Anda di halaman 1dari 11

AL-ISLAM dan KEMUHAMMADIYAHAN

Anggota :
1. Shafa Almira 702018097
2. Aninda Afrilia Aryani 702018100
3. Rahma Dhita fitriani 702018026
1.1 Latar Belakang
Persyerikatan Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 8 Dzulhijjah
1330 H atau 18 November 1912 M di Kauman Yogyakarta Menurut asal katanya
diambil dari bahasa arab yang berarti “Muhammad” adalah nama rasul terakhir
Muhammad saw, “iyah” berarti pengikut, jadi muhammadiyah adalah pengikut Nabi
Muhammad saw. Dengan kata lain Muhammadiyah itu adalah umat islam yang hidup
dan kehidupannya mengikuti, mencintai dan menghidupkan sunnah, tuntunan dan
pelajaran serta melangsungkan usaha Da’wah Islam A’mar Ma’ruf Nahi
Munkar.Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, maka muhammadiyah
berhadapan dengan tantangan cultural. Suatu hal tak perlu ditanyakan lagi , bahwa
tantangan itu berasal dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
pesat yang banyak membawa perubahan, boleh dikata dalam semua lapangan
kehidupan.
Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakwah Islam, Amar Ma’ruf Nahi
Munkar (memerintahkan kebajikan/kebaikan dan mencegah kemungkaran atau apa
saja yang diingkari dan ditolak oleh islam). Penegasan seperti ini jelas
menggambarkan komitmen Muhammadiyah terhadap Surat Al-Imran ayat 104, suatu
ayat yang menjadi factor utama yang melatarbelakangi berdirinya perjuangan
gerakan Muhammadiyah. Berdasarkan ayat tersebut Muhammadiyah meletakkan
khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu Dakwah (menyeru, mengajak) Islam
Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan masyarakat sebagai medan/kancah
perjuangannya.
Muhammadiyah berkiprah ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia
dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat
orang banyak semacam berbagai ragam lembaga pendidikan dari sejak Taman
Kanak-kanak, hingga Perguruan Tinggi, membangun sekian banyak Rumah Sakit,
Panti Asuhan, dsb. Seluruh amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang
tunggal, yaitu dijadikan sarana dan wahana dakwah islam sebagaimana yang
diajarkan oleh Al-Quran dan As-sunnah Shahihah.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana program gerakan dari Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah?
 Bagaimana peranan Ranting dalam Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah?
 Bagaimana cara pembentukan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah?
 Bagaimana diskusi permasalahan dalam lapangan?

1.3 Tujuan
 Tujuan Umum
Untuk Memahami Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah dalam pembelajaran AIK III.
 Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui mengenai program dari Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah.
 Untuk mengetahui peranan Ranting dalam Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah.
 Untuk mengetahui cara pembentukan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah.
 Untuk mengetahui diskusi permasalahan dalam lapangan.
1.4 Manfaat
 Untuk Mahasiswa
Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah.
 Untuk Penulis
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada sesama mengenai Gerakan Jama’ah dan
Dakwah Jama’ah
2.1 Program Gerakan
Adapun program Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah ini disusun berdasarkan kebutuhan dan
kepentingan anggota jama’ahnya, serta memperhatikan kondisi lingkungan masyarakatnya. AR. Fakhruddin (1995)
menambahkan secara rinci unit prpgram yang harus dikerjakan dan menjadi tugas Bapak/ Ibu jama’ah (inti jama’ah)
yaitu:
 Mengajak anggota jama’ahnya untuk sholat berjama’ah.

 Mengajak anggota jama’ahnya mengunjungi kawan yang sakit.

 Mengajak menyampaikan pertolongan atau hadiah bersama kepada anggota yang memerlukan dan yang patut.

 Mengajak bertakziah kepada anggota yang musibah kematian dengan membawa bersama pertolongan dan
pemberian yang perlu.
 Memperhatikan kesusahan anggota jama’ah.

 Memperhatikan kehidupan rumah tangga anggota jama’ah.

 Memperhatikan hidup keagamaan anggota jama’ah.

 Mengajak berorganisasi, seperti pengajian, kursus, rapat anggota Muhammmadiyah dam sebagainya.

 Mengajak untuk membayar iuran wajib, zakat, wakaf, kurban dan lain sebagainya.
2.2 Peran Ranting Dalam Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah
Pimpinan Cabang atau Ranting Muhammadiyah berkewajiban membentuk dan membina
kelangsungan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah yang berkedudukan di lingkungan Ranting,
tetapi dilaksanakan di luar struktur Ranting Muhammadiyah (Mulkan, 1990).

2.3 Cara Pembentukan


AR. Fakhrudin (1995) menjelaskan di dalam bukunya pedoman anggota Muhammadiyah,
beliau menjelaskan tata cara membentuk jama’ah adalah sebagai berikut :
 Cabang atau Ranting Muhammadiyah yang beranggotakan lebih dari 10 orang, membagi para
amggota menjadi kelompok kecil–kecil yang tiap–tiap kelompok beranggotakan sedikitnya 5
orang dan paling banyak 10 orang. Tiap–tiap kelompok dinamakan satu jama’ah.
 Tiap – tiap jama’ah oleh Bapak/Ibu jama’ah yang dipilih oleh dan dari anggota jama’ah dan
disyahkan/dilantik oleh Cabang atau Ranting masing – masing.
 Bapak/Ibu jama’ah pada pokoknya berkewajiban memperlihatkan cara pemeliharaan bagi para
anggotanya dalam soal keislamannya, keduniannya, dan ke Muhammadiyahannya.
Didalam Almanak Muhammadiyah 1416 H diterangkan bahwa, fungsi dan peran pimpinan
ranting Muhammadiyah dan angota dalam rangka Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah sebagai
berikut :
1. Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan anggotanya harus menyadari bahwa Gerakan Jama’ah
dan Dakwah Jama’ah adalah proyek perserikatan. Proyek disini adalah suatu bentuk kegiatan
yang memproyeksikan (mencerminkan) cita-cita Muhammadiyah. Dalam bentuk kegiatan itu
akan terwujudlah suatu gambaran yang nyata, yang mudah di lihat dan di tangkap oleh
masyarakat luas, tentang apa dan mengapa Muhammadiayah itu. Proyek perserikatan
fungsinya juga sebagai penerapan ide-ide perserikatan kedalam masyarkat. Makin meluas itu
di tengah-tengah masyarakat, makin dekatlah perserikatan kita ketujuannya. Contoh proyek
perserikatan yaitu, sekolah, pengajian, poliklinik, panti asuhan dan sebgainya.
2. Ada ciri khas yang membedakan antara proyek jama’ah dan dakwah jama’ah dengan proyek-
proyek perserikatan yang lain:
- Proyek–proyek persyarikatan seperti sekolah, pengajian, poliklinik dan sebagainya,
diurus langsung oleh majelis atau bagian–bagian yang bersangkutan atas nama pimpinan
Muhammadiyah. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan proyek itu
menjadi tanggung jawab pimpinan persyarikatan yang bersangkutan, baik
perencanaannya, mangementnya, biayanya maupun policy-nya.
- Jama’ah dan dakwah jama’ah menjadi tanggung jawab anggota Muhammadiyah
bersama pimpinan Ranting yang bersangkutan.
4. Agar pimpinan Ranting dapat menjalankan fungsinya sebgai pembina inti jama’ah
(yang terdiri dari anggota persyarikatan itu), perlu menujuk satu dua orang anggota
Muhammadiyah untuk dilatih dan ditetapkan sebagai konsultan oleh pimpinan
Rantingnya.

5. Pimpinan Ranting berkewajiban untuk mengumpulkan data-data, laporan dan segala


sesuatu tentang perkembangan jama’ah dan dakwah jama’ah di Rantingnya untuk di
laporkan kepada pimpinan persyarikatan di atasnya.

6. Antara anggota dan pimpinan Ranting terdapat perbedaan tugas yang jelas, yaitu:

a. Anggota Muhammadiyah bertanggung jawab atas pelaksanaan Gerakan


Jama’ah dan Dakwah Jama’ah di lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan,
pimpinan Ranting Muhammadiyah hanya sebagai tempat berkonsultasi.

b. Yang menjadi tanggung jawab pimpinan Ranting adalah memimpin


anggota Muhammadiyah sebagai inti jama’ah yang melaksanakan Gerakan
Jama’ah dan Dakwah Jama’ah itu.
2.4 Diskusi Permasalahan Dalam Lapangan

Salah satu fungsi Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah adalah mendiskusikan dan
mencarikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh anggota
jama’ahnya. Contohnya antara lain:
 Apabila kita mau membantu persoalan para nelayan bagaimana cara mendapatkan ikan.
Maka cara mengatasi masalah mereka bukan dengan cara memberikan ikan sebanyak
mungkin. Akan tetapi, berilah mereka kail dan ajarilah cara menggunakannya, bahkan
lebih dari itu, ajari mereka bagaimana cara membuat kail.
 Membantu seseorang yang tidak mampu untuk membayar SPP dan biaya sekolah anaknya,
tidak cukup dengan memberikannya uang. Tetapi, jauh lebih membantu lagi jika mereka
dibimbing atau diberi pekerjaan agar mendapatkan uang untuk menutupi keperluan-
keperluannya.

Dua contoh diatas adalah di antara permasalahan yang terjadi pada masyarakat,
termasuk anggota jama’ah. Sehubung dengan itu, maka fungsi pembimbing atau Bapak/Ibu
sebagai inti jama’ah, sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan
terhadap anggota jama’ahnya, baik yang menyangkit masalah agama dan masalah
keduniaan mereka. Sehingga tujuan Gerakan Jama’ah untuk mewujudkan keluarga sejahera
dan bahagia akan tercapai

Anda mungkin juga menyukai