Anda di halaman 1dari 46

TUBERKULOSIS DAN OAT

Kresna Septandy
INDUCE HEPATITIS Wahyu Febrianto
Pembimbing : dr. Iin Noor Chozin, Sp P Endar Wahyu S
Latar Belakang

• Tuberkulosis (TB)  penyakit infeksi


kronis disebabkan Mycobacterium
tuberculosis.
• WHO  di dunia terdapat 8,6 juta kasus
TB  angka kematian di tahun 2011
adalah sebanyak 1,3 juta jiwa
• Jumlah penderita tuberkulosis di
Indonesia adalah tertinggi keempat
• Hepatotosik adalah efek samping mayor
dari terapi tuberculosis (Al-Salmi, 2012)
TINJAUAN PUSTAKA
Patofisiologi
Tuberculosis
Klasifikasi
Tuberkulosis

• Lokasi anatomi
– Paru
– Ekstraparu

• Riwayat pengobatan sebelumnya


– Baru
– Pernah diobati: kambuh, diobati kembali setelah
gagal, diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up), lain-lain.
Klasifikasi
Tuberkulosis

• Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat


Mono resistan, Poli resistan, Multi drug resistan,
Extensive drug resistan, Resistan Rifampisin

• Status HIV
– Pasien TB dengan HIV positif
– Pasien TB dengan HIV negatif
Gejala Klinis
Tuberculosis

• Gejala respiratorik
– Batuk
– Dahak
– Batuk darah
– Nyeri Dada
– Sesak napas
• Gejala-gejala umum
– Panas badan
– Menggigil
– Keringat malam
– Malaise
Pemeriksaan Fisik
Tuberculosis

• Pemeriksaan Fisik
– anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus, atau
berat badan menurun
– infiltrat yang agak luas  perkusi yang redup dan
auskultasi suara napas bronkial
Pemeriksaan Penunjang
Tuberculosis

• Pemeriksaan darah rutin


– hitung jenis pergeseran ke kiri
• Pemeriksaan mikrobiologi sputum BTA
– S (sewaktu):
– P (pagi):
– S (Sewaktu):
• Pemeriksaan Radiologik
– Minimal tuberculosis
– Moderately advanced tuberculosis
– Far advanced tuberculosis
Tatalaksana
Tuberculosis

• Kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)


• Belum pernah mendapatkan OAT:
– Pasien baru TB paru BTA positif
– Pasien TB paru BTA negative foto totaks
positif
– Pasien TB ekstraparu
FaseIntensif FaseLanjutan
Tatalaksana
Tuberculosis 2-3 bulan 4 bulan

BB Harian Harian 3x/minggu

RHZE RH RH
150/75/400/275 150/75 150/150

30-37 2 2 2

38-54 3 3 3

55-70 4 4 4

>71 5 5 5
Tatalaksana
Tuberculosis

• Kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


• Telah mendapat OAT sebelumnya
– Pasien kambuh
– Pasien gagal
– Pasien dengan pengobatan setelah putus
berobat (default)
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif
Tatalaksana Tiaphari
3 kali seminggu
RH (150/150) + E
BB
Tuberculosis RHZE (150/75/400/275) + S
(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20
minggu
2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT
30-37 + 500 mg + 2 tab
Streptomisin inj. Etambutol
3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT
38-54 + 750 mg + 3 tab
Streptomisin inj. Etambutol
4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT
55-70 + 1000 mg + 4 tab
Streptomisin inj. Etambutol
5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT
>71 + 1000 mg + 5 tab
Streptomisin inj. Etambutol
Tatalaksana
EfekSamping Mayor Obat Hentikan obat penyebab dan
rujuk secepatnya
Kemerahan kulit dengan atau tanpa gatal Strptomisin, Isoniazid, Rifampisin, Hentikan OAT
Pirazinamid

Tuli (bukan disebabkan kotoran) Streptomisin Hentikan Streptomisin

Pusing (vertigo, dan nistagmus) Streptomisin Hentikan Streptomisin

Kuning (setelah penyebab lain disingkirkan), Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid Hentikan OAT
hepatitis

Bingung (diduga gangguan hepar berat bila Sebagian besar OAT Hentikan OAT
bersamaan dengan kuning)

Gangguan penglihatan (setelah gangguan Etambutol Hentikan Etambutol


lain disingkirkan)

Syok, purpura, GGA Rifampisin Hentikan Rifampisin


Penurunan jumlah urin Streptomisin Hentikan Streptomisin
OAT induced Hepatitis
Tuberculosis

• Hepatotosik adalah efek samping mayor dari terapi


tuberculosis (Al-Salmi, 2012)
• Patogenesis disebabkan oleh isoniazid tidak dipahami
dengan baik
• isoniazid dan rifampicin menginduksi hepatotoksisitas
tampaknya dimediasi melalui stres oksidatif (Ahitan,
2013)
Ahitan, 2013
Ahitan, 2013
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

• 3.1 Identitas Pasien


• Nama : Tn. L
• Usia : 55 Tahun
• Alamat : Jl. KH Yusuf No. 75 RT 3 RW 4, Malang
• Status Perkawinan : Menikah
• Pekerjaan : Pasukan Kuning
• Tanggal MRS : 4 Mei 2015
• Pendidikan : SMP
• Suku : Jawa
• Agama : Islam
• No. RM : 11215xxx
Anamnesis (autoanamnesis)

• Keluhan utama: Mual Muntah


• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 4 hari yang
lalu. Gejala tesebut dialami tiap makan dengan jumlah ± 100cc
hingga saat ini. Mual muntah tersebut membuat pasien menjadi
lemas sehingga dibawa ke RS Muhammadiyah. Ketika diperiksa
didapatkan bahwa pasien kuning tetapi pasien dan keluarga tidak
menyadari dan tidak mengetahui sejak kapan pasien menjadi
kuning.
• Batuk kering sejak 2 bulan yang lalu, tidak berdahak. Bila batuk atau
cegukan dada dirasakan nyeri. Nyeri dirasakan seperti ditusuk.
Dada tidak nyeri bila pasien tidak batuk. Batuk darah (-), riwayat
batuk sebelumnya (-), sesak (-).
• Demam malam hari dialami oleh pasien sejak 3 minggu yang lalu.
Demam tidak seberapa tinggi dan dirasakan tiap malam hari serta
menurun pada pagi hari. Demam menjadi tinggi dalam 4 hari SMRS.
• Pasien pernah didiagnosis sebagai tuberculosis di dokter umum 2
minggu yang lalu sehingga pasien menerima obat racikan dalam
kapsul dengan dosis 1 x 3 dan pyrazinamid 3 x 500mg. Batuk tidak
berkurang tetapi pasien merasa mual dan muntah. Kencing berubah
mejadi warna merah bila minum obat. Obat dihentikan sendiri oleh
pasien 4 hari SMRS.
• Pasien mengeluh terdapat sariawan di lidah sejak 3 bulan yang lalu
nyeri bila dibuat makan. Pasien mengeluh bahwa sariawannya
bertambah merah dan makin melebar
• Riwayat Penyakit Dahulu:
• Tidak ada riwayat Hipertensi dan diabetes mellitus sebelumnya. Penyakit
kuning sebelumnya (-)
• Riwayat Pengobatan dan Opname
• Pasien tidak pernah opname sebelumnya
• Riwayat Keluarga
• Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa dengan
pasien. Hipertensi (-) diabetes mellitus (-)
• Riwayat Sosial
• Pasien seorang pasukan kuning dan mempunyai 3 anak. Rumah pasien
tidak memiliki ventilasi yang cukup. Rumah pasien saling berdekatan
dengan tetangga sebelahnya. Merokok (-), alkohol (-), riwayat kontak
dengan penderita TB (-), riwayat free sex (-) IVDU (-) tato (-) transfusi (-).
• Review of System
• Sistem saraf pusat: nyeri kepala (-), pelo (-), merot (-),kejang (-),
lemah ½ badan (-) , gringgingen ½ badan (-), pandangan dobel dan
kabur (-), ganguan pendengaran (-), penurunan kesadaran (-).
• Sistem kardiovaskular dan respirasi: jantung berdebar (-), sesak
nafas (-),serak (-), batuk lama (+).
• Sistem gastrointestinal: mual (+) muntah (+), diare (-), konstipasi (-),
penurunan nafsu makan (+), oral ulcers (+).
• Sistem genitourinari: disuria (-) discharge (-)
• Sistem muskuloskeletal: nyeri sendi (-), back pain (-), kaku sendi (-),
bengkak pada anggota badan (-).
• Dermatologi: ruam kulit (-), gatal (-).
Pemeriksaan Fisik

• KU : tampak sakit sedang


• Kesadaran : GCS 456, compos mentis
• Nadi : 120x/menit,reguler
• TD : 120/80 mmHg
• Tax : 38,4oC
• Pernafasan : 24 x/menit, reguler
• Kepala : konjungtiva anemis -/- ,sklera ikterik+/+
• Terdapat ulkus pada ujung lidah bagian ventral dengan tepi tegas
ukuran 1 x 1 cm berwarna merah tua.
• Leher : JVP R +0 cmH2O 300
• Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Penunjang
1 Mei 2015
• Thorax :
Jantung : ictus invisible dan palpable pada ICS V MCL sinistra
RHM: sternal line dekstra
LHM : at ictus
S1 S2 tunggal,murmur (-) gallop (-)
Paru : inspeksi statis D=S
dinamis D=S
Stem fremitus: N N Perkusi S S
N N S S
N N S S
Auskultasi SN V V Rh - - Wh - -
VV -- --
VV -- --

• Abdomen : flat, bising usus (+) normal, C traube space timpani, liver span
15cm. Liver teraba 4 cm dibawah arcus costae, permukaan rata, batas tegas.
• Ekstremitas : akral hangat, edema ekstremitas - / -
Pemeriksaan Penunjang
Lab Value (Normal) Lab Value (Normal)
1Leukocyte
Mei 2015 9.310 4800-10.800/µL Ur 21 16.6-45.5 mg/dL
Cr 0,63 <1,2 mg/dL
Haemoglobin 11,8 14-18 g/dl Bilirubin total 4,51 <1
MCV 76,2 Bilirubin direk
MCH 28,6 Bilirubin indirek 4,23 <0.25

0,28 <0.75
eosinofil 0 1-2 HbsAg Non Non reaktif
Basofil 0,2 0-1 reaktif
Stab 0 3-5
Segmen 8 54-62
Limfosit 65 25-35
Monosit 25 3-7
Trombocyte 100.000 150.000-
450.000/µL
SGOT 382 0-40
Foto Thorax
5 Mei 2015

• AP position: asimetris
• Soft tissue normal
• Bone : costae D/S normal; ICS D/S normal; vertebrae normal
• Trachea in the middle
• Cor : Site: di tengah
• Size: ukuran kesan normal
• Shape: normal
• Hemidiaphragm
• Dekstra: dome-shaped
• Sinistra: dome-shaped
• Sudut Phrenicocostalis
• Dekstra: tajam
• Sinistra: tajam
• Pulmo
• Dekstra: infiltrate (+) dan fibrosis (+) di seluruh lapang paru
kanan kavitas 4x3 cm lapang paru tengah
• Sinistra: Normal
• Conclusion : TB paru far advanced-lesion
EKG

• Sinus rhythm, Heart rate 100 bpm Frontal Axis : Normal


• Horizontal Axis : Normal PR interval : 0.12” QRS complex : 0.08”
• QT interval : 0.36”
• Kesimpulan: sinus rhythm dengan HR 100 kali/menit
Cue and Clue PL IDx PDx PTx Pmo/Ped
Laki-laki/ 55 tahun 1. Hepatitis akut 1.1 Hepatitis USG Abdomen Stop OAT subjective
Induced OAT Vital sign
Anx: 1.2 Infeksi HAV RNA Reintroduced OAT bila Bil T/D/I
Mual muntah Hepatitis A Bilirubin < 2 g/dL, OT / PT OT/PT per 3
Kuning 1.3 ALP dan GGT < 3x nilai normal hari
Didiagnosis TB oleh Cholecystitis
dokter umum akut P.Edu:
Riwayat OAT selama 2 Diagnosa,Plan
minggu dan berhenti ning
sendiri ± 4 hari diagnosa, dan
terapi
PE:
TD: 120/80
HR: 120 x / menit
RR:24x/m
Tax : 38,4
Sklera Ikterik
RUQ tenderness Liver
span 15cm. Liver teraba 4
cm dibawah arcus costae,
permukaan rata, batas
tegas.

Lab:
Bil T/D/I: 4,51/4,23/0,28
SGOT : 382
SGPT: 349
HbsAg -
Cue and Clue PL IDx PDx PTx Pmo/Ped
Laki-laki/55 tahun 2. Chronic lung 2.1 TB Paru BTA SPS, O2 2-4 lpm NC Subjektif
infection kultur media IVFD NS 0,9% 20 tpm vital sign
Anx: LJ, Gene
Batuk kronis
Nyeri dada bila batuk
expert TB OAT kategori 1 bila P.Edu:
Keringat malam Hepatitis teratasi Diagnose,
planning
PE: diagnose,
TD: 120/80 dan terapi
HR: 120 x / menit
RR:24x/m
Tax : 38,4

Lab:
Leucocyte 9.310
Limfosit 65%
Monosit 25%

Laki-laki/55 tahun 3. Oral ulcer 3.1 Stomatitis - Konsul TS THT Subjektif


aphtous Luas ulcer
Anx: recurent
Sariawan di lidah
P.Edu:
PE: 3.2 Diagnose,
Terdapat ulkus pada Herpes planning
ujung lidah bagian simpleks diagnose,
ventral dengan tepi tegas dan terapi
ukuran 1 x 1 cm 3.3
berwarna merah tua Erythroplakia
PEMBAHASAN
Assessment 1: Hepatitis induced OAT

Anamnesa Teori

 Pasien laki-laki berumur 55 tahun Berdasarkan Konsensus Tuberkulosis


 mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu. oleh PDPI (2014). Salah satu efek samping
Gejala tesebut dialami tiap makan dengan
mayor pada penggunaan OAT adalah
jumlah ± 100cc
kuning (ikterik). OAT harus dihentikan bila
 Pasien pernah didiagnosis sebagai
terdapat gejala seperti mual muntah, nyeri
tuberculosis di dokter umum 2 minggu yang
lalu sehingga pasien menerima obat racikan
perut, dan ikterus dengan lab SGOT/SGPT

dalam kapsul dengan dosis 1 x 3 dan meningkat lebih dari 3 x lipat dan/atau
pyrazinamid 3 x 500mg. Batuk tidak Bilirubin total > 2 mg/dL. Pada pasien
berkurang tetapi pasien merasa mual dan asimptomatik OAT harus dihentikan bila
muntah. SGOT/SGPT meningkat lebih dari 5x
Assessment 1: Hepatitis induced OAT

Pemeriksaaan Fisik Teori

 Nadi 120x/mnt Pada pemeriksaan fisik


 RR 24 x/mnt didapatkan mengarah ke hepatitis
 Tax 38,4o C akut dimana ditandai dengan sclera
 Terdapat ikterik pada sklera ikterik, dyspepsia syndrome, dan urin
 Terdapat nyeri tekan pada kuadran berwarna seperti teh. Pada pasien ini
kanan atas tidak terdapat perubahan warna urin.
 Liver span sebesar 15 cm dan tidak terdapat perubahan warna
 Liver teraba 4 cm dibawah arcus feses. Hepatitis yang terinduksi oleh
costae dengan permukaan rata, obat dapat dipertimbangkan bila
dan batas tegas terdapat riwayat penggunaan obat
yang hepatotoksik.
Assessment 1: Hepatitis induced OAT

Pemeriksaan Penunjang Teori


 Laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium
SGOT : 382 terdapat peningkatan transaminase
SGPT : 349 sebanyak 9x lipat. Dengan peningkatan
Bilirubin T/D/I : 4,51/4,23/0,28 SGPT dan SGOT. Hal ini menandakan
terdapat kerusakan sel hepar yang akut.
Dari hasil bilirubin didapatkan
hiperbilirubinemia dengan yang paling
tinggi adalah bilirubin direk. Bilirubin direk
yang tinggi tanpa peningkatan bilirubin
indirek biasanya mengindikasikan adanya
proses post hepatik. Tetapi belum dapat
dipastikan karena belum ada pemeriksaan
penunjang yang lain
Assessment 1: Hepatitis induced OAT

Penatalaksanaan Teori
 Stop OAT OAT harus dihentikan bila terdapat
 Reintroduced OAT bila Bilirubin <2 gejala seperti mual muntah, nyeri
g/dL perut, dan ikterus dengan lab
 OT/PT <3x nilai normal SGOT/SGPT meningkat lebih dari 3 x
lipat dan/atau Bilirubin total > 2
mg/dL. Pada pasien asimptomatik OAT
harus dihentikan bila SGOT/SGPT
meningkat lebih dari 5x. OAT boleh
direintroduced secara bertahap bila
bilirubin dan OT/PT kembali normal.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion

Anamnesa Teori
 Pasien adalah seorang laki-laki berusia 55 tahun. Faktor resiko menderita penyakit TB secara umum
bergantung pada faktor endogen, seperti usia dan
status imun pasien. Insiden tertinggi tuberkulosis paru
biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia
diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok
usia produktif yaitu 15-50 tahun. Pada kelompok usia
25-34 tahun wanita lebih berisiko menderita TB
daripada pria. Sedangkan pada usia yang lebih tua
terjadi kebalikannya, yaitu laki-laki lebih beresiko
daripada wanita.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
 Batuk kering sejak 2 bulan yang lalu, tidak berdahak. Gejala klinis TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu

Bila batuk atau cegukan dada dirasakan nyeri. Nyeri gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala respiratorik meliputi
dirasakan seperti ditusuk. Dada tidak nyeri bila pasien batuk lebih dari 2 minggu, batuk darah. Sesak nafas, dan nyeri
dada. Gejala sistemik meliputi demam, malaise, keringat malam,
tidak batuk.Nyeri dada bila batuk
anoreksia, dan penurunan berat badan.
 Demam malam hari dialami oleh pasien sejak 3 minggu
yang lalu. Demam tidak seberapa tinggi dan dirasakan
tiap malam hari serta menurun pada pagi hari.
 Pasien pernah didiagnosis sebagai tuberculosis di Klasifikasi TB menurut riwayat pengobatan sebelumnya
dokter umum 2 minggu yang lalu sehingga pasien dibedakan menjadi 2, yaitu pasien baru TB dan pasien yang
menerima obat racikan dalam kapsul dengan dosis 1 x 3 pernah diobati TB.
dan pyrazinamid 3 x 500mg Pasien baru TB adalah pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (<28 dosis)
Pasien yang pernah diobati TB adalah pasien yang
sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih
(>28 dosis).
Pada kasus TB biasanya digunakan FDC untuk
pengobatan, dan diminum 1 kali tidak terbagi dalam 3 waktu
yang berda.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion
Pemeriksaaan Fisik Teori
Pemeriksaan fisik toraks pada pasien ini Kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan perkembangan
didapatkan:
penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
 Inspeksi didapatkan pernafasan menemukan kelainan. Kelainan paru umumnya
statis=dinamis terletak di daerah lobus superior, terutama daerah
apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah
 Perkusi dalam batas normal
apeks lobus inferior (S6). Mycobacterium
 Auskultasi dalam batas normal
tuberculosis merupakan kuman obligat aerob yang
menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena
itu, mycobacterium tuberculosis senang tinggal di
daerah apeks paru yang memiliki kandungan oksigen
tinggi Kelainan yang didapatkan bisa berupa suara
napas tambahan seperti ronki basah, kasar, dan
nyaring yang menunjukkan adanya infiltrat pada
apeks paru.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion

Pemeriksaan Penunjang Teori

 Laboratorium: Pemeriksaan darah rutin pada kasus


TB tidak sensitif dan juga tidak spesifik.
Leukosit 9.310/µL
Pada saat TB Paru mulai aktif akan
Hitung jenis: 0/ didapatkan jumlah leukosit yang sedikit

0,2/0/8/65/25 meninggi dengan hitung jenis


pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit
(limfositosis, monositosis)
masih di bawah normal. Laju endap
darah mulai meningkat
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion

 Pada foto thorax AP didapatkan: Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau

Soft tissue : normal tanpa foto lateral. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis

Bone : normal dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk

Trakea : di tengah (multiform).

Hillus : Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :


• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior
- Dekstra : normal
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
- Sinistra : normal
• Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
Cor :
opak berawan atau nodular • Bayangan bercak milier
- Posisi : ditengah • Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
- Ukuran : kesan normal Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif

- Bentuk : normal • Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
• Kalsifikasi atau fibrotik
• Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan
pleura.
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion

Pulmo : Klasifikasi TB berdasarkan radiologis (luas lesi) :

- D : infiltrat (+), kavitas (+) 4x3 cm di lapang paru -Minimal tuberculosis: terdapat sebagian kecil
tengah, fibrosis (+) infiltrat non kavitas pada satu paru maupun kedua
- S : normal paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
Hemidiafragma : paru.
- D : dome shaped -Moderately advanced tuberculosis: ada kavitas
- S : dome shaped dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah
Sudut costophrenicus : infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian
- D : tajam paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari
- S : tajam sepertiga bagian satu paru.
Kesimpulan: - Far advanced tuberculosis: terdapat infiltrat dan kavitas yang
melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis
 TB paru far-advanced lesion
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion

Pada pasien ini akan dilakukan Proses diagnosis TB adalah melalui pemeriksaan sputum BTA S/P/S. Teknik
pewarnaan BTA ini digunakan secara rutin di laboratorium termasuk di rumah sakit
pemeriksaan sebagai berikut untuk
dan puskesmas. Interpretasi hasil sputum BTA S/P/S adalah:
kepentingan diagnostik
• 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif → BTA positif
 Sputum BTA S/P/S
• 1 kali positif, 2 kali negatif → BTA positif
 Kultur BTA media LJ • bila 3 kali negatif → BTA negatif
 Gene Expert Teknik BTA S/P/S memang lebih cepat namun sensitivitas dan
spesifitasnya lebih rendah (34%-80%) dibandingkan kultur. Hal ini
disebabkan dalam pemeriksaan BTA diperlukan kurang lebih 5000-
10.000 kuman/ml dahak sedangkan untuk mendapatkan kuman positif
pada biakan yang merupakan diagnosis pasti memerlukan sekitar 10-
100 kuman/ml dahak. Sehingga diperlukan juga pemeriksaan kultur BTA
pada media Lowenstein Jensen. Teknik ini memiliki sensitivitas dan
spesifitas yang lebih tinggi (80-93% dan 98%). Kendalanya adalah
memerlukan waktu yang lama (lebih dari 1 minggu).
Assessment 2: TB paru far-advanced lesion

 Pasien menggunakan OAT Tatalaksana pada pasien TB dengan


klasifikasi pasien baru TB adalah OAT
selama 1 minggu dihentikan
kategori 1 yang terdiri dari 2(HRZE) /
karena terdapat efek 4(HR)3. Pengobatan akan
samping mayor direintroduksi bila bilirubin <2 g/dL
dan OT/PT < 5x lipat
Penutup
KESIMPULAN

– Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh


bakteri M.Tuberkulois yang dapat menginfeksi paru dan ektraparu
dengan gambaran klinis yang bermacam-macam yang tidak sama pada
setiap penderitanya.
– Penyakit tuberkulosis memiliki gejala dan tanda yang khas yang dapat
muncul pada penderita dan dapat ditatalaksana sesuai dengan keadaan
klinis penderita dan dapat di eradikasi dengan baik jika penderita patuh
terhadap pengobatan.
– OAT dapat menyebabkan hepatitis yang harus dimanajemen dengan
baik sehingga pengobatan TB dapat berjalan setelah munculnya efek
samping obat.

– Saran
– Mencari literatur yang lebih baru dan bermacam-macam guideline
sehingga didapatkan perbandingan dari guideline-guideline yang ada
Penutup
SARAN

– Saran
– Mencari literatur yang lebih baru dan bermacam-macam guideline
sehingga didapatkan perbandingan dari guideline-guideline yang ada
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai