Riwayat Kehamilan
Pasien lahir secara SC, dengan umur
kehamilan 10 bulan
Riwayat Imunisasi
Menurut ibu, imunisasi sudah lengkap
Pemeriksaan fisik
Tanda Vital :
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Somnolen
c.Temperatur : 36,7 0 C
d. RR : 34 x/menit
e. Nadi : 132 x/menit
Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Kepala: Normocephal, ubun-ubun besar dan sudah
menutup, cephal hematom (-), rambut hitam, tidak mudah
dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
Mata : Mata cowong (-/-), palpebra odem (-/-), kongjungtiva
anemis (-).
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-
/-).
Telinga : Normotia, discharge (-/-)
Mulut : Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), bercak-bercak
putih pada lidah dan mukosa (-), bibir kering (+), labiochizis
(-)
Leher: Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-), tumor
(-).
Pemeriksaan fisik
Paru-paru :
Inspeksi : Bentuk normal, Pergerakan dada simetris, retraksi
intercosta(-)
Palpasi : Fremitus vokal dan fremitus raba tidak dilakukan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan (-/-) ,
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung :
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak teraba
Palpasi : Ictus kordis tidak teraba
Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II Reguler, Murmur-, gallop-
Pemeriksaan fisik
Abdomen:
Inspeksi : Datar, sikatrik luka post operasi
(-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba.
Turgor kulit normal
Perkusi : Tympani, meteorismus (-)
Genetalia : Tidak dilakukan.
Extremitas : Akral Hangat (-) Odem :
CRT > 2 Detik
Status Gizi
BB : 14 kg
PB : 101 cm
Status gizi berdasarkan WHO
BB/U : 14 kg / 3 tahun = Antara -1 ≤
WAZ ≤ 0 (Normal)
PB/U : 101 cm / 3 tahun = Antara 0 ≤
LAZ ≤ +1 (Normal)
BB/PB : 14 kg / 101 cm = Antara -2 ≤
WLZ ≤ -1 (Normal)
Status gizi = gizi baik
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap Hasil Nilai normal/satuan
NEU 2,6
LYM 4,6
MONO 1,7
EU 0,0
BASO 0,1
8
Pemeriksaan Penunjang
Gejala Klinis 1. Demam tinggi mendadak 2-7 1. Bercak merah (hilang jika di 1. Demam lama (> 5 hari) dan
hari (38o – 40o C) tekan) timbul biasanya pada lebih terasa pada malam hari.
pertama
Diagnosa banding
1. Ruam merah dan sakit pada
kulit.
IgM
Penatalaksanaan
O2 nasal 3 lpm
Inf. Asering 300 cc/ 30 menit lalu lanjutkan
Inf. HES 150 cc/jam
Maintenance dengan Inf. HES 1200 cc/hari
Inj. Ondansentron 3 x 2 mg
Inj. Santagenik 3 x 150 mg
Inj. Cinam 3 x 350 mg
MRS Bona
Follow up selama MRS
NO S O A P
18/11/16 Panas (-) mimisan (-) Nadi :150x/mnt, RR DHF grade 3 + Dx : DL serial
anyep (+) makan Suhu 36,2c akral ensefalopati Inf HES 150cc/30
14 Inj. Ondanseteon
3x2mg IV
19/11/16 Panas (-) mimisan (-) CM, lemah DHF grade 3 + Dx : DL serial
1xcth1
Follow up selama MRS
NO S O A P
20/11/16 Panas (-), makan KU : lemah, CM, DHF grade 3 + Inf. Asering 5
kira-kira 2.5 cm
21/11/16 Panas (-) mimisan KU : baik, CM, Suhu DHF grade 3 + Inf aff, Sanbevit
PLT = 45
Definisi
Demam berdarah dengue (DBD)
merupakan suatu penyakit demam akut
yang disebabkan oleh virus genus
Flavivirus, family Flaviviridae, mempunyai 4
serotipe yaitu Den 1, Den 2, Den 3 dan
Den 4, melalui perantara nyamuk aedes
aegypti dan aedes albopictus
Etiologi
Demam berdarah dengue dan demam dengue
disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarda Flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter
30mm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul 4 x 106.
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-
2,DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak.Terdapat reaksi silang antara serotype
dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever,
Japanes encephalitis, dan West nile virus
Epidemiologi
Insiden DBD di Indonesia antara 6 sampai
15 per 100.000 penduduk (1989
hingga1995) dan pernah meningkat tajam
saat kejadian luar biasa hingga 35 per
100.000 penduduk pada 1998, sedangkan
mortalitas DBD cenderung menurun
hingga 2% pada tahun 1999.
Klasifikasi DHF menurut WHO
• Demam
• Gejala tidak
II • Derajat II IV
khas • Derajat I • Pre syok • Syok berat
• Perdarahan • Selisih sistole
• Uji diastole <2
tourniquet spontan
(+)
III
I
Patofisiologi
Terjadi Aktivasi
Infeksi
virus
reaksi sistem
antibodi klompemen
Peningkatan
permeabilitas
vascular
Patofisiologi
Peningkatan Cairan ke paru :
efusi pleura, Cairan
permeabilitas ke rongga
vascular peritoneum : acites
Kebocoran Intravascular,
plasma extravascular
Patofisiologi
Terjadi Aktivasi
Infeksi sistem
virus
reaksi klompem
antibodi en
Bereaksi
Waktu
dengan
paruh Trombositopen
epitope
trombosit ia
virus dan
memendek
limfosit T
Patofisiologi
Peningkatan megakariosit muda
dalam sutul dan destruksi
trombosit
Penghancuran trombosit di
sIstem RES (hati dan limpa)
Trombositopenia
Perdarahan
Diagnosa klinis
Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus
Manifestasi pendarahan baik yang spontan seperti petekie,
purpura, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, hematemesis
maupun uji tourniquet yang positif
Nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital
Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan rumah maupun
sekolah
Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan gejala :
Hematokonsentras
Ditemukan adanya asites, efusi pleura
Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
Trombositopenia <100.000/mm3
Sindrom shock dengue (SSD)
Tanda dan gejala shock terkompensasi :
Takikardia
Takipneu
Perbedaan antara sistol dan diastole <20mmHg
Capirally refill time >2 detik
Ekstreminitas dingin
Urine output menurun, <1ml/kgBB/jam
Anak gelisah
Tanda dan gejala shock dekompensasi :
Takikardia
Hipotensi (sistol dan diastole menurun)
Nadi cepat dan lemah
Pernafasan Kusmaull atau hiperapneu
Sianosis
Kulit lembab dan dingin
Profound shock : nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak bias diukur
Pemeriksaan penunjang
• Leukopeni
DL • Trombositopeni (Plt turun) <100.000 hari ke 3-6
• Hemokonsentrasi (Hb naik, Hct naik)
• IgG dengue
UJI • IgM dengue
• Titer NT (Neutralizing antibody)
SEROLOGIS • Titer HI (Haemaglutination inhibit antibody)
• Titer CF (Complement fixing antibody)
Distress nafas
IVFD stop setelah 24-48 jam HT turun
Ht naik
Apabila tanda vital dan Hb stabil,
Tekanan nadi < 20 mmHg
diuresis cukup
Koloid 20-30 ml/kgBB/
Tranfusi darah segar 10 ml/kgBB
Indikasi tranfusi:
Syok belum teratasi
Perdarahan masif
Perbaikan
Penatalaksanaan DHF grade III dan IV
Komplikasi
Ensefalopati dengue
Asites
Efusi pleura
Ensefalopati dengue
Gejala Klinis
Didapatkan kesadaran pasien menurun menjadi
apatis/somnolen, dapat disertai kejang. Dari beberapa
contoh kasus ensefalopati dengue yang dilaporkan,
ternyata kadangkala para dokter sangat terpukau oleh
kelainan neurologis penderita sehingga apabila tidak
waspada, diagnosis DBD/DSS tidak akan dibuat. Data
itu juga memberikan suatu keyakinan bahwa DBD
perlu dipikirkan sebagai diagnosis banding terhadap
penderita yang secara klinis didiagnosis sebagai
ensefalitis virus. Contoh kasus ensefalopati dengue
memperlihatkan betapa bervariasinya gejala klinis
penderita DBD dan bahwa patokan klinis yang
digariskan oleh WHO (1975) tidak selalu dijumpai
Patofisiologi
Penyebabnya berupa edema otak
perdarahan kapiler serebral, kelainan
metabolik, dan disfungsi hati. Umumnya
terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan perdarahan tetapi
dapat juga terjadi pada DBD tanpa syok.
Kecuali kejang, gejala ensefalopati lain
tidak/jarang menyertai penderita DBD.
Penatalaksanaan
Pada enselopati cenderung terjadi edema otak dan
alkalosis, maka bila syok telah teratasi, selanjutnya
cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung
HCO3 dan jumlah cairan harus segera dikurangi.
Tatalaksana dengan pemberian NaCl 0,9 %:D5=1:3
untuk mengurangi alkalosis, dexametason 0,5
mg/kgBB/x tiap 8 jam untuk mengurangi edema otak
(kontraindikasi bila ada perdarahan sal.cerna), vitamin
K iv 3-10 mg selama 3 hari bila ada disfungsi hati, GDS
diusahakan > 60 mg, mencegah terjadinya peningkatan
tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan
(bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan
elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian
oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi
amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa
Penatalaksanaan
Pada DBD enselopati mudah terjadi infeksi bakteri sekunder,
maka untuk mencegah dapat diberikan antibiotik profilaksis
(kombinasi ampisilin 100 mg/kgBB/hari + kloramfenikol 75
mg/kgBB/hari).
Apabila obat-obat tersebut sudah menunjukkan tanda
resistan, maka obat ini dapat diganti dengan obat-obat yang
masih sensitif dengan kuman-kuman infeksi sekunder, seperti
cefotaxime, cefritriaxsone, amfisilin+clavulanat,
amoxilline+clavulanat, dan kadang-kadang dapat
dikombinasikan dengan aminoglycoside.
Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan
(misalnya: antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau
komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu
dilakukan transfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat
diberikan asam amino rantai pendek
Prognosis DHF
Tergantung dari beberapa faktor seperti :
lama dan beratnya syok, waktu, metode,
adekuat tidaknya penanganan, ada tidaknya
rekuren syok yang terjadi terutama dalam
6 jam pertama pemberian infus dimulai,
panas selama syok dan tanda-tanda
serebral.
TERIMAKASIH