memudahkan calon penumpang memilih moda angkutan
yang akan digunakan

06.01.20 20
RANCANGAN TAPAK PERHENTIAN

(a) (b)

06.01.20 21
SEBARAN TAPAK PERHENTIAN
harus memperhatikan:
• pusat keramaian, misalnya: pasar, pertokoan, obyek wisata;
• kemungkinan perpindahan moda, misalnya: persimpangan
jalan;
• pusat kegiatan, misalnya: sekolah, perkantoran, musium;
• jarak antara satu perhentian dengan perhentian berikutnya
tidak terlalu jauh, artinya dalam jarak jangkau orang ber-
jalan sambil membawa barang bawaan (tentengan);
• jarak antara satu perhentian dengan perhentian berikutnya
tidak terlalu dekat, artinya tidak menyulitkan operasi
kendaraan karena harus berhenti-berjalan (meminimumkan
kelelahan pengemudi);
• cukup ekonomis bagi operasi kendaraan.

06.01.20 22
LOKASI TERMINAL BARANG
Penentuan lokasi dilakukan dengan memperhatikan:
a) rencana umum tata ruang;
b) kepadatan lalu-lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal;
c) keterpaduan moda angkutan baik intra maupun antarmoda;
d) kondisi topografi lokasi terminal;
e) kelestarian lingkungan.

Lokasi terminal barang harus memenuhi syarat:


a. terletak dalam jaringan lintas angkutan barang;
b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III.A;
c. tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa, dan
2 ha untuk terminal di pulau lainnya;
d. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan
jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau
lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

06.01.20 23
SIMPUL PELAYANAN JASA ANGKUTAN

06.01.20 24
DAERAH KEWENANGAN STASIUN KA
a. Daerah Lingkungan Kerja Terminal (DLKT)
Merupakan daerah yang diperuntukkan bagi fasilitas utama dan
fasilitas penunjang terminal.
Harus memiliki batas-batas yang jelas dan diberi hak atas tanah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Stasiun KA seharusnya:
• Tertutup
• Memanjang, sampai batas tertentu
• Dikelola oleh operator jasa pelayanan
b. Daerah Pengawasan terminal (DPT)
Merupakan daerah di luar daerah lingkungan kerja terminal, yang
diawasi oleh petugas terminal untuk kelancaran arus lalu-lintas di
sekitar terminal.
DPT terletak di luar DLPT lahannya tidak perlu dimiliki oleh terminal, tetapi penggunaan dan
peruntukannya diawasi dan harus mendapat rekomendasi pihak pengelola terminal agar tidak
mengganggu kegiatan operasional terminal (arus lalu-lintas di sekitar terminal, keluar-masuk
kendaraan dari/ke terminal).

06.01.20 25
KAPASITAS
Mikro
 Fasilitasi semua kepentingan, kenyamanan dan keamanan
penumpang dan masyarakat pengguna jasa,
 lengkap fasos dan fasum;
 Kemudahan sirkulasi penumpang dan kendaraan,
 ruang embarkasi/debarkasi, ruang tunggu, gang/lorong, parkir, ramp;
 Sistem layanan tiket
 andal (sederhana, mudah, cepat, pasti)

Pemisahan ruang tunggu dengan ruang antar


 tertib, nyaman, aman
Bebas pedagang asongan
Bebas asap rokok

06.01.20 26
06.01.20 27
PERAN SEKTOR KELAUTAN
DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL
 Kontribusi sektor kelautan nasional tahun
1998 baru mencapai 20,06%.
 Perbandingan kontribusi sektor kelautan di
negara lain : Islandia (65%), Cina (48%),
Jepang (54%).
 Indonesia berada pada posisi 27 dari 35
negara maritim utama di dunia.
 Peran angkutan laut Indonesia masih terbatas
 peran sarana angkutan laut nasional dalam
perdagangan internasional kurang dari 5%.
Sumber:
DIREKTORAT JENDERAL PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN

06.01.20 28
PELABUHAN :
Adalah tempat yang terdiri dari daratan dan/atau perairan
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra- dan antarmoda transportasi.
UU RI No.17 th.2008 ttg Pelayaran
• PELABUHAN LAUT
KEGIATAN • PELABUHAN SUNGAI DAN DANAU
• PELABUHAN PENYEBERANGAN

06.01.20 29
Penyusunan tatanan kepelabuhanan nasional
dilakukan dengan memperhatikan:
 tata ruang wilayah
 pertumbuhan ekonomi
 kelestarian lingkungan, dan
 keselamatan pelayaran

PELABUHAN ADALAH PINTU GERBANG


PEREKONOMIAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL
 SEHARUSNYA “DIKUASAI” OLEH NEGARA, TANPA
KECUALI

06.01.20 30
JARINGAN TRANSPORTASI LAUT

NASIONAL
LUAR PELABUHAN
INTERNASIONAL PELABUHAN
RUTE UTAMA
NEGERI HUB NASIONAL

DAERAH A DAERAH B
DAERAH C

PELABUHAN
INTERNASIONAL PELABUHAN
REGIONAL

PELABUHAN
LOKAL

06.01.20 31
Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal,
penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan
berlayar, tempat perpindahan intra- dan/atau antarmoda
serta mendorong perekonomian nasional dan daerah
dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
UU RI No.17 th.2008 tetang Pelayaran
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan adalah wilayah
perairan dan daratan pada pelabuhan umum yang
dipergunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan.

Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan adalah


wilayah perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja
perairan pelabuhan umum yang dipergunakan untuk
menjamin keselamaran pelayaran.
PP No.70 th.1996 tetang Kepelabuhanan
06.01.20 32
PRASARANA
T E R M I N A L : pelabuhan & dermaga penyeberangan
• simpul jasa angkutan (termasuk di dalamnya: tambat/sandar, labuh)
• gedung terminal: a. penumpang ; b. barang ; c. khusus
• layanan penyeberangan: antarpulau, sungai, danau
• membutuhkan lahan cukup luas
• berfungsi ganda: -. mengatur layanan jasa -. tempat pergantian moda
-. perbelanjaan & rekreasi -. tempat tambat kapal
• sebaran lokasi: terikat pada fungsi penghubung dua ujung jalan raya

06.01.20 33
LETAK
 SISI DARATAN
• Aksesibilitas tinggi
• Jalur angkutan penting
• Memenuhi persyaratan teknis sebagai pelabuhan

DERMAGA
– Statis
– Luwes (floating)
– Plengsengan CATATAN:
– Perawatan kapal
letak ≠ lokasi
SISI PERAIRAN
– Terhindar dari sedimentasi
– Kedalaman cukup/memadai
– Aman dari cuaca
– Tambat/sandar kapal

06.01.20 34
TATA RUANG
Makro
 Bagian penting dalam struktur tata ruang wilayah,
mungkin sekali menjadi satu BWK khusus.
 Simpul jasa angkutan yang dapat berkembang menjadi
kota satelit, misal: Merak, Bakauheni, Ketapang, Gilimanuk
(Indonesia), Dover (England, Callay (Perancis).
 Terminal terpadu bersama terminal angkutan jalan raya
dan/atau angkutan jalan rel.
 Berada dalam satu sistem jaringan perangkutan
kota/antarkota.
 Karena luas ruang wilayah serta kegiatan yang ada di
dalamnya, suatu pelabuhan menjadi titik tumbuh wilayah
dan menjadi bagian wilayah kota yang sangat penting.
06.01.20 35
PENETAPAN LOKASI PELABUHAN –yakni wilayah daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas yang ditentukan
secara jelas-- DILAKUKAN DENGAN MEMPERHATIKAN:
a. RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DAN RENCANA UMUM
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA;
b.PERTUMBUHAN EKONOMI;
c. KELAYAKAN EKONOMIS DAN TEKNIS PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN
PELABUHAN (kelayakan ekonomis dan teknis sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan ini ditinjau dari aspek rencana
pembangunan dan pengoperasian pelabuhan serta efisiensi dan
efektivitas keterpaduan intra- dan antarmoda angkutan);
d.KELESTARIAN LINGKUNGAN;
e. KEAMANAN DAN KESELAMATAN PELAYARAN;
f. KETERPADUAN INTRA- DAN ANATARMODA; DAN
g.PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA.
PP No.70 th.1996 ttg Kepelabuhanan

06.01.20 36
ZONA KEAMANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

Zona A :
Daerah umum terbuka merupakan areal gerbang masuk Pelabuhan
Penyeberangan, antara lain : Toll Gate, Jembatan Timbang, dan
Loket.
Zona B :
Daerah umum terbatas merupakan areal tunggu bagi penumpang,
kendaraan yang akan naik ke Kapal, antara lain : Ruang Tunggu
Penumpang, Areal Parkir Kendaraan yang akan menyeberang, dan
Areal Parkir Kendaraan pengantar/ penjemput.

Zona C :
Daerah terbatas merupakan areal menuju ke Kapal, antara lain :
Gang Way, Movable Bridge, Side Ramp.

06.01.20 37
SISTEM KEPELABUHANAN
Jalur pelayaran di perairan

Sisi Perairan dermaga LAHAN PELABUHAN

Embarkasi /
Lorong Debarkasi Jalur Kendaraan
Penumpang

Peralihan
Ruang Tunggu
Ruang Antar
Sisi Darat

Parkir & Sirkulasi Kendaraan

Sistem Jaringan Jalan Penghubung arus kendaraan


arus penumpang
(akses) ke/dari Pelabuhan arus pengantar

06.01.20 38
JALUR PELAYARAN
NASIONAL & INTERNASIONAL.

DUMAI

06.01.20 39
FASILITAS PELABUHAN
Alur Pelayaran

Fungsi :
Jalur yang digunakan kapal penyeberangan
memasuki atau keluar kolam pelabuhan

Pengoperasian :
Tidak perlu dioperasikan namun perlu
dijaga/dipantau kedalamannya agar tetap
pada kedalaman aman yang diperlukan.

Kolam Pelabuhan

Fungsi :
Digunakan oleh kapal untuk berolah gerak
saat akan sandar atau keluar dermaga

Pengoperasian :
Tidak perlu dioperasikan namun perlu
dijaga/dipantau kedalamannya agar tetap
pada kedalaman aman yang diperlukan.

06.01.20 40
Plengsengan

Fungsi :
Plengsengan berfungsi seperti halnya
movable bridge namun tidak dapat bergerak.
Fasilitas ini dipakai pada perairan yang
pasang surutnya rendah.

Pengoperasian :
Tidak memerlukan pengoperasian khusus.
Hanya perlu dijaga agar benturan dengan
rampdoor tidak menimbulkan kerusakan yang
serius.

Gangway/Boarding bridge

Fungsi :
Menghubungkan jembatan akses dengan
kapal. Alat ini memiliki jembatan untuk dilalui
manusia yang dapat digerakkan sesuai
dengan ketinggian kapal.

Pengoperasian :
Fasilitas ini bekerja dengan bantuan
penggerak hidrolik yang dikontrol oleh
operator yang tidak jauh dari fasilitas.

06.01.20 41
PERENCANAAN dan PERANCANGAN

HORONJEFF, R & McKELVEY, F.X


Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara
Erlangga, Jakarta 1988; bab 5

06.01.20 42
PERENCANAAN BANDAR UDARA
PERTIMBANGAN KONSEPTUAL
 Sistem Transportasi Nasional  Jaringan pelayanan antarmoda
 Tata Ruang Wilayah Nasional  Sumber daya (manusia dan
 Jaringan pelayanan intramoda teknologi)

PERTIMBANGAN POLITIS
 Pemerataan pembangunan strategis
 Pertahanan kemamanan negara  Jaringan angkutan udara
 Keutuhan NKRI internasional
 Pembangunan kawasan

06.01.20 43
PERENCANAAN BANDAR UDARA
PERTIMBANGAN TEKNIS
 Fungsi bandara  Aksesibilitas ke/dari konsumen
 Keselamatan penerbangan  Prospek perkembangan
(halangan sekeliling)  Dampak lingkungan, termasuk
 Nisbah manfaat/biaya daerah yang terkena batasan
 Ketersediaan lahan tinggi bangunan

06.01.20 44
PERENCANAAN BANDAR UDARA
PEMILIHAN LOKASI
 Tipe pengembangan daerah  Halangan sekeliling.
sekitarnya.  Keberadaan bandara yang lain
 Kondisi atmosfer dan meterologi. dan ketersediaan ruang angkasa
 Kemudahan untuk dicapai di daerah tersebut.
dengan angkutan darat; untuk  Keekonomisan biaya konstruksi.
operasi penerbangan jarak  Ketersediaan utilitas.
pendek, waktu perjalanan darat  Keeratan (proximity) dengan
pergi-pulang ke/dari bandara permintaan aeronotika.
sangatlah penting. [Horonjeff & McKelvey; 1988, 155-165]

 Ketersediaan lahan.
Catatan:
Berkaitan dengan tata ruang wilayah, harus diantisipasi bahwa
bandara selalu menjadi inti perkembangan kawasan menjadi
kota satelit.

06.01.20 45
LINGKUNGAN BANDARA

SUHU; makin tinggi temperatur, makin panjang landasan pacu yang dibutuhkan.
ANGIN PERMUKAAN; makin besar angin sakal, makin pendek landasan pacu;
atau makin besar angin buritan, makin panjang landasan pacu.
KEMIRINGAN LANDASAN PACU; kemiringan ke atas membutuhkan landasan
pacu lebih panjang; pertambahan panjang ini tergantung pada ketinggian letak
bandara dan suhu.
KETINGGIAN; makin tinggi letak bandara, makin panjang landasan pacu yang
dibutuhkan
PERMUKAAN LANDASAN PACU; lumpur salju atau air yang menggenang di
landasan pacu bepengaruh besar terhadap operasi pesawat terbang; untuk
pesawat kecil, landasan pacu cukup dengan tanah yang dikeraskan.
PANJANG LANDASAN PACU; tergantung pada jenis pesawat terbang yang bisa
mendarat dan tinggal landas.
KEBISINGAN; pengaruh kebisingan terhadap lingkungan.

Horonjeff & McKelvey, 1988; 95-98

06.01.20 46
PERANCANGAN BANDAR UDARA
Beberapa catatan:
o Lokasi bandara yang berdekatan dengan permukiman dan sekolah
sedapat mungkin dihindarkan;
o Jalan masuk untuk karyawan harus tersendiri/terpisah;
o Arah lalu lintas dalam bandara pada umumnya dibuat satu arah;
o Jalur-jalur untuk pejalan harus langsung, diberi tanda dan
penerangan yang cukup;
o Tersedia fasilitas yang memadai untuk orang lanjut usia dan orang
cacat untuk memasuki fasilitas-fasilitas di bandara;
o Tempat parkir yang terpisah disediakan bagi karyawan dan harus
sedekat mungkin dengan tempat mereka bekerja;
o Tempat parkir kendaraan bagi pengunjung bandara harus sedekat
mungkin dengan bangunan terminal;
o Tersedia lahan untuk perluasan di kemudian hari;
[Horonjeff & McKelvey; 1988, 155-160]
o Tersedia tempat parkir khusus bagi penumpang ulang-alik dan/atau
jangka waktu tertentu;
o Pangkalan taksi/bus, stasiun KA harus sedekat mungkin dengan
bangunan terminal (jarak jangkau berjalan);
06.01.20 47
BANDARA

Elemen pokok:  landasan pacu


• datar
 landas hubung
(taxi way) • luas
• bebas hambatan
 apron
 bangunan terminal
bandar udara mencakup suatu kumpulan aneka kegiatan yang
luas dengan berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering
bertentangan

HORONJEFF, R & McKELVEY, F.X


Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara
Erlangga, Jakarta 1988; bab 5

06.01.20 48
SISTEM BANDARA

Jalur terbang di Wilayah Udara

LAHAN BANDARA
Terminal Wilayah Udara

Landasan Pacu
Landasan Jalur Landas
Tunggu Hubung Keluar
(Taxiway)
Sistem taxi
taxi, menjalankan pesawat udara di
Wilayah udara bawah tenaga mesinnya dengan
Daerah Pintu Apron kecepatan rendah di tanah atau air.

Bangunan Terminal apron, pelataran parkir pesawat


Wilayah darat
udara untuk bongkar/muat barang,
naik/turun penumpang, pemerik-saan
Parkir & Sirkulasi Kend. mesin, dan pembersihan.

Horonjeff, R & McKelvey, F.X


Perencanaan dan Perancangan Sistem Jaringan Jalan Penghubung arus pesawat udara
Bandar Udara arus penumpang
Erlangga, Jakarta 1988; 147 Bandara

06.01.20 49
BANDAR UDARA
200 ft daerah pendekatan
menurut FAR, bag. 77

landasan pacu

W2
L permukaan imajiner
daerah bebas
rintangan

KATEGORI W1 W2 L*
1 Instrumen presisi 1.000 1.750 2.500
2 Instrumen tak presisi untuk yang lebih besar dari utilitas
1.000 1.510 1.700
dengan jarak penglihatan mnimum ¼ mil
3 Instrumen tak presisi untuk yang lebih besar dari utilitas
500 1010 1.700
dengan jarak penglihatan mnimum lebih besar dari ¼ mil
4 Pendekatan visual untuk yang lebih besar dari utilitas 500 700 1.000
5 Pendekatan tak presisi untuk utilitas 500 800 1.000
6 Pendekatan visual untuk utilitas 250 450 1.000
Panjang daerah bebas rintangan ditentukan oleh jarak yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian 50
kaki untuk permukaan pendekatan yang memadai  Sumber: Administrasi Penerbangan Federal [6]
Horonjeff & McKelvey; 1988; 217

06.01.20 50
RENCANA GUNA LAHAN SEKELILING BANDARA
Penggunaan lahan yang berkaitan dengan penerbangan meliputi:
landasan pacu, landas hubung (taxiway), apron, bangunan terminal,
tempat parkir, tempat pemeliharaan.
Penggunaan lahan yang tidak berkaitan dengan penerbangan meliputi:
tempat rekreasi, industri, dan kegiatan perdagangan.
 Rencana guna lahan sekeliling bandara merupakan bagian penting
dari suatu rancangan induk bandara.
 Guna lahan di sekeliling bandara harus menjamin bahwa kegiatan-
kegiatan tersebut tidak mengganggu operasi pesawat terbang,
peralatan komunikasi dan alat-alat bantu navigasi.
 Penggunaan lahan jenis pertanian tertentu diperbolehkan sepanjang
kegiatan itu tidak mengndang datangnya burung.
 Penggunaan lahan di luar bandara adalah untuk mengurangi
pengaruh buruk kebisingan.
[Horonjeff & McKelvey; 1988, 166-168]

 Guna lahan pada jalur landasan pacu harus cukup aman apabila
dibutuhkan dalam kondisi darurat/terpaksa.
 Di sekeliling bandara harus bebas dari pesawat udara liar, misalnya:
layang-layang.
06.01.20 51
BANDAR UDARA

06.01.20 52
Horonjeff, R & McKelvey, F.X
Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara
Erlangga, Jakarta 1988

06.01.20 53

Anda mungkin juga menyukai