Anda di halaman 1dari 29

Disusun Oleh:

1. Anggie Ningtyas P (2820173145)


2. Tania Ariani (282017
HIPOSPADIA?

Hipospadia adalah keadaan kongenital tidak


normal dimana posisi lubang uretra tidak
terdapat pada ujung penis namun terdapat
pada bagian bawah penis.
Adanya defek pada produksi testosteron pada
produksi testis dan kelenjar adrenal.

Adanya paparan estrogen dan progestrin di


awal kehamilan ibu dan sering terpapar
makanan yang terkena pestisida.

Dihubungankan dengan penurunan sifat


genetik.

Faktor eksogen antara lain pajanan pranatal


terhadap kokain, alkohol, fenitoin, progestin,
rubela atau diabetes gestasional.
Pancaran air kencing saat
BAK tidak lurus, biasanya
ke bawah, menyebar,
Preputium (kulup) tidak
mengalir melalui batang
ada di bagian bawah
penis sehingga anak akan
penis, tetapi menumpuk di
jongkok saat BAK.
bagian punggung penis.

Penis akan melengkung ke bawah

Ada jaringan fibrosa yang


mengelilingi meatus dan
Glan penis bentuknya lebih membentang hingga ke glan
datar dan ada lekukang penis, teraba lebih keras
dangkal di bagian bawah dari jaringan sekitar.
penis.
Tipe Sederhana/anterior Tipe penil/middle
Pada tipe ini, meatus terletak antara
Pada tipe ini, meatus terletak pada
gland penis dan skrotum. Biasanya disertai
pangkal glan penis. Kelainan ini bersifat
kelainan yaitu tidak adanya kulit
asomtomatik dan tidak memerlukan suatu
prepusium bagian ventral, sehingga penis
tindakan. Bila meatus agak sempit dapat
terlihat melengkung ke bawah atau gland
dilakukan dilatasi atau meatotomi.
penis menjadi pipih.

Tipe peneskrotal dan tipe


perineal/posterior
Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan akan
terganggu, kadang disertai skrotum bifida,
meatus uretra terbuka lebar dan umumnya
testis tidak turun.
Hipospadia merupakan cacat bawaan yang terjadi pada masa
embrio selama pengembangan uretra, dari kehamilan 8-20
minggu.
Lengkungan ventral dari penis, sering dikaitan dengan
hipospadia. Hal ini diduga akibat dari perbedaan pertumbuhan
antara punggung jaringan normal
USG sistem
Rontgen kemih kelamin

BNO – IVP karena


biasanya pada
hipospadia juga Kultur urine (anak
disertai dengan hipospadia)
kelainan kongenital
ginjal
Rasa malu karena perubahan posisi Kesukaran saat berhubungan
BAK seksual saat dewasa

Risiko hernia inguinalis

KOMPLIKASI PASCA OPERASI


Edema akibat reaksi jaringan dan
Fistel urekhtrokuran terbentuknya hematom/kumpulan darah di
bawah kulit.

Rambut dalam uretra dapat mengakibatkan Residual chordee akibat dari rilis korde
infeksi saluran kencing berulang atau yang tidak sempurna, dimana tidak
pembentukan batu saat pubertas. melakukan ereksi artifisial saat operasi.
Anak penderita hipospadia sebaiknya jangan di khitan dulu, karena hal ini
berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit
preputium penis menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada
penderita hipospadia.

Informasikan orang tua bahwa pengenalan lebih dini adalah penting sehingga
sirkumsisi dapat dihindari.

Dilakukan operasi pembedahan One Stage urethroplasty maupun dua tahap.


Operasi Urethroplasty
Operasi hipospadia satu tahap (One Stage Urethroplasty) adalah teknik
sederhana yang sering dilakukan, terutama untuk hipospadia tipe distal.
• Tipe distal meatusnya letak anterior atau yang middle. Banyak dokter
memilih untuk melakukan 2 tahap karena sering hasilnya kurang
maksimal untuk kelainan berat. Tipe hipospadia proksimal disertai
dengan kelainan yang lebih berat, sehingga One Stage Urethroplasty
nyaris dapat dilakukan. Tipe annghispospadia proksimal seringkali
diikuti dengan kelainan kelainan yang berat seperti chordee yang
berat (jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus).

Operasi Hipospadia Multi Stage


Tahap pertama operasi pelepasan chordee dan tunneling dilakukan untuk
meluruskan penis supaya posisi meatus letaknya lebih proksimal. Tahap
selanjutnya dilakukan pembuatan saluran kencing sesudah 6 bulan.
Tahap Operasi Rekonstruksi
1. Chordectomy
Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal
mungkin. Langkah selanjutnya adlah mobilisasi kulit preputium
penis untuk menutup sulcus uretra.
2. Urethroplasty
Tahap kedua ini dilakukan apabila tidak terbentuk fossa
naficularis pada glands penis. Tahap ini yaitu membuat fassa
naficularis baru pada glands penis yang nantinya dihubungkan
dengan canalisuretra yang sebelumnya terbentuk di tahap
pertama.
1. Kelainan tipe granular dengan teknik-Meatal Advencement
glanplasty (MAGPI)
2. Kelainan tipe distal penile dengan teknik Flip Flap.
3. Kelainan type penile, penoscrotal dan scrotal dengan teknik
Preputial Island Flap
4. Kelainan tipe perineal dengan teknik Tubed Free Graft.
• Anamnase
• Pemeriksaan Fisik
• Status nutrisi
• Keseimbangan cairan dan elektrolit
• Pencukuran daerah operasi
• Personal Hygine
• Pengosongan kandung kemih
• Latihan pra operasi
• Pemeriksaan penunjang berupa Ultrasonografi
• Sebelum dilakukan operasi pasien diberikan antibiotik
profilaksis.
• Sebelum dioperasi dilakukan uretroskopi
• Informed consent
• Identifikasi pasien
• Lihat catatan pasien terhadap adanya : informed yang benar
dengan tanda tangan pasien, kelengkapan catatan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostic,
kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan
• Pemeliharaan keselematan pasien (mempertahankan posisi
sepanjang prosedur operasi).
• Dukungan Fisiologis
• Checklist pra-operatif
• kompres dingin pada area operasi selama 2 hari pertama.
• Pada pasien yang menggunakan graft tube atau flap prepusium,
proses miksi dilakukan melalui kateter suprapubik perkutan.
• Bila hingga 3 minggu fistula tetap ada, proses miksi diteruskan
seperti biasanya kemudian pasien disarankkan untuk memperbaiki
hasil operasi 6 bulan kemudia bila proses inflamasi sudah
menghilang. Setelah percobaan miksi, pasien dapat mandi seperti
biasanya. Balutan dapat lepas dengan spontan. Setelah pelepasan
dari sten, orang tua diminta untuk menjaga meatus tetap terbuka
dengan menggunakan tutup tabung salep mata Neosporin sehingga
krusta pada meatus tidak mengakibatkan obstruksi distal yang
berkembang menjadi fistula
An. R berumur 5 tahun dengan jenis kelamin laki-laki alamat
gunung kidul masuk rumah sakit 24 Desember 2011 dengan
keluhan lubang kencing saluran kemih tidak berada diujung
kepala penis, namun berada dibawah penis. BB 30 kg TD
110/70 mmHg Nadi 84 x/menit respirasi 20x/menit dan suhu
37°C. Dalam sehari Pasien BAK 2-4 kali dalam sehari. Kelainan
tersebut sudah ada sejak lahir. Dari keluarga tidak ada riwayat
penyakit serupa pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit
apapun.
Pengkajian Post-Op
• Pengkajian
• Identitas klien
• Nama : An. R
• Umur : 5 tahun
• Jenis kelamin : Laki - laki
• Pendidikan : TK
• Diagnosa medis : Hipospadia subcorona
• Tanggal masuk RS : 24 Desember 2011

• Keluhan utama
Lubang kencing saluran kemih tidak berada di ujung kepala penis, namun berada di bagian
bawah penis.
• Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD pada tanggal 24 Desember 2011 dengan keluhan lubang kencing
saluran kemih tidak berada di ujung kepala penis, namun berada di bagian bawah penis.
Klien mengatakan tidak nyeri dan tidak panas saat berkemih / buang air kecil. Klien
dilakukan operasi pada tanggal 26 Desember 2011, setelah klien selesai operasi klien
dirawat di bangsal biasa. Saat keluar dari ruang operasi klien menyatakan sudah tidak
takut. klien sadar dan pasien tampak tersenyum dan sudah tidak tegang. Klien mengatakan
area luka operasi nyeri dan tidak nyaman.

Pemeriksaan Fisik
• TD : 120/70 mmHg S : 36,8oC
• N : 100x/menit R : 20x/menit
• Rumusan Diagnosa Keperawatan disusun berdasarkan
perioritas:
• Ansietas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi
• Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
No Diagnose Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
1. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan NIC:
akan dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
 Pengurangan kecemasan (5820)
operasi diharapkan ansietas berkurang
 Terapi relaksasi (6040)
(Domain 9, kelas 2, kode dengan kriteria hasil:
1. Kaji untuk tanda verbal dan non
diagnoss 00146)
 Pasien mampu mengontrol verbal kecemasan
kecemasan diri (1402) 2. Identifikasi saat terjadi
 Tingkat rasa takut berkurang perubahan tingkat kecemasan
(1210) 3. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
4. Dorong pasien untuk mengambil
posisi yang nyaman
5. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
6. Kolaborasi dengan keluarga
untuk gunakan relaksasi sebagai
strategi tambahan
No Diagnose Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
2. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindaakan NIC:
berhubungan dengan kurang keperawatan selama 1 x 24 jam
 Pengajaran: preoperatif (5610)
informasi diharapkan pengetahuan klien
 Pengajaran:
dapat bertambah dengan kriteria
(Domain 5, kelas 4, kode prosedur/pembedahan (5618)
hasil:
diagnosis 00126) 1. Kaji pengalaman pasien
 Pasien mampu mengikuti sebelumnya dan tingkat
prosedur pembedahan pengetahuan pasien terkait
 Keluarga pasien mampu tindakan yang akan dilakukan
melakukan penanganan pada 2. Jelaskan prosedur persiapan pre-
pasien(1814) operasi
3. Berikan informasi lengkap pada
pasien tentang apa saja yang
akan dicium, dilihat, dan
dirasakan selama proses operasi
Pertahankan kesejajaran tubuh
dengan tepat
4. Gunakan alat pelindung
5. Koordinasikan pemindahan dan
pengaturan posisi yang sesuai
PENGKAJIAN INTRAOPERATIF
• Anestesi dimulai jam : 10.00
• Pembedahan dimulai jam : 10.30
• Jenis anestesi : Lokal
• Posisi operasi : Terlentang
• Catatan anestesi : -
• Pemasangan alat-alat : O2 Nasal
• Tanda-tanda vital :
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 80x/menit
• Respirasi Rate : 20x/menit
• Suhu : 36,8oC
• Skala Nyeri : 0
• Survey sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas

Normal
Keterangan
Ya Tidak
Kepala √
Leher √
Dada √
Abdomen √
Genetalia √
Integumen √
Ekstremitas √
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• 1. Risiko perdarahan dengan faktor risiko kurang pengetahuan
tentang kewaspadaan perdarahan
• 2. Risiko jatuh dengan faktor risiko prostesis ekstremitas bawah
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
1. Risiko perdarahan dengan faktor Setelah dilakukan tindakan NIC:
risiko kurang pengetahuan tentang keperawatan selama +45 menit  Pengurangan perdarahan
kewaspadaan perdarahan diharapkan risiko perdarahan (4020)
(Domain 11, kelas 2, kode diagnosis dapat dicegah dengan kriteria  Pencegahan syok (4260)
00206) hasil: 1. Monitor pasien akan
 Keparahan kehilangan darah perdarahan secara ketat
(0413) 2. Monitor jumlah dan sifat
 Status sirkulasi (0401) kehilangan darah
3. Monitor status sirkulasi
4. Berikan tranfusi
5. Berikan dan pertahankan
kepatenan jalan napas
6. Instruksikan pasien
pembatasan gerak
7. Kolaborasi dengan keluarga
tingkat keparahan kehilangan
darah tentang tindakan yang
tepat
2. Risiko jatuh dengan faktor Setelah dilakukan tindakan NIC:
risiko prostesis ekstremitas keperawatan selama +45  Pembatasan area (6420)
bawah menit diharapkan risiko jatuh  Pengaturan posisi:
( Domain 11, kelas 2, kode dapat diminimalisir dengan intraoperatif (0842)
diagnosis 00155) kriteria hasil: 1. Monitor posisi
 Kejadian jatuh (1912) intraoperatif
 Status neurologi: perifer 2. Monitor respon pasien
(0917) terhadap prosedur
3. Pertahankan kesejajaran
tubuh dengan tepat
4. Gunakan alat pelindung
5. Koordinasikan
pemindahan dan
pengaturan posisi yang
sesuai
Pengkajian Post-Op
• Pengkajian
• Identitas klien
• Nama : An. R
• Umur : 5 tahun
• Jenis kelamin : Laki - laki
• Pendidikan : TK
• Diagnosa medis : Hipospadia subcorona
Keluhan utama
• Lubang kencing saluran kemih tidak berada di ujung kepala penis, namun berada di
bagian bawah penis.

Riwayat penyakit sekarang


• Klien dilakukan operasi pada tanggal 26 Desember 2011, setelah klien selesai operasi
klien dirawat di bangsal biasa. Saat keluar dari ruang operasi klien menyatakan sudah
tidak takut. klien sadar dan pasien tampak tersenyum dan sudah tidak tegang. Klien
mengatakan area luka operasi nyeri dan tidak nyaman.
Riwayat penyakit dahulu
• Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.

Pemeriksaan Fisik
• TD : 120/70 mmHg S : 36,8oC
• N : 100x/menit R : 20x/menit
• Skala nyeri : 6 (0-10)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik (proses
pemedahan)
• Resiko Infeksi di tandai dengan faktor resiko tindakan infasif
pemasangan infus, dower chateter, luka post op one stage
urethroplasty
No Diagnose Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan NIC:
agen cidera fisik keperawatan selama 3x24
 Monitor tanda-tanda
jam diharapkan nyeri
(Domain 12, kelas 1, kode diagnosis vital (6680)
berkurang dengan kriteria
00132)  Manajemen nyeri (1400)
hasil:
 Pemberian analgesik
 Pasien mampu (2210)
mengontrol nyeri (1605) 1. Kaji nyeri secara
 Skala nyeri berkurang komprehensif
 Manajemen nyeri (1843) 2. Monitor tanda-tanda
 Tanda-tanda vital vital
normal(0802) 3. Berikan informasi
mengenai nyeri
4. Kurangi faktor yang
dapat meningkatkan
nyeri
5. Ajarkan teknik non
farmakologi
6. Kolaborasi pemberian
analgesik
No Diagnose Keperawatan Perencanaan

2. Risiko infeksi di tandai dengan Setelah dilakukan tindakan NIC:


faktor resiko tindakan infasif keperawatan selama 3x24 jam.  Perawatan area sayatan
pemasangan infus, dower chateter, Risiko infeksi di tandai dengan (3440)
 Kontrol infeksi (6540)
luka post op one stage faktor resiko tindakan infasif
1. Monitor proses
urethroplasty pemasangan infus, dower chateter, penyembuhan di daerah
(Domain 11, kelas 1, kode luka post op one stage sayatan
diagnosis 00266) 2. Monitor tanda dan gejala
urethroplasty
infeksi
kriteria hasil:
3. Gunakan kapas steril
 Kontrol risiko (1902) untuk pembersihan area
 Pemulihan pembedahan: luka
segera setelah operasi 4. Informasikan kepada
(2305) pasien dan keluarga
 Tidak terjadi infeksi tanda dan gejala infeksi
5. Kolaborasi pemberian
antribiotik

Anda mungkin juga menyukai