Anda di halaman 1dari 11

ETIKA

PELAYANAN
EUTHANASIA
KELOMPOK 3

1 Melinia Nur Hasna 2018.25.1775

2 Noviana Veranita 2018.25.1782

3 Octavia N 2018.25.1778

4 Roundhotun Inayah 2018.25.1794

5 Shely Diah R 2018.25.1800

6 Via Akun Nadifa 2018.25.1806


ASAL USUL “EUTHANASIA”
a. Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa
yunani eu artinya “baik” , thanatos artinya
“kematian” ( Utomo, 2003.177 )
b. Menurut kedokteran “euthanasia” berarti tindakan
agar kesakitan atau penderitaan yang dialami
seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga
berarti mempercepat kematian seseorang yang ada
dalam kesakitan dan pendritaan hebat menjelang
kematian ( Hansan, 1995.145 )
SYARAT EUTHANASIA

1. Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang ang benar-


benar sakit dan tidak dapat diobati , misal kanker
2. Pasien berada dalam keadaan terminal ,kemungkinan hidup
kecil dan tinggal menunggu kematian
3. Pasien yang harus menderita sakit yang amat sangat ,
sehingga penderitaanya hanya dapat dikurangi dengan
pemberian morfin
4. Yang boleh melaksanakan bantuan pengahiran hidup pasien ,
hanyalah dokter,keluarga yang merawat pasien dan ada dasar
dua orang dokter spesialis yang menentukan dapat tidaknya
dilaksanakan euhanasia
NEGARA YANG MEMPERBOLEHKAN EUTHANASIA

1. Belanda
2. Luksemburg ,eropa
3. Belgia
4. Swiss
5. Jerman
6. Amerika serikat
7. Jepang
JENIS EUTHANASIA
1. Euthanasia aktif adalah tindakan dokter
mempercepat kematian pasien dengan memberikan
suntikan kedalam tubuh pasien tersebut.
2. Euthanasia pasif adalah tindakan dokter
menghentikan pengobatan pasien yang mendeita
sakit keras, secara medis sudah tidak mungkin lagi
dapat disembuhkan
EUTHANASIA MENURUT ISLAM

1. Euthanasia aktif hukumnya haram karena termasuk kategori


pembunuhan sengaja, walaupun niatnya baik untuk
meringankan penderitaan pasien.
“dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan ALLAH
(untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu yang benar”
( QS. Al-An’aam : 151 )
2. Euthanasi pasif hukumnya jaiz ( boleh) karena dalam
euthanasia pasif adalah tindakan dokter menghentikan
pengobatan berdasarkan keyakinan dokter bahwa pengobatan
yang dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberi
harapan sembuh kepada pasien. Hukum berobat itu sendiri
adalah mandub (sunah).
Contohnya :
Pemasangan alat bantu pernafasan pada
pasien, jika para dokter telah menetapkan
bahwa si pasien telah mati organ otaknya, maka
para dokter berhak menghentikan pengobatan,
seperti menghentikan alat bantu pernafasan
tersebut. Sebab penggunaan alat-alat bantu
tersebut adalah termasuk aktifitas pengobatan
yang hukumnya sunnah, bukan wajib. Namun
untuk bebas dari tanggung jawab dokter,
disyaratkan adanya izin dari pasien, atau
walinya
HUKUM EUTHANASIA DI INDONESIA

a. Pada dasarnya hak untuk hidup


merupakan hak fundamental atau hak
asasi dari setiap manusia. UUD 1945
melindungi hak untuk hidup dalam Pasal
28A UUD 1945 yang menyebutkan bahwa
setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
b.Larangan melakukan euthanasia yakni Pasal
344 KUHP yang berbunyi :
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri yang dinyatakam
dengan kesungguhan hati, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun”
Jelas bahwa yang diatur dalam KUHP tindakan
euthanasia itu dilarang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai