Anda di halaman 1dari 49

RICKY TRESYANA

712017024
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible. Proses
kerusakan pada ginjal ini terjadi dalam rentang waktu lebih dari 3 bulan.

Penyakit ini merupakan penyakit yang tidak dapat pulih, yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan mengarah pada
penyakit ginjal tahap akhir dan kematian.
PGK telah menyebabkan angka kesakitan yaitu
sekitar 5-10 % dari populasi dewasa penduduk
Amerika.

Studi lain pada tahun 1999-2004 menunjukan


angka kejadian PGK adalah sekitar 6,71 %
penduduk dunia.
Studi mengenai prevalensi PGK di Indonesia pada
tahun 2003 dan 2004 mendapatkan hasil bahwa
jumlah penduduk Indonesia yang menderita PGK
berjumlah 3640 penduduk.
Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
sekitar 64 % penderita PGK memiliki resiko
kematian yang tinggi karena penanganan yang
lambat.

Penanganan penderita PGK secara cepat di Rumah


Sakit dapat memperbaiki keadaan penderita dan
mencegah terjadinya komplikasi PGK.
Nama Nn. SA
Tanggal Lahir/ Usia 31Agustus 1996 (22 tahun)
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Plaju
Pekerjaan Pegawai toko
Status Perkawinan Belum menikah
Agama Islam
Dokter Pemeriksa dr. Masdianto, Sp.PD
No. RM 55.60.86
MRS 6 Juni 2018
Os mengeluh Sesak nafas bertambah berat dan bengkak sejak 1 minggu SMRS.

KELUHAN UTAMA
Os mengeluh sesak nafas sejak 1 hari SMRS.
Os mengeluh Sesak nafas bertambah berat dan bengkak sejak 1 minggu SMRS.

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Sejak ± 1 minggu SMRS pasien mengeluh kedua tungkai membengkak,


bengkak dimulai dari punggung kaki lama kelamaan hingga ke tulang
kering pada kedua kaki, perut, dan wajah. Bengkak timbul dimulai dari
pagi hari saat bangun tidur dan mulai berkurang ketika beraktivitas .

Pasien berobat ke prakter dokter, diberi obat namun pasien tidak tahu
nama obat yang diberikan dan keluhan masih tidak berkurang.
Os mengeluh Sesak nafas bertambah berat dan bengkak sejak 1 minggu SMRS.

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Sejak ± 1 hari SMRS pasien mengeluh sesak nafas yang bertambah


hebat terutama saat berbaring. Pasien berobat ke RS Muhammadiyah
Palembang dan dirujuk RSUD Palembang Bari.
Os mengeluh Sesak nafas bertambah berat dan bengkak sejak 1 minggu SMRS.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Riwayat dengan gejala sesak nafas yang sama disangkal (-)


 Riwayat Asma disangkal (-)
 Riwayat TBC positif (-)
 Riwayat diabetes melitus disangkal (-)
 Riwayat hipertensi disangkal (-)
Os mengeluh Sesak nafas bertambah berat dan bengkak sejak 1 minggu SMRS.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Riwayat keluhan sesak nafas yang sama dalam keluarga disangkal (-)
 Riwayat Asma disangkal (-)
 Riwayat diabetes melitus disangkal (-)
 Riwayat hipertensi disangkal (-)
Os mengeluh Sesak nafas bertambah berat dan bengkak sejak 1 minggu SMRS.

RIWAYAT KEBIASAAN

 Riwayat merokok (-)


 Riwayat minum kopi: iya
 Riwayat minum alkohol (-)
 Riwayat olahraga: disangkal
 Riwayat makan: 3 kali sehari, sebanyak 1 piring setiap makan
 Lain- lainnya: Rutin mengkonsumsi teh kotak
Os mengeluh Sesak nafas bertambah berat dan bengkak sejak 1 minggu SMRS.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI KELUARGA

Riwayat sosial ekonomi termasuk dalam ekonomi sedang.


•Pemeriksaan Fisik Umum

PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran compos mentis
Tekanan Darah 130/90 mmHg
Nadi 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan 30x/menit, reguler, thoracal, kussmaul (-)
Suhu Axila 36,8oC
BB 48 kg
•Pemeriksaan Fisik Umum

PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS


Kepala Normocephali, deformitas (-)
Mata conjunctiva anemis (-), hiperemis (-/-), sclera
ikterik (-), mata cekung (-),edema palpebra (+),
sekret (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
Telinga sekret (-/-)
Hidung NCH (-), sekret (-)
Mulut sianosis (-)
Leher pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O
•Pemeriksaan Fisik Umum

PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS


Thoraks simetris, retraksi (-/-)
 Paru
- Inspeksi simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi stem fremitus kanan dan kiri simetris
- Perkusi sonor pada kedua lapang paru kanan dan kiri
- Auskultasi vesikuler (+/+) normal, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
- Perkusi batas jantung normal
- Auskultasi BJ I/II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
•Pemeriksaan Fisik Umum

PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS


Abdomen
- Inspeksi datar
- Palpasi lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba timpani
- Perkusi (+), asites (+) massa tidak ada, turgor kembali cepat
(< 2 detik)
- Auskultasi bising usus (+) normal
•Pemeriksaan Fisik Umum

PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS

Genitalia eksterna dalam batas normal


Ekstremitas akral hangat, edema (+/+), deformitas (-)
•Pemeriksaan Fisik Umum

Laboratorium darah dan urin rutin (diperiksa tanggal 6/06/2018)

Hematologi
Parameter Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hemoglobin 7,3g/dl 14,0 - 16,0 g/dl Anemis
Leukosit 6500/ul 4,2 – 11,0/ul Normal
Hitung Jenis 0/1/1/66/27/5 1-3/0-1/2-6/40-60/20-
50/2-8
Trombosit 238.000 /ul 150.000 – 440.000 /ul Normal
Hematokrit 21 % 42,0 – 52,0 % Menurun
•Pemeriksaan Fisik Umum

Glukosa sewaktu 120 mg/dl <180 mg/dl Normal


Trigliserida 117 mg/dl <200 mg/dl Normal
Kolesterol total 167 mg/dl <200 mg/dl Normal
HDL 33 mg/dl >65 mg/dl Menurun
LDL 110 mg/dl <130 mg/dl Normal
Bilirubin total 0,3 mg/dl <1,1 mg/dl Normal
Bilirubin langsung 0,1 mg/dl <0,35 mg/dl Normal
Albumin 2,9 mg/dl 3,8-5,1 mg/dl Menurun
Ureum 254 mg/dl 20-40 mg/dl Meningkat
Kreatinin 13, 3 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl Meningkat
Na 131 mmol/dl 135-155 mg/dl Menurun
K 3,69 mmol/dl 3,6-6,5 mg/dl Normal
AKI
Nefrolitiasis
Diagnosis kerja kasus ini adalah CKD
stadium 5.
 IVFD Ringer laktat gtt 20 x/m
 Drip furosemide 4 ampul dalam NaCl 100 cc 10 / mikro
 Injeksi Omeprazol 1x1 vial
 Aminefron 3x1 tablet
 Vip Albumin 2x1 tablet
Radiologi
Biopsi ginjal
Quo ad vitam: bonam
Quo ad functionam: malam
10 Juni 2018
 S : Os mengeluh badannya bengkak
 O : Keadaan umum lemah
▪ TD : 110/70 N : 80x/menit RR : 20x /menit Temp : 36,8 C
 A : CKD std v
 P:
▪ IVFD Ringer laktat gtt 20 x/m
▪ Drip furosemide 4 ampul dalam NaCl 100 cc 10 / mikro
▪ Injeksi Omeprazol 1x1 vial
▪ Aminefron 3x1 tablet
▪ Vip Albumin 2x1 tablet
▪ Tranfusi PRC 1 kolf
11 Juni 2018
 S : Os mengeluh badannya lemas
 O : Keadaan umum tampak sakit sedang
▪ TD: 120/80 N : 88 x/m RR : 20x/m T : 360C
 A : CKD std v
 P:
▪ IVFD NaCl gtt 10 x/m
▪ Drip furosemide 4 ampul dalam NaCl 100 cc 10 / mikro
▪ Injeksi Omeprazol 1x1 vial
▪ Aminefron 3x1 tablet
▪ Vip Albumin 3x1 tablet
▪ Hemodialisa
12 Juni 2018

 S : Os mengeluh badannya lemas


 O : Keadaan umum tampak sakit sedang
▪ TD: 140/80 N : 80 x/m RR : 20x/mT : 360C
 A : CKD std v
 P:
▪ IVFD NaCl gtt 10 x/m
▪ Drip furosemide 4 ampul dalam NaCl 100 cc 10 / mikro
▪ Injeksi Omeprazol 1x1 vial
▪ Aminefron 3x1 tablet
▪ Vip Albumin 3x1 tablet
13 Juni 2018

 S : Os mengeluh badannya lemas


 O : Keadaan umum tampak sakit sedang
 A : CKD std v
 P:
▪ IVFD NaCl gtt 10 x/m
▪ Drip furosemide 4 ampul dalam NaCl 100 cc 10 / mikro
▪ Injeksi Omeprazol 1x1 vial
▪ Aminefron 3x1 tablet
▪ Vip Albumin 3x1 tablet
▪ Hemodialisa yang ke-2
Nn. SA perempuan 22 tahun, mengeluh bengkak 7 hari SMRS. Melalui
anamnesis Nn. SA mengaku bengkak dimulai dari kedua punggung kaki
hingga kebagian wajah, bengkak terjadi pada pagi hari ketika bangun
tidur, dan perlahan berkurang ketika beraktivitas. Os telah berobat ke
praktek dokter, diberi obat namun keluhan masih tidak berkurang.

Gejala yang terjadi pada Nn. SA merupakan gejala klinis


penyakit ginjal kronis, yaitu edema anasarka.
Penyakit ginjal kronis adalah kerusakan struktur dan fungsi ginjal
secara progresif dan berlangsung selama lebih atau sama dengan 3
bulan sebelum diagnosis ditegakan. Kerusakan tersebut
menyebabkan ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal sehingga terjadinya retensi
cairan dan natrium.
Pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit tidak terjadi. Hal ini
akan meningkatkan risiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif, dan hipertensi. Peningkatan aktivitas sistem
reninangiotensisn aldosteron juga dapat meningkatkan volume
sehingga dapat terjadi edema.
Sejak 1 hari SMRS terjadi keluhan sesak nafas dan bengkak semakin
bertambah, Os segera berobat ke RS Muhammadiyah Palembang, dan
dirujuk ke RSUD Palembang Bari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tampak sakit sedang, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 134x/menit,
pernapasan 30x/menit, suhu 36,8oC.

Melalui pemeriksaan fisik ditemukan takikardia dan dispnea.


Dispnea pada Nn. SA merupakan gejala klinis pernapasan
kussmaul, yaitu adanya hiperpnea dan takipnea.
Takikardia pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh terjadinya
kompensasi akibat peningkatan tekanan dan volume cairan pada
jantung. Hiperpnea merupakan napas dengan angka respirasi
normal namun dalam, sedangkan takipnea adalah peningkatan
angka respirasi yang pada kasus ini dapat dilihat dari angka
respirasi 30x/menit.
Pernapasan Kussmaul terjadi karena adanya asidosis metabolik.
Asidosis metabolik merupakan gejala ekstrarenal yang terjadi
akibat retensi asam hasil metabolisme berupa peningkatan
kreatinin dan ureum darah.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 7,3
g/dl, leukosit 6500/ul, Hitung jenis 0/1/1/66/27/5,
trombosit, 238000/ul, hematokrit, 21%, glukosa sewaktu
120 mg/dl, trigliserida 117 mg/dl, kolesterol total 167
mg/dl, HDL 33 mg/dl, LDL 110 mg/dl, bilirubin total 0,3
mg/dl, biliriubin langsung 0,1 mg/dl, albumin 2,9 mg/dl,
ureum 254 mg/dl, kreatinin 13,3 mg/dl, Na 131 mmol/dl,
dan K 3,69 mmol/dl.
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan adanya anemia
dengan hemoglobin dan hematokrit di bawah angka normal.
Anemia merupakan komplikasi yang terjadi pada penyakit
ginjal kronis.

Melalui pemeriksaan laboratorium juga didapatkan


peningkatan ureum dan kreatinin, serta penurunan
albumin dan natrium. Hasil pemeriksaan laboratorium
urin rutin tersebut merupakan tanda penyakit ginjal kronis.
Ginjal memiliki sel interstisial yang menghasilkan hormon eritropoietin yang
digunakan untuk membentuk eritrosit dalam menjaga kebutuhan homeostasis
oksigen jaringan.

Pada penyakit ginjal kronis terjadi produksi sitokin, miofibroblas, dan molekul
fibrogenik yang digunakan untuk mengembalikan kondisi fisiologis ketika terjadi
perlukaan pada ginjal.

Produk tersebut dihasilkan oleh sel yang sama dengan sel penghasil eritropoietin
sehingga ketika terjadi penyakit ginjal kronis dapat terjadi komplikasi berupa
anemia.
Pada penyakit ginjal kronis, fungsi filtrasi ginjal telah banyak terjadi
kerusakan, sehingga banyak elektrolit yang lolos dalam urin seperti
natrium, albumin, dan karbonat.

Karbonat memiliki fungsi menjaga keseimbangan pH tubuh. Ketika


karbonat banyak berkurang, maka elektrolit seperti kreatinin dan
ureum akan meningkat dan mendominasi sehingga pH tubuh menjadi
asam. Hal ini kemudian dapat menyebabkan terjadinya asidosis
metabolik.
Pada tatalaksana penyakit ginjal kronis diberikan IVFD
Ringer laktat gtt 20 x/m, drip furosemide 4 ampul
dalam NaCl 100 cc 10/mikro, injeksi Omeprazol 1x1
vial, Aminefron 3x1 tablet, dan Vip Albumin 2x1 tablet.
Terapi spesifik terhadap penyakit dasar masih membutuhkan
pemeriksaan lanjut berupa pemeriksaan radiologi dan biopsy karena
tidak ditemukan diabetes ataupun hipertensi sebagai dua penyebab
utama penyakit ginjal kronis.

.
Pada pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid berupa
gangguan keseimbangan cairan diberikan IVFD Ringer laktat gtt 20 x/m.

Injeksi Omeprazol 1x1 vial digunakan dalam mencegah terjadinya penyakit


traktus digestivus seperti inlamasi maupun ulserasi yang dapat terjadi
karena asidosis metabolik.

Dalam pencegahan dan terapi terhadap kelebihan cairan berupa


drip furosemide 4 ampul dalam NaCl 100 cc 10/mikro. Furosemide
digunakan untuk terapi edema pada gagal jantung, sirosis, penyakit ginjal,
dan edema pulmonal
Dalam memperlambat perburukan fungsi ginjal diberikan
Aminefron 3x1 tablet dan Vip Albumin 2x1 tablet.

Aminefron digunakan untuk terapi disfungsi ginjal kronik dalam


kombinasi dengan diet tinggi kalori rendah protein dalam retensi yang
terkompensasi atau yang dekompensasi.

Vip albumin merupakan suplemen makanan yang terbentuk dari


ekstrak Ophiocephalus striatus (ikan gabus) yang digunakan untuk
meningkatkan kadar albumin.
Koreksi anemia pada penderita CKD dimulai pada kadar
Hemoglobin < 10 gr/dL dengan target terapi, tercapainya
kadar hemoglobin antara 11-12 gr/dL.

Pemberian tranfusi pada CKD harus dilakukan dengan hati-


hati, berdasarkan indikasi yang tepat dan pemantauan yang
cermat. Pada pasien ini, dilakukan tranfusi Packed Red Cells
(PRC) sebanyak 1 kolf.
Terapi pengganti ginjal merupakan terapi definitif pada CKD
stadium V.

Pada kasus ini, karena pasien menderita CKD stage V, maka


telah terjadi kegagalan fungsi ginjal yang didukung dengan
GFR 5,03 mL/min/1,73 m2. Sehingga penatalaksanaan utama
pada pasien ini ialah terapi pengganti ginjal berupa
hemodialisis.

Anda mungkin juga menyukai