Kresna Septandy
INDUCE HEPATITIS Wahyu Febrianto
Pembimbing : dr. Iin Noor Chozin, Sp P Endar Wahyu S
Latar Belakang
• Lokasi anatomi
– Paru
– Ekstraparu
• Status HIV
– Pasien TB dengan HIV positif
– Pasien TB dengan HIV negatif
Gejala Klinis
Tuberculosis
• Gejala respiratorik
– Batuk
– Dahak
– Batuk darah
– Nyeri Dada
– Sesak napas
• Gejala-gejala umum
– Panas badan
– Menggigil
– Keringat malam
– Malaise
Pemeriksaan Fisik
Tuberculosis
• Pemeriksaan Fisik
– anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus, atau
berat badan menurun
– infiltrat yang agak luas perkusi yang redup dan
auskultasi suara napas bronkial
Pemeriksaan Penunjang
Tuberculosis
RHZE RH RH
150/75/400/275 150/75 150/150
30-37 2 2 2
38-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>71 5 5 5
Tatalaksana
Tuberculosis
Kuning (setelah penyebab lain disingkirkan), Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid Hentikan OAT
hepatitis
Bingung (diduga gangguan hepar berat bila Sebagian besar OAT Hentikan OAT
bersamaan dengan kuning)
• Abdomen : flat, bising usus (+) normal, C traube space timpani, liver span
15cm. Liver teraba 4 cm dibawah arcus costae, permukaan rata, batas tegas.
• Ekstremitas : akral hangat, edema ekstremitas - / -
Pemeriksaan Penunjang
Lab Value (Normal) Lab Value (Normal)
1Leukocyte
Mei 2015 9.310 4800-10.800/µL Ur 21 16.6-45.5 mg/dL
Cr 0,63 <1,2 mg/dL
Haemoglobin 11,8 14-18 g/dl Bilirubin total 4,51 <1
MCV 76,2 Bilirubin direk
MCH 28,6 Bilirubin indirek 4,23 <0.25
0,28 <0.75
eosinofil 0 1-2 HbsAg Non Non reaktif
Basofil 0,2 0-1 reaktif
Stab 0 3-5
Segmen 8 54-62
Limfosit 65 25-35
Monosit 25 3-7
Trombocyte 100.000 150.000-
450.000/µL
SGOT 382 0-40
Foto Thorax
5 Mei 2015
• AP position: asimetris
• Soft tissue normal
• Bone : costae D/S normal; ICS D/S normal; vertebrae normal
• Trachea in the middle
• Cor : Site: di tengah
• Size: ukuran kesan normal
• Shape: normal
• Hemidiaphragm
• Dekstra: dome-shaped
• Sinistra: dome-shaped
• Sudut Phrenicocostalis
• Dekstra: tajam
• Sinistra: tajam
• Pulmo
• Dekstra: infiltrate (+) dan fibrosis (+) di seluruh lapang paru
kanan kavitas 4x3 cm lapang paru tengah
• Sinistra: Normal
• Conclusion : TB paru far advanced-lesion
EKG
Lab:
Bil T/D/I: 4,51/4,23/0,28
SGOT : 382
SGPT: 349
HbsAg -
Cue and Clue PL IDx PDx PTx Pmo/Ped
Laki-laki/55 tahun 2. Chronic lung 2.1 TB Paru BTA SPS, O2 2-4 lpm NC Subjektif
infection kultur media IVFD NS 0,9% 20 tpm vital sign
Anx: LJ, Gene
Batuk kronis
Nyeri dada bila batuk
expert TB OAT kategori 1 bila P.Edu:
Keringat malam Hepatitis teratasi Diagnose,
planning
PE: diagnose,
TD: 120/80 dan terapi
HR: 120 x / menit
RR:24x/m
Tax : 38,4
Lab:
Leucocyte 9.310
Limfosit 65%
Monosit 25%
Anamnesa Teori
dalam kapsul dengan dosis 1 x 3 dan meningkat lebih dari 3 x lipat dan/atau
pyrazinamid 3 x 500mg. Batuk tidak Bilirubin total > 2 mg/dL. Pada pasien
berkurang tetapi pasien merasa mual dan asimptomatik OAT harus dihentikan bila
muntah. SGOT/SGPT meningkat lebih dari 5x
Assessment 1: Hepatitis induced OAT
Penatalaksanaan Teori
Stop OAT OAT harus dihentikan bila terdapat
Reintroduced OAT bila Bilirubin <2 gejala seperti mual muntah, nyeri
g/dL perut, dan ikterus dengan lab
OT/PT <3x nilai normal SGOT/SGPT meningkat lebih dari 3 x
lipat dan/atau Bilirubin total > 2
mg/dL. Pada pasien asimptomatik OAT
harus dihentikan bila SGOT/SGPT
meningkat lebih dari 5x. OAT boleh
direintroduced secara bertahap bila
bilirubin dan OT/PT kembali normal.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
Anamnesa Teori
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 55 tahun. Faktor resiko menderita penyakit TB secara umum
bergantung pada faktor endogen, seperti usia dan
status imun pasien. Insiden tertinggi tuberkulosis paru
biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia
diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok
usia produktif yaitu 15-50 tahun. Pada kelompok usia
25-34 tahun wanita lebih berisiko menderita TB
daripada pria. Sedangkan pada usia yang lebih tua
terjadi kebalikannya, yaitu laki-laki lebih beresiko
daripada wanita.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
Batuk kering sejak 2 bulan yang lalu, tidak berdahak. Gejala klinis TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu
Bila batuk atau cegukan dada dirasakan nyeri. Nyeri gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala respiratorik meliputi
dirasakan seperti ditusuk. Dada tidak nyeri bila pasien batuk lebih dari 2 minggu, batuk darah. Sesak nafas, dan nyeri
dada. Gejala sistemik meliputi demam, malaise, keringat malam,
tidak batuk.Nyeri dada bila batuk
anoreksia, dan penurunan berat badan.
Demam malam hari dialami oleh pasien sejak 3 minggu
yang lalu. Demam tidak seberapa tinggi dan dirasakan
tiap malam hari serta menurun pada pagi hari.
Pasien pernah didiagnosis sebagai tuberculosis di Klasifikasi TB menurut riwayat pengobatan sebelumnya
dokter umum 2 minggu yang lalu sehingga pasien dibedakan menjadi 2, yaitu pasien baru TB dan pasien yang
menerima obat racikan dalam kapsul dengan dosis 1 x 3 pernah diobati TB.
dan pyrazinamid 3 x 500mg Pasien baru TB adalah pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (<28 dosis)
Pasien yang pernah diobati TB adalah pasien yang
sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih
(>28 dosis).
Pada kasus TB biasanya digunakan FDC untuk
pengobatan, dan diminum 1 kali tidak terbagi dalam 3 waktu
yang berda.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
Pemeriksaaan Fisik Teori
Pemeriksaan fisik toraks pada pasien ini Kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan perkembangan
didapatkan:
penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
Inspeksi didapatkan pernafasan menemukan kelainan. Kelainan paru umumnya
statis=dinamis terletak di daerah lobus superior, terutama daerah
apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah
Perkusi dalam batas normal
apeks lobus inferior (S6). Mycobacterium
Auskultasi dalam batas normal
tuberculosis merupakan kuman obligat aerob yang
menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena
itu, mycobacterium tuberculosis senang tinggal di
daerah apeks paru yang memiliki kandungan oksigen
tinggi Kelainan yang didapatkan bisa berupa suara
napas tambahan seperti ronki basah, kasar, dan
nyaring yang menunjukkan adanya infiltrat pada
apeks paru.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
Pada foto thorax AP didapatkan: Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau
Soft tissue : normal tanpa foto lateral. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
- Bentuk : normal • Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
• Kalsifikasi atau fibrotik
• Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan
pleura.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
- D : infiltrat (+), kavitas (+) 4x3 cm di lapang paru -Minimal tuberculosis: terdapat sebagian kecil
tengah, fibrosis (+) infiltrat non kavitas pada satu paru maupun kedua
- S : normal paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
Hemidiafragma : paru.
- D : dome shaped -Moderately advanced tuberculosis: ada kavitas
- S : dome shaped dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah
Sudut costophrenicus : infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian
- D : tajam paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari
- S : tajam sepertiga bagian satu paru.
Kesimpulan: - Far advanced tuberculosis: terdapat infiltrat dan kavitas yang
melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis
TB paru far-advanced lesion
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
Pada pasien ini akan dilakukan Proses diagnosis TB adalah melalui pemeriksaan sputum BTA S/P/S. Teknik
pewarnaan BTA ini digunakan secara rutin di laboratorium termasuk di rumah sakit
pemeriksaan sebagai berikut untuk
dan puskesmas. Interpretasi hasil sputum BTA S/P/S adalah:
kepentingan diagnostik
• 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif → BTA positif
Sputum BTA S/P/S
• 1 kali positif, 2 kali negatif → BTA positif
Kultur BTA media LJ • bila 3 kali negatif → BTA negatif
Gene Expert Teknik BTA S/P/S memang lebih cepat namun sensitivitas dan
spesifitasnya lebih rendah (34%-80%) dibandingkan kultur. Hal ini
disebabkan dalam pemeriksaan BTA diperlukan kurang lebih 5000-
10.000 kuman/ml dahak sedangkan untuk mendapatkan kuman positif
pada biakan yang merupakan diagnosis pasti memerlukan sekitar 10-
100 kuman/ml dahak. Sehingga diperlukan juga pemeriksaan kultur BTA
pada media Lowenstein Jensen. Teknik ini memiliki sensitivitas dan
spesifitas yang lebih tinggi (80-93% dan 98%). Kendalanya adalah
memerlukan waktu yang lama (lebih dari 1 minggu).
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
– Saran
– Mencari literatur yang lebih baru dan bermacam-macam guideline
sehingga didapatkan perbandingan dari guideline-guideline yang ada
TERIMA KASIH