(SKP)
DASAR HUKUM
1. Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. PerMenKes No 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien di RS
3. PMK No 72 Tahun 2016 tentang standart
pelayanan kefarmasian di RS
4. Hand Hygiene Guidelines WHO Tahun 2009
5. ISMP List of High Alert Medication in Acute
Setting Tahun 2014
Daftar Singkatan
1. SKP : Sasaran Keselamatan Pasien
2. PPA : Profesional Pemberi Asuhan
3. DNR : Do Not Resucitate
Gambaran Umum
• Maksud dan tujuan :
Agar terhindar dari KESALAHAN
• Mengacu pada :
Nine Life – Saving Patient Safety Solution dari WHO
Patien Safety (2007)
• Terdiri dari :
10 Standart dan 37 Elemen Penilaian
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN
• Sasaran 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
• Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
• Sasaran 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang
perlu diwaspadai
• Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar
• Sasaran 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
• Sasaran 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh
SASARAN 1
MENGIDENTIFIKASI
PASIEN DENGAN BENAR
Identifikasi Pasien
• Siapa saja yang wajib diidentifikasi?
Pasien rawat inap dan rawat jalan
• Pasien rawat inap diidentifikasi dengan cara
menggunakan gelang identitas
• Pasien rawat jalan tidak harus menggunakan
gelang identitas pasien kecuali telah ditetapkan
oleh RS, misalnya ruang haemodialisa
• Identifikasi pasien pada gelang identitas harus
dicetak, tulisan tangan hanya boleh bila printer
rusak/ tidak ada fasilitas untuk itu dan harus
segera diganti bila printer berfungsi kembali
Identifikasi Pasien
• Menggunakan 2 identitas dari 3 minimal identitas wajib, yaitu:
1. Nama lengkap pasien sesuai e-ktp
2. Tanggal lahir
3. Nomor rekam medis
• Bila ada pasien dengan nama sama harus diberi tanda “HATI-
HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA” pada rekam medik dan
semua formulir permintaan penunjang
Warna Gelang Identitas
Cara Identifikasi Pasien
Pertemuan pertama seorang petugas dengan
pasien (pada shift yang sama) dilakukan secara:
1. Verbal : Tanyakan nama pasien
2. Visual : Lihat gelang pasien
MENINGKATKAN
KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
Komunikasi Efektif
• Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu,
akurat, lengkap, tidak mendua dan diterima
oleh pemberi informasi
• Tujuan komunikasi efektif untuk mengurangi
kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien
Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan
• Terjadi pada saat :
- Perintah diberikan secara lisan
- Perintah diberikan melalui telepon
- Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis
Komunikasi efektif antar pemberi
pelayanan didalam RS
1. Melakukan proses komunikasi meliputi proses
menuliskan perintah, membaca ulang dan
konfirmasi ulang (Write, read back, confirm)
TULBAKON
2. Buat standar : Singkatan, Akronim, Simbol yang
berlaku di RS dan singkatan yang dilarang (MIRM
12 EP 5)
3. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam &
tanggal, isi perintah, nama dan tanda tangan
penerima dan pemberi perintah
Komunikasi efektif antar pemberi
pelayanan didalam RS
4. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat
LASA, maka harus dieja satu per satu hurufnya
5. Konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah mendengar
pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran secara
lisan misal “ya sudah benar”.
6. Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang
harus diminta pada waktu kurang dari 24 jam.
7. Komunikasi efektif dilakukan pada saat :
- Serah terima antar PPA
- Serah terima antar layanan dalam RS
- Serah terima unit Rawat inap ke unit layanan diagnostik atau
tindakan
PELAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
• Proses pelaporan formal yang menunjukkan nilai
kritis hasil pemeriksaan diagnostik.
• SKP 2.1
RS menetapkan regulasi untuk proses pelaporan
hasil pemeriksaan diagnostik kritis
• SKP 2.2
RS menetapkan dan melaksanakan proses
komunikasi “serah terima” (hand over).
Elemen Penilaian SKP 2
1. Ada regulasi tentang komunikasi efektif antar PPA.
(R) (Lihat TKRS 3.2)
2. Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antar PPA
(D,W)
3. Pesan verbal atau lewat telpon ditulis lengkap,
dibaca ulang oleh penerima pesan dan dikonfirmasi
oleh pemberi pesan (D,W,S) (Lihat AP 5.3.1)
4. Peyampaian hasil pemeriksaan diagnostik ditulis
lengkap, baca ulang dan konfirmasi oleh pemberi
pesan secara lengkap (D,W,S)
Regulasi SKP 2
• Peraturan Direktur tentang Komunikasi Efektif
• Panduan komunikasi efektif
• Panduan penggunaan kode diagnosis, simbol
dan singkatan (MIRM 12)
• SPO komunikasi efektif
• SPO komunikasi via telepon
Elemen Penilaian SKP 2.1
1. RS menetapkan besaran nilai kritis hasil
pemeriksaan diagnostik dan hasil diagnostik
kritis (R). (Lihat AP 5.3.2)
2. RS menetapkan siapa yang harus
melaporkan dan siapa yang harus menerima
nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan
dicatat di RM (W, S). (Lihat AP 5.3.2 EP 2)
Regulasi SKP 2.1
• Peraturan Direktur tentang penetapan nilai
kritis hasil pemeriksaan diagnostik
• Daftar nilai kritis pemeriksaan diagnostik dan
hasil diagnostik kritis
• SPO Pelaporan hasil kritis
Elemen Penilaian SKP 2.2
1. Ada bukti catatan tentang hal kritikal
dikomunikasikan diantara PPA pada waktu
serah terima pasien (D,W) (Lihat MKE 5)
2. Formulir, alat, metode ditetapkan untuk
mendukung proses serah terima pasien (D,W)
3. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan
komunikasi yang terjadi waktu serah teri,a
pasien untuk memperbaiki proses (D,W)
SASARAN 3
Meningkatkan
keamanan obat-obatan
yang diwaspadai
• Terdiri dari :
- Obat risiko tinggi
- Obat NORUM
- Elektrolit konsentrat
Contoh obat yang perlu diwaspadai :
Obat Risiko Tinggi Elektrolit Konsentrat
• Insulin • Potasium Clorida (KCl) > 2
• Heparin mEq/ ml
• Kemoterapeutik • Potassium fosfat > 3 mmol/
ml
• Natrium Clorida (NaCl) >
0,9 %
• Magnesium Sulfat (MgSO4)
> 20%
Ketentuan Obat High Alert
1. Penempatan obat high alert sebaiknya
disimpan di Instalasi Farmasi/ Unit/ Depo
2. Tersedia daftar obat dan panduan tata
laksana obat risiko tinggi, NORUM, dan
elektrolit konsentrat
3. Penulisan resep untuk obat NORUM
menggunakan huruf kapital
4. Lakukan pemberian label dengan jelas
Ketentuan obat High Alert
5. Penyimpanan terpisah, akses dan jumlah terbatas
6. Tempelkan stiker “High Alert” pada setiap dos obat
7. Beri stiker “High Alert” pada setiap ampul obat high
alert yang akan diserahkan kepada perawat
8. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam
kontainer/ rak tersendiri/ khusus
9. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat
lainnya
10. Simpan obat narkotika secara terpisah dalam lemari
terkunci dan berpintu ganda. Setiap pengeluaran
harus diketahui oleh penanggung jawab dan dicatat.
Ketentuan Obat High Alert
11.Obat yang masuk daftar NORUM tidak
ditempatkan di area yang berdekatan,
minimal diselingi 1 obat yang bukan kategori
NORUM
12.Tempelkan label hijau untuk obat NORUM
pada kotak obatnya
13.Untuk elektrolit konsentrasi tinggi, berikan
stiker “High Alert Double Check” berwarna
merah pada obatnya
Ketentuan Obat High Alert
14.Lakukan prinsip 7 tepat
- Benar obat
- Benar dosis
- Benar waktu dan frekuensi pemberian
- Benar rute pemberian
- Benar identitas pasien ( Nama, no rekam
medis, tangal lahir)
- Benar informasi
- Benar dokumentasi
Standar SKP 3 & 3.1
• Standart SKP 3
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
melaksanakan proses meningkatkan
keamanan terhadap obat yang perlu diwaspadai
• Standart SKP 4
Rumah sakit memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur dan tepat pasien sebelum menjalani
tindakan dan atau prosedur