Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN POLA MAKAN, IMT, AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH

TINGGI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN LUBUK PAKAM III

SOUMI RAMADHANI
P01031216077

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Salah satu masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah
hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Hipertensi atau yang
dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal
yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas
tekanan darah yang dianggap normal adalah 120/80 mmHg. Bila tekanan
darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (Adib, 2009
dalam Almina Rospitaria tarigan dkk 2018).
WHO menyebutkan jumlah penderita hipertensia akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah. Pada 2025
mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO
menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi
sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika memegang
posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika
sebesar 35% dan Asia Tenggara 36% di Asia penyakit ini telah membunuh
1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang
menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai
32% dari total jumlah penduduk (Widiyani, 2013).
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). (Riskesdas
2018).
Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor risiko yang
meningkatkan penyakit hipertensi. Faktor makanan modern sebagai
POLA penyumbang utama terjadinya hipertensi (AS, 2010 dalam Solehatul
Mahmudah). Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak
MAKAN dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan
kenaikan berat badan sehingga volume darah mengalami
peningkatan tekanan yang lebih besar (Ramayulis, 2010 dalam
Solehatul Mahmudah).

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk


memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT
hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
IMT
olahragawan (Supariasa, 2012). Peningkatan berat badan
memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya
hipertensi pada orang dengan obesitas (Nurrahmani, 2012 dalam
Nieky Greyti Dien, Dkk).
Aktifitas fisik adalah setiap
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran
energi. Kurangnya aktifitas fisik
merupakan faktor risiko indepeden untuk
penyakit kronis dan secara keseluruhan
diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global. (paffenbarger et
al, 1981 dalam Emerita stefhany).
Berdasarkan uraian diatas
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan pola
makan, IMT, aktivitas fisik dengan
tekanan darah tinggi pada lansia di
Posyandu Lansia kelurahan Lubuk
Pakam III”.
Adakah Hubungan pola makan,
IMT, aktivitas fisik dengan tekanan
RUMUSAN MASALAH darah tinggi pada lansia di
Posyandu kelurahan Lansia Lubuk
Pakam III.

TUJUAN PENELITIAN

TUJUAN KHUSUS

TUJUAN UMUM
TUJUAN UMUM
Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan pola makan, IMT,
aktivitas fisik dengan tekanan darah tinggi pada
lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Lubuk
Pakam III.

TUJUAN KHUSUS

1. Untuk Menilai pola makan pada lansia yang memiliki tekanan darah tinggi di
posyandu lansia Kelurahan Lubuk Pakam III.
2. Untuk Menilai Indeks Massa Tubuh pada lansia yang memiliki tekanan darah
tinggi di posyandu lansia Kelurahan Lubuk Pakam III.
3. Untuk Menilai Aktivitas fisik pada lansia yang memiliki tekanan darah tinggi di
posyandu lansia Kelurahan Lubuk Pakam III.
4. Menilai tekanan darah pada lansia yang memiliki tekanan darah tinggi di
Posyandu lansia Kelurahan Lubuk Pakam III.
5. Menganalisis hubungan pola makan, IMT, aktivitas fisik dengan tekanan darah
pada lansia yang memiliki tekanan darah tinggi di Posyandu Lansia Kelurahan
Lubuk Pakam III.
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan


BAGI PENELITI kemampuan dan wawasan peneliti dalam penulisan skripsi.
2. Menambah wawasan terkait hubungan pola makan, IMT,
aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia
3. Serta sebagai media pengembangan kompetensi diri sesuai
dengan bidang keilmuan yang diperoleh selama
perkuliahan.

Memberikan informasi kepada lansia mengenai


BAGI
pentingnya mengetahui hubungan pola makan,
MASYARAKAT
IMT dan aktivitas fisik

Menambah pengetahuan kader tentang faktor


BAGI KADER
POSYANDU penyebab hipertensi pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian hipertensi
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanansistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.Tekanan darah
manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari.Tekanan darah tinggi
menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten.Tekanan darah
tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah .
(Palmer, 2007).

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal 120 80

Pra-hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi Tingkat 2 ≥ 160 160 ≥ 100


POLA MAKAN

Pola makan adalah suatu


cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi
gambaran dengan meliputi
mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan
penyakit (Depkes RI, 2009).
Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga) komponen
yang terdiri dari: jenis, frekuensi, dan jumlah makanan

Jenis makan

Frekuensi makan

Jumlah makan
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body
Mass Index (BMI) merupakan alat
atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa,
khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat
badan. Penggunaan IMT ini hanya
untuk orang dewasa berusia >18
tahun dan tidak dapat diterapkan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil,
IMT dan olahragawan. Berat badan kurang
dapat meningkatkan resiko terhadap
penyakit infeksi, sedangkan berat
badan lebih akan meningkatkan
resiko terhadap penyakit degeneratif.
Oleh karena itu, mempertahankan
berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup yang lebih panjang
(Kemenkes RI, 2011 dalam sabila
rusyadi).
AKTIVITAS FISIK

Menurut Sunita Almatsier (2009) dalam sabila


rusyadi 2017 mengemukakan bahwa aktivitas
fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot
tubuh dan sistem penunjangnya. Selama
aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di
luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan
energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan
oksigen ke seluruh tubuh untuk mengeluarkan
sisa-sisa dari tubuh.
Manfaat Aktivitas Fisik

Menurut American Diabetes


Association (2015), aktivitas fisik
bermanfaat untuk menjaga tekanan darah
dan kolesterol, menurunkan resiko
penyakit jantung dan stroke, menjaga berat
badan, menurunkan tingkat stress,
memperkuat jantung dan memperbaiki
sirkulasi darah, memperkuat tulang dan
otot, menjaga fleksibilitas sendi, serta
menurunkan gejala depresi, dan
memperbaiki kualitas hidup
Menurut WHO (Surya Dhimas Adhitya, 2016) faktor-faktor
yang memengaruhi aktivitas fisik meliputi:

1. GAYA HIDUP
2. PENDDIDIKAN
3. LINGKUNGAN
4. HEREDITAS
Lanjut Usia
Berdasarkan Undang-undang Nomor 13
Tahun 1998 dikatakan bahwa lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun keatas. Lanjut Usia adalah
seseorang baik wanita maupun laki-laki
yang telah berusia 60 tahun keatas,
dimana lanjut usia secara fisik dapat
dibedakan atas dua yaitu lanjut usia
potensial maupun lanjut usia tidak
potensial. (Nur Intan Putri 2016)
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

PERUBAHAN FISIK

PERUBAHAN INTELEKTUAL

PERUBAHAN KEAGAMAAN
F. Kerangka Teori

Karakteristik

- Usia
- Jenis Kelamin
- Ras
- Riwayat Hipertensi
- Resistensi Insulin

Pola Makan

- Lemak
- Natrium
- Kalium

Gaya Hidup
Hipertensi
- Kebiasaan Minum
kopi
- Kebiasaan merokok
- Kebiasaan minum
minuman beralkohol
- Stress
- Aktivitas Fisik

Indeks Massa Tubuh


G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pola makan, IMT, aktivitas fisik dengan
tekanan darah tinggi pada lansia di posyandu lansia kelurahan Lubuk
Pakam III.

- Pola Makan
- IMT Tekanan Darah Tinggi
- Aktivitas Fisik
H. Denisi Operasional
Tabel 4. Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala


`1. Tekanan Darah Tekanan darah tinggi yang di ukur langsung dengan ordinal
Tinggi alat sphygmamanometer. Dikategorikan menjadi :

1. Hipertensi tekanan sistolik 140 mmHg aau lebih,


atau diastolik 90 mmHg atau lebih.
2. Tidak hipertensi (jika tekanan sistolik <140 mmHg
dan tekanan diastolik <90 mmHg)
(JNC VII, 2003).

2. Pola makan Jumlah asupan makan yang dikonsumsi oleh lansia ordinal
selama 24 jam dikumpulkan dengan metode food
recall 24 jam selama 3 hari dengan tidak berurut-turut
dengan food model, kemudian dihitung dengan sistem
data Nutrisurvey. Dikategorikan menjadi:

1. Kurang : < 25 – 30 gr/hari


2. Baik : > 25 – 30 gr/hari
3. IMT Keadaan fisik dari lansia yang ditentukan berdasarkan ordinal
pengukuran antropometri dengan menggunakan
rumus berat badan dalam kg dibagi tinggi badan
dalam meter kuadrat. Dengan kategori :

1. Kurus <17 kg/m2


2. Normal > 18,5 – 25 kg/m2
3. Gemuk > 25 – 27 kg/m2
4. Aktivitas fisik Kegiatan yang biasa dilakukan responden setiap hari, ordinal
dengan mewawancarai responden menggunakan
formulir kuesioner. Kegiatan fisik dikelompokkan
menjadi melakukan pekerjaan baik di kantor,
berolahraga, dan kegiatan di waktu luang.
Dikategorikan :

1. Ringan, jika indeks < 5,6


2. Sedang, jika indeks 5,6 – 7,9
3. Berat, jika indeks > 7,9
Hipotesis
H1 : Ada Hubungan pola makan
dengan tekanan darah tinggi pada lansia
di Posyandu Lansia kelurahan Lubuk
Pakam III.
H2 : Ada Hubungan IMT dengan
tekanan darah tinggi pada lansia di
Posyandu Lansia kelurahan Lubuk Pakam
III.
H3 : Ada Hubungan aktivitas fisik
dengan tekanan darah tinggi pada lansia
di Posyandu Lansia kelurahan Lubuk
Pakam III.

H0 : Tidak ada Hubungan pola


makan, IMT, Aktivitas fisik dengan
tekanan darah tinggi pada lansia di
Posyandu Lansia kelurahan Lubuk Pakam
III.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Kelurahan Lubuk Pakam III. Penelitian ini
akan dilakukan pada Desember 2019 sampai dengan Februari 2020. Survey
pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 10 september 2019.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini bersifat Observasional dengan rancangan penelitian Crossectional.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar posyandu Lansia di
kelurahan Lubuk Pakam III sejumlah 50 orang.

2. Sampel
sampel adalah bagian dari populasi. Hasil dari survey lokasi di dapatkan jumlah sampel
pada penelitian ini adalah 34 orang lansia yang memiliki tekanan darah tinggi.
D. Jenis dan Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder
2. Cara Pengumpulan Data
a. Data Primer
1. Identitas Sampel (nama, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir)
diperoleh dengan wawancara langsung dengan mengisi form identitas
sampel
2. Data pola makan yang diperoleh dari hasil food recall
3. Data IMT diperoleh dengan antropometri.
4. Data aktivitas fisik yang diperoleh dari pengisian kuesioner.
5. Data tekanan darah tinggi diperoleh dengan menggunakan alat
sfigmomanometer.
b. Data Sekunder
Data-data dikumpulkan meliputi data lansia yang terdaftar pada posyandu
lansia di lubuk pakam III.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
a. Data identitas sampel yang sudah dikumpulkan
diolah secara manual menggunakan program
komputer.
b. Data pola makan yang dikumpulkan melalui metode
food recall, dan melalui spss.
c. Data IMT yang di kumpulkan melalui pengukuran
antropomeri yg akan di masukkan ke dalam spss.
d. Mengukur aktivitas fisik diperlukan indeks bekerja,
indeks berolahraga, dan indeks waktu luang,
menggunakan pertanyaan setiap pertanyaan
diberikan skor 1 untuk jawaban yang benar dan skor
0 untuk jawaban yang salah.
2. Analisis data

a. Analisis data univariat


Analisis data univariat digunakan untuk melihat frekuensi dan presentase
dari variabel dependen yaitu tekanan darah tinggi dan variabel independen
yaitu pola makan,IMT, aktivitas fisik.

b. Analisis data bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan pola makan, IMT,
aktivitas fisik dengan tekanan darah di posyandu lansia kelurahan lansia
lubuk pakam III menggunakan uji Chi-Square dengan p value <0,05.

Anda mungkin juga menyukai