Anda di halaman 1dari 29

TERMODINAMIKA KIMIA

Termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari tentang


energi dan perubahanya dari suatu sistem dan lingkungan

Sistem adalah bagian dari alam semesta


yang menjadi objek pengamatan

Lingkungan adalah bagian dari alam


semesta diluar objek pengamatan.
Hukum dasar termodinamika

1. Hukum termodinamika ke nol


2. Hukum termodinamika ke satu
3. Hukum termodinamika ke dua
4. Hukum termodinamika ke tiga

1. Hukum termodinamika ke nol

Jika suhu sistem A = sistem B dan suhu sistem B = sistem C,


maka tidak ada panas yang mengalir dari sistem A ke sistem
C jika sistem A dihubungkan dengan sistem C

A B B C A C

Panas mengalir jika sistem dikenai kerja


atau kerja sistem mempunyai suhu berbeda
Pernyataan lain Hukum termodinamika ke nol

Bila dua sistem berada dalam keadaan kesetimbangan termal maka kedua
sistem memiliki suhu yang sama dan apabila tidak berada pada
kesetimbangan termal maka akan memiliki suhu yang berbeda

A B C
2. HUKUM TERMODINAMIKA KE SATU

Perubahan energi internal sistem (∆ E) sama dengan energi panas (q) yang
diterima sistem dikurangi kerja (w) yang di lakukan sistem, ditulis sbb :

∆ E = q − w atau dE = dq − dw

E = Ek + Ep

E : gabungan berbagai macam energi, yaitu


energi translasi, rotasi, vibrasi, elektronik, dll.

Penentuan energi internal sulit, maka dalam percobaan


dilakukan dengan menghitung perubahan energi (∆ E)

∆E = Eakhir – Eawal

∆E fungsi keadaan ↔ keadaan awal dan akhir


tak tergantung jalan yang ditempuh sistem
Etermal = ET – E0

ET : energi internal pada suhu T

E0 : energi internal pada 0 Kelvin


Kerja, w : hasil kali faktor intensitas dan faktor kapasitas

Faktor intensitas : gaya, tekanan dll

Faktor kapasitas : jarak, muatan listrik dll


Macam² kerja :
Kerja mekanis dw = f dl (f = gaya)
Kerja permukaan dw = γ dA (γ = tegangan muka)
Kerja listrik dw = ε dq (ε = beda potensial)
Kerja gravitasi dw = mg dl (m = massa, g = perc.gravitasi)
Kerja ekspansi dw = P dV (P=tekanan,V=volume
w : positif jika sistem melakukan kerja
w : negatif jika sistem dikenai kerja oleh lingkungan sekitar
Untuk sistem yang melakukan kerja ekspansi dw = PdV
Untuk V konstan (isokhor) dV = 0 , dw = 0
∆E = q − w = q V

Panas mengalir pada V konstan (isokhor), merupakan ukuran


langsung ∆E → menggunakan kalorimeter bom (∆Epembakaran)
Entalpi: H = E + PV
Perubahan entalpi : ∆H = ∆E + ∆PV

Pada P konstan (isobar) : ∆H = ∆E + P ∆V


Kerja ekspansi w = P ∆V → ∆E = qP − w → ∆H = qP
Aliran panas pada P konstan (isobar) : ukuran dari ∆H
Pengukuran panas reaksi dalam kalorimeter, gelas
piala, labu pada P konstan diberi notasi ∆Hreaksi
Contoh
CaCO₃(padat) → CaO (padat) + CO₂ (gas)
T = 950⁰C ; PCO₂ = 1 atm ; ∆H = 176 kj/mol
∆E dekomposisi pada 1 atm ?
∆E = ∆H – P∆V
∆V = Vproduk – Vreaktan = VCO₂
CO₂ dianggap sebagai gas ideal : PV = nRT → V = nRT/P
P∆V = nCO₂ RT
= 1mol. 8,31 j.mol⁻ᴵK⁻ᴵ. 1223K
= 10,2 kj
∆E = 176 − 10,2 =165,8 kj
KAPASITAS PANAS Molar (C)

Dirumuskan :

Untuk V konstan: qV = ∆E maka

Untuk P konstan : qP = ∆H maka

Untuk gas ideal E dan H tak tergantung P dan V maka


dE = CV dT dan dH = CP dT

CP sebagai fungsi suhu ditulis


CP = a + bT + cT² + dT³ atau CP = a + bT + cT⁻²
APLIKASI HUKUM TERMODINAMIKA KE 1

a. Ekspansi isotermal (T konstan) reversibel gas ideal.


Energi internal gas ideal hanya merupakan fungsi suhu,
maka pada kondisi isotermal (T konstan) → ∆E = 0

b.Ekspansi isobar (P konstan) isotermal (T konstan) gas ideal

∆E = ∆H = 0 →

c.Perubahan fase isobar (P konstan) isotermal (T konstan)


q = ∆H →
TERMOKIMIA

a.Panas reaksi
Adalah harga ∆H atau ∆E yang menyertai
reaksi kimia isotermal (T konstan)
Reaktan pada suhu T = produk pada suhu T
Pada P konstan atau V konstan,
panas < 0 → eksotermis , panas > 0 → endotermis
Reaksi eksotermis berjalan spontan ,endotermis tidak spontan
Perubahan panas bukan satu²nya kriteria spontanitas reaksi
Persamaan termokimia yang lengkap menyangkut
beberapa aspek misal, stoikiometri,perubahan energi,
fasa zat² yang bereaksi
Notasi² yang sering dipakai : M(molar), m(molal),
aq(aqueus), l(likuit/cair), g(gas), s (solid/padat)
b.Hubungan antara ∆H dan ∆E reaksi
Untuk fasa gas : ∆H = ∆E + ∆(PV) → ∆H = ∆E + ∆ngRT

∆ng = ∆n untuk fasa gas

c.Panas reaksi sebagai fungsi suhu

Ketergantungan panas reaksi terhadap suhu dinyatakan:

d(∆Q) = (∆ci) dT
∆Q = ∆H atau ∆E ∆Ci = ∆Cp atau ∆CV

∆Ci = ΣCi(produk) − ΣCi(reakktan)


Perhitungan termodinamika

a.Hukum Hess

Panas reaksi dapat dihitung dari persamaan termokimia


dengan panas reaksi yang telah diketahui
Panas reaksi (∆H atau ∆E): fungsi keadaan

b.Panas pembentukan

Adalah panas reaksi pada proses pembentukan


1 mol senyawa dari unsur²nya yang stabil

Hukum Hess dapat ditulis:


c.Panas netralisasi
Adalah panas netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya

d.Panas Pelarutan
Panas reaksi untuk proses pelarutan → panas pelarutan
1 mol solut dalam n mol solven integral (∆Hi ).

Jika Clarutan = Csolven → panas pelarutan deferensial (∆Hd ).

Hubungan ∆Hi dengan ∆Hd

m : molalitas solut
PERUBAHAN FASA
a.Fasa materi
Materi (zat) dapat mempunyai beberapa
kemungkinan fasa : padat, cair, gas
Tiap perubahan fasa mempunyai energi transisi fasa tertentu

ΔHT0(pencairan) : perubahan fasa padat → cair


ΔHT0(kristalisasi) : perubahan fasa cair → padat
ΔHT0(penguapan) : perubahan fasa cair → gas
ΔHT0(sublimasi) : perubahan fasa padat → gas

Hukum kekekalan energi → Hpencairan = Hkristalisasi


b.Entalpi pemanasan

Yaitu perubahan entalpi pada perubahan suhu substansi

c.Persamaan Clapeyron

Untuk perubahan fasa berlaku

∆H : perubahan entalpi transisi


∆V : perubahan volume transisi
Untuk perubahan fasa cair → uap (pers.Clausius-Clapeyron)
Contoh
Panas pembakaran gas metana (CH₄) pada V konstan ,
pada T = 25⁰C adalah − 211,613 kkal/mol.
∆H ?

Jawab :
CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(l)
R = 1,9872 kal/mol
∆E = − 211,613 kkal/mol ,
∆n = 1 − 3 = − 2
∆H = ∆E + ∆ngRT
∆H = − 211,613 + (-2)(1,9872 )(298)
∆H = − 212,798 kkal
HUKUM TERMODINAMIKA KE DUA

Entropi (S) : ukuran ketidakteraturan sistem.


Setiap perubahan spontan selalu disertai kenaikkan entropi

∆Stotal = ∆Ssistem − ∆Slingkungan

Pada P dan T konstan


∆Hsistem = − qlingkungan
ENERGI BEBAS GIBBS

Didefinisikan : G = H − TS
Untuk perubahan pada P dan T konstan
∆G = ∆H − T∆S
Untuk proses spontan ∆G < 0
Pada P dan T konstan ∆G ditentukan oleh ∆H dan ∆S
Sistem eksotermis, proses spontan jika ∆H < 0 dan ∆S > 0
Sistem endotermis, proses spontan jika ∆H > 0 dan ∆S < 0
Jika ∆H > 0 dan ∆S > 0 atau ∆H < 0 dan ∆S < 0
reaksi berjalan spontan ditentukan T
∆H > 0 dan ∆S > 0, ∆G < 0 pada T >> , T∆S > ∆H
∆H < 0 dan ∆S < 0, ∆G < 0 pada T <<
CONTOH
Reaksi 1 mol Brom cair dengan 1 mol gas Klor
menghasilkan molekul BrCl
Br2(l) + Cl2(g) → 2BrCl(g)
Pada T = 25⁰C , P = 1 atm, ∆H =7,0 kkal/mol
Harga entropi (S)
Br₂ cair = 36,4 kal.mol⁻ᴵK⁻ᴵ
Cl ₂ gas = 53,3 kal.mol⁻ᴵK⁻ᴵ
BrCl gas = 57,3 kal.mol⁻ᴵK⁻ ᴵ
Pada T = 25⁰C , P = 1 atm, ∆H =7,0 kkal/mol
∆S = 2 SBrCl − SBr₂ − SCl₂ ∆S = 24,9 kal.mol⁻¹K⁻¹
∆G = ∆H − T∆S
∆G = 7,0 kkal/mol − (298K)(0,249 kkal.mol⁻¹K⁻¹)
∆G = − 0,4 kkal/mol < 0 → spontan
HUKUM TERMODINAMIKA KE TIGA

Kandungan entropi (S) semua kristal murni /ideal


pada T = 0 K sama, berharga nol. ₀S⁰ = 0
Pada temperatur absolut ( 0 K) kristal dalam bentuk ideal

qref/T pada 0 K – 298 K disebut entropi standart : S0f

Untuk kristal non ideal ₀S⁰ > 0


Dari data panas pembentukan standart dan entropi standart,
dapat dihitung harga energi bebas pembentukan standart
Contoh, pembentukan CO₂ dari unsur²nya sbb
C(s/grafit) + O2(gas) → CO2(gas)
HUKUM TERMODINAMIKA KE TIGA
 Kandungan entropi (S) semua kristal murni pada T = 0 K
sama, berharga nol.
 Pada 0⁰K sampai 298⁰K disebut kedaan standart :
 Dari data panas pembentukan standart dan entropi
standart, dapat dihitung harga energi bebas pembentukan
standart.
 Contoh, pembentukan CO₂ dari unsur²nya sbb

C(s) grafit + O2(g) CO2(g)


ENERGI BEBAS DAN KESETIMBANGAN
 Reaksi peruraian N₂O₄ menjadi NO₂ berjalan dalam
kesetimbangan.
N2O4 2NO2
 Perubahan energi bebas reaksi : ∆G = 2 GNO₂ − GN₂O₄
 Perubahan energi bebas standart : ∆G0 = 2 G0 NO₂ – G0N₂O₄
 Hubungan ∆G ↔ ∆G0 ↔ aktifitas
 GNO₂ = G0NO₂ + RT ln aNO₂ dan GN₂O₄ = G0N₂O₄ + RT ln aN₂O₄
 ∆G = 2 G0NO₂ + RT ln (aNO₂)2 − G0N₂O₄ – RT ln aN₂O₄
Pengukuran aktifitas gas, dinyatakan dalam term tekanan parsial
 Pada keseimbangan ∆G = 0
 ∆G0 = − RT ln KP

 Contoh,
 Reaksi 3 NO(gas) → N2O(gas) + NO2(gas)
 Untuk reaksi tersebut ∆Gᴼ = − 104.18 kJ mol-1 dan
 R = 8,315 L mol-1K-1
 Hitung harga K pada suhu 250C
1. Dekomposisi CaCO3(S) → CaO(S) + CO2(g)
Pada 950⁰ C dan tekanan gas CO2 1 atm, dikatahui Δ H = 176 Kj/mol
Dengan asumsi perubahan padatan kecil. Hitung Δ E dekomposisi tersebut
pada 1 atm
Δ E = Δ H - P ΔV

Atau

P ΔV = 1 mol . 8,31 j molˉ¹Kˉ¹ . 1223 K = 10,2 Kj


Δ E = 176 – 10,2 = 165,8 Kj
2. Jika 1,00 kJ kalor dipindahkan ke 2 mol gas argon ( pada 298 K, 1 atm)
Berapa suhu akhir Tf bila kalor dipindahkan (a) pada volume tetap atau
(b) pada tekanan tetap. Hitung pula perubahan energi ΔE setiap kasus!

Jawab :
Argon adalah gas mono atomik, yang mendekati sifat gas ideal, maka
Contoh Soal

1. Sebuah silinder berisi 2,00 L gas bertekanan 1,00 atm. Tekanan luar juga 1,00 atm
Gas dalam silinder dilengkapi piston yang dapat bergerak bebas, dipanaskan pelan²
Untuk menjaga tekanan gas mendekati 1,00 atm. Jila pemanasan berlanjut sampai
Volume akhir mencapai 3,50 L, hitung kerja yang dilakukan pada gas dalam satuan Joule

Jawab: Terjadi ekspansi sitem dari 2,00 L menjadi 3,50 L melawan tekanan luar konstan
Sebesar 1,00 atm. Maka:
W = - P ΔV = - (1,0 atm)( 3,50 L – 2,0 L) = - 1,50 L atm
= ( - 1,50 L atm) (101,325 J/L atm) = -152 J
W mempunyai harga – 152 J: berarti kerja dilakukan pada gas atau kerja + 152 J dilakukan
Oleh gas
Untuk gas ideal, ∆E = ∆Etermal
 Etermal = ET – E0
 ET : energi internal pada suhu T
 E0 : energi internal pada 0 Kelvin
 < 1000K Etermal : gabungan energi translasi,rotasi,vibrasi
molekul tunggal. Untuk 1 mol gas berlaku :
 Etermal translasi = ½ RT
 Etermal rotasi = ½ RT
 Etermal vibrasi
Dianggap tidak ada

h : konstanta Planck
ν : vrekuensi vibrasi
k : konstanta Bolzmann

Anda mungkin juga menyukai