Anda di halaman 1dari 14

Fitri inayah sukmadianti

Nim: 611.18.026
KESMAVET
pertemuan ke 3
1. Fungsi RPH
 a. tempat dilaksanakannya pemotongan hewan secara benar
 b.tempat dilaksanakannya pemeriksaan hewan sebelum di potong
(antemortem) dan pemeriksaan daging (post mortem) untuk mencegah
penularan penyakit dari hewan ke manusia.
 c.tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit hewan yang ditemukan
pada pemeriksaan ante mortem dan post mortem guna pencegahan dan
pemberantasan penyakit hewan menular di daerah asal hewan.
 d. melaksanakan seleksi dan pengendalian pemotongan hewan besar betina
bertanduk yang masih produktif.
 f. tempat pemotongan hewan yang higiene untuk mendapatkan daging yang
ASUH
2. Isi SK Menpan No.413/1992 tentang RPH
 SK Menpan No.413 tahun 1992, mensyaratkan semua ternak
besar dan kecil harus di potong di RPH dengan maksud:
 a. menghindari terjadinya gangguan dalam kehidupan
masyarakat, terutama dalam kesehatan.
 b. menghindari konsumen dari dampak negatif daging.
Misalnya daging dari hewan penyembelihan yang
berpenyakitan.
3. persyaratan umum pendirian RPH
 Secara garis besar ada tiga persyaratan umum yang harus dipenuhi jika akan
mendirirkan RPH yaitu:
 1.Organisasi
 dalam hal ini pendirian RPH harus memenuhi persyaratan organisasi, yaitu
Pemerintah pusat, Departemen pertanian, Direktorat jenderal Peternakan dan
Kesehatan hewan, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas peternakan
dan Kesehatan hewan. Di samping itu harus ada unsur pengawas, penanggung
jawab, pimpinan dan staf yang berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan RPH.
 2. Sosial
 Pendirian RPH hendaknya juga mempertimbangkan adat kebiasaan di wilayah di
mana RPH didirikan serta kesukaannya, agama khususnya dalam hal metode
penyembelihan serta penanganan makanan yang tentunya tidak sama dari satu
daerah ke daerah lainnya.
 3. Teknis
 Pendirian RPH hendaknya dapat menciptakan suatu metode yang efektif untuk
penyimpanan daging, transportasi, logistik dan lain-lain serta memenuhi beberapa
persyaratan teknis yang lain seperti area pendirian, persediaan air, pembuangan
limbah dan lain-lain.
4. Kriteria dasar dari RPH
1. Bangunan
2. Area kandang
3. Kandang penampung
4. Ruang pelayanan atau pendinginan
5. Kantor administrasi dan kantor dokter hewan
6. Ruangan
7. Penanganan limbah
8. Ruangan penjaga
9. Ruang pemisahan
10. Ruang pengemasan
11. Ruang pembekuan
12. Peralatan
13. Fasilitas pemusnahan bangkai
 5. Ternak yang boleh tidak di sembelih di RPH

 1. ternak yang boleh di sembelih di RPH


a. Disertai surat kepemilikan .
b. Disertai bukti pembayaran retribusi/pajak potong
c. memiliki surat ijin potong.
d. dilakukan pemeriksaan ante mortem oleh petugas pemeriksa yang berwenang paling
lama 24 jam sebelum penyembelihan .
e. Diistrahatkan paling sedikit 12 jam sebelum penyembelihan dilakukan .
f. Penyembelihannya dilakukan di rumah pemotongan hewan atau tempat pemotongan
hewan.
g. Pelaksanaan pemotongan hewan potong dilakukan di bawah pengawasan dan menurut
petunjuk-petunjuk petugas pemeriksa yang berwenang.

2. ternak yang tidak boleh di sembelih di RPH


a. Ternak betina produksi
b. Ternak yang mengalami gangguan kesehatan yang pada khususnya dapat
membahayakan kesehatan manusia jika di konsumsi dagingnya
c. Tidak memiliki surat ijin potong
d. Tidak mempunyai surat kepemilikan
e. Tidak dalam keadaan bunting


6. perbedaan RPH berdasarkan daerah jangkauan peredaran daging
berdasarkan daerah jangkauan peredaran daging RPH dapat
dikelompokan menjadi:

 Kelas A: ekspor
 syarat minimal sama dengan RPH kelas B
 memiliki ruang pendingin yang dilengkapi dengan pintu pengaman tahan
karat dan pengatur suhu
 Ruang pelepasan daging dan tulang bersuhu 10C
 Ruang pembungkusan
 Laboratorium memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi residu
hormon
 Memiliki ruang ganti pakaian, istrahat, locker, dan kantin
 Kelas B: antar propinsi
 Syarat minimal seperti kelas C
 Perlengkapan tambahan:
- laboratorium mampu mendeteksi residu antibiotik
- pengolah limbah secara fisik dan biologis
- tempat parkir kendaraan khusus daging
- lairage berjarak minimal 50 meter dari bangunan utama
- incenerator dengan pembakar bertekanan tinggi
 Memiliki ruang khusus untuk pencucian dan perebusan jeroan
 Ruang pelayuan dengan temperatur 18C
 Dinding bagian dalam dari bangunan utama terbuat dari porselin
 Tersedia sumber air panas untuk pencucian peralatan
 Tersedia ruang ganti pakaian untuk pekerja , memiliki alat
pengangkut atau kendaraan daging, tanpa atau dengan alat
pendingin sesuai jarak angkut
 Memiliki tenaga dokter hewan
 Kelas C: antar kabupaten dala satu propinsi
 Persyaratan minimal sama dengan RPH kelas D
 Perlengkapan tambahan:
1) Lairage berlantai semen
2) Laboratorium yang mampu mengidentifikasi kuman
3) Tempat pemotongan ternak darurat
4) Unit pemisah limbah padat
5) Memiliki tempat pelayuan, dinding terbuat dari bahan kedap
air setinggi 2 meter dan dilengkapi dengan alat penimbang
karkas.
 RPH Kelas D: satu wilayah kabupaten/kota
 Lokasi tidak menimbulkan gangguan lingkungan
 Lokasi mudah dicapai oleh kendaraan
 Kompleks RPH harus berpagar
 Harus dilengkapi dengan sarana: pemotongan, pembekuan karkas, pakaian
pekerja, pemeriksaan daging, persediaan air, penerangan, kebersihan, air panas
untuk babi
 Tempat pemotongan babi harus terpisah dengan tempa lain, berpagar setinggi 3
meter
 Memiliki ahli kesehatan veteriner
 Bangunan RPH terdiri dari:
 Bangunan utama RPH: ruang penyembelihan, pengulitan, pengeluaran jeroan,
pembagian karkas, dan pemeriksaan daging
 Ruang pembersihan jeroan terpisah dengan ruang lain
 Kandang penampung (lairage)
 Laboratorium sederhana
 Incenerator
 Kandang isolasi
 Unit pengolahan limbah cair
 Unit penampungan sementara limbah padat
 7. jelaskan perbedaan dari masing-masing kriteria
RPH tersebut
 8. Pemeriksaaan Daging
pemeriksaan daging meliputi:
1. pemeriksaan sebelum dipotong, sering disebut pemeriksaan ante mortem
adalah untuk mengetahui ternak-ternak yang cedera sehingga harus
dipotong secara terpisah atau harus diperiksa secara khusus.
2. Pemeriksaan setelah pemotongan atau dikenal dengan istilah postmortem yaitu
pemeriksaan karkas dan alat-alat dalam (visera), serta produk akhir. Pemeriksaaan
karkas contohnya : pemeriksaan kelenjar limfe, kepala, bagian mulut, lidah, bibir,
otot masete (pipi), paru-paru, jantung, ginjal, hati serta limpa. Jika terdapat kondisi
abnormal lain pada karkas, organ-organ internal atau bagian-bagian karkas
lainnya, maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Keputusan hasil pemeriksaan
akan menentukan apakah karkas dan bagian-bagiannya dapat dikonsumsi, di
proses lebih lanjut atau tidak.
Maksud dari pemeriksaan daging ialah;
1) Melindungi konsumen dari penyakit yang dapat ditimbulkan karna makan daging
yang tidak sehat
2) Melindungi konsumen dari pemalsuan daging
3) Mencegah penderitaan penyakit di antara ternak.

.
 9. perbedaan rumah potong unggas, rumah potong
sapi, dan rumah potong babi
 10. menjelaskan ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal)
 Aman : tidak mengandung penyakit dan residu yang dapat
menyebabkan penyakit/mengganggu kesehatan manusia
 Sehat : Memiliki zat-zat yang berguna bagi kesehatan dan
pertumbuhan tubuh
 Utuh : Tidak dicampur dengan bagian lain dari hewan tersebut
atau bagian dari hewan lainnya
 Halal : Adalah dipotong dan ditangani sesuai dengan syariat
agama islam .

Anda mungkin juga menyukai