Anda di halaman 1dari 84

Case Report Session

STATUS EPILEPTIKUS

Aa Noval Ubaidillah
Sri Rahmi Putri
Wahyu Yogma Sutantyo
Wira Lestiani Alif

Preseptor:
dr. H. Edi Nirwan, Sp.S. M.Biomed
Pendahuluan
• Status epileptikus menurut International League Againts Epilesy (ILAE)
adalah kejang yang berlangsung terus-menerus selama periode
waktu tertentu atau berulang tanpa adanya pemulihan kesadaran
diantara kejang. Para ahlii sepakat, kejang berlangsung selama 30
menit atau lebih.
• Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi, sehingga
epilepsi menjadi salah satu penyakit neurologis yang paling umum di
dunia.
• Permasalahan epilepsi tidak hanya dari segi medis tetapi juga sosial
dan ekonomi penderita maupun keluarganya.
• Batasan Masalah
Penulisan case report ini dibatasi mengenai definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana epilepsi, dan status epileptikus.
• Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan case report ini adalah untuk menambah
pengetahuan mengenai epilepsi dan status epileptikus.
• Metode Penulisan
Metode Penulisan case report ini adalah berdasarkan tinjauan
kepustakaan dari berbagai literatur.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Epilepsi adalah suatu penyakit otak yang ditandai dengan kondisi/gejala
berikut:
• Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks
dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam.
• Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan
kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan
sama dengan (minimal 60%) bila terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi/
bangkitan refleks (misalkan bangkitan pertama yang terjadi 1 bulan setelah
kejadian stroke, bangkitan pertama pada anak yang disertai lesi structural
dan epileptiform dischargers) .
• Sudah pernah ditegakkan diagnosis sindroma epilepsi.
Etiologi

Epilepsi Idiopatik kerusakan


kerusakanpada
padaotak
otak
baik
baikintrakranial
intrakranial
maupun
maupunekstrakranial
ekstrakranial

tidak terdapat les


structural di otak atau
deficit neurologis
Epilepsi Simtomatik
Patofisiologi
Gangguan pada
sel neuron

Cidera sel glia


Gangguan pada (meningkatnya
mekanisme inhibisi eksitabilitas sel
dan eksitasi sinaps neuron)
Manifestasi Klinis

1 Kejang Parsial Simplek 5 Kejang Mioklonik

2 Kejang Partial Kompleks 6 Kejang Klonik

Kejang Parsial Kejang


3 Umum Sekunder 7 Kejang Tonik

Kejang tidak dapat


4 8 Kejang Absen
diklasifikasikan
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
EEG

• Asimeteri irama dan voltase gelombang pada daerah


yang sama dikedua hemisfer otak.
• Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih
lambat dibanding seharusnya misal gelombang delta.
• Adanya gelombang tajam, paku (spike), paku-ombak,
paku majemuk, dan gelombang lambat yang timbul
secara paroksimal.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Urin

Pemeriksaan Darah

Lumbal Pungsi

Pencitraan
Status Epileptikus
Definisi
Click to add text.

• kejang yang berlangsung


Click to add text.terus-menerus selama
periode waktu tertentu atau berulang tanpa
adanya pemulihan
Click tokesadaran
add text. diantara kejang.
Para ahlii sepakat, kejang berlangsung selama
30 menit
Click atau lebih
to add text.
TATALAKSANA EPILEPSI DAN STATUS EPILEPTIKUS

Tujuan  mengatasi kejang  kadar obat dalam therapeutic


range tanpa menimbulkan gelaja toksik

PRINSIP TATALAKSANA

• Mendiagnosis secara pasti, menentukan etiologi, jenis


serangan dan sindrom epilepsi
• Memulai pengobatan dengan satu jenis obat antiepilepsi
• Penggantian obat antiepilepsi secara bertahap apabila obat
antiepilepsi yang pertama gagal
• Pemberian obat anti epilepsi sampai 1-2 tahun bebas kejang
Syarat penghentian obat anti epilepsi:

Min. 2 tahun bebas bangkitan Hentikan satu per satu

Bertahap 25% dosis awal Selama 3-6 bulan


Pilihan obat antiepilepsi

01 Fenobarbital
Dosis awal 4-5 mg/kgbb/hari dalam 2 dosis dan akan
• kejang tonik-klonik umum (grandmal), mencapai kadar terapeutik dalam 2-3 minggu. Kadar
• serangan parsial sederhana kompleks, terapeutik 15-40ug/ml dan efek toksik pada kadar
• status epileptikus lebih dari 60ug/ml.

Fenitoin
02 Dosis rata-rata adalah 4-6 mg/kgbb diberikan
• kejang parsial,
• kejang tonik-klonik, dan 2 kali sehari dan mencapai kadar terapeutik
• kejang saat tidur dalam 7-10 hari.
Pilihan obat antiepilepsi

03 Fenobarbital
Dosis 15-18 mg/kgbb 2 kali sehari. jika
• kejang parsial kompleks.
dikombinasikan dengan obat lain harus
• Tetapi juga efektif untuk kejang
diberikan tiga kali sehari.
parsial lainnya
• semua tonik-klonik.

Valproate
04 Dosis inisial anak adalah 15-20mg/kgbb/hari
• absen umum,
• kejang mioklonik, dalam 2-4 dosis mencapai kadar terapeutik
• serangan drop dan dalam 1-4 hari dan dilanjutkan dosis rumatan
• kejang tonik-klonik. 30-60 mg/kgbb/hari.
Tatalaksana Saat Kejang

primary survey circulation

airway
OAE

brathing
ADD TITLE HERE

01 TASK

02 TASK
Epilepsi pada Berbagai Kondisi

01 Epilepsi pada Menstruasi (Epilepsi Katamenial)


• peningkatan bangkitan epilepsi dua kali  pada saat perimenstrual, sekitar fase ovulasi
atau selama fase luteal yang inadekuat.

 Tambahkan OAE yang bekerja cepat seperti Klobazam. Dosis Klobazam 20-30 mg/hari
diberikan 10 hari selama periode mentruasi.
 Asetazolamid, dosis 250-500 mg perhari, pada 5-7 hari sebelum dan selama menstruasi.
 Terapi hormon  progesterone, metabolit progesterone, dan antagonis estrogen.
02 Epilepsi pada Kehamilan

Prinsip tatalaksana epilepsi saat hamil diantaranya

• Ibu diberikan informasi terkait risiko


• Jenis OAE yang sedang digunakan jangan diganti bila tujuannya hanya untuk
mengurangi resiko teratogenik.
• Kadar OAE diperiksa awal setiap trimester dan pada bulan terakhir kehamilan. Juga
dapat dipantau bila ada indikasi (misalnya bila terjadi bangkitan atau ragu dengan
ketaatan minum obat).
• Dosis OAE dapat dinaikkan apabila kadar OAE turun dibawah kadar OAE sebelum
kehmailan, atau sesuai kebutuhan klinik
Epilepsi Pada Menopause
03

• peningkatan kekambuhan pada saat perimenopause  peningkatan rasio


estradiol terhadap progesterone, terutama pada awal perimenopause.
• Setelah menopause, ketika estradiol terhadap progesterone menjadi rendah
dan stabil  penurunan bangkitan, terutama yang mengalami epilepsi
katamenial.
• Dianjurkan OAE noninduksi enzim karena tidak mempengaruhi metabolisme
kalsium dan tidak menekan produksi bentuk vitamin D aktif yang akan
meningkatkan resiko gangguan pada tulang seperti osteoporosis, osteopeni,
osteomalasia, dan fraktur
• zonisamid,
• lamotrigin,
• gabapentin,
• levetiracetam dan
• pregabalin)
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS Identitas Pasien

Nama / No. RM
• An. MK. NS/38.18.99

Umur
• 16 tahun

Jenis Kelamin
• Laki-laki

Pekerjaan
•-
LAPORAN KASUS Identitas Pasien

Alamat
• Bukittinggi

Status
• Belum Menikah

Agama
• Islam

Suku
• Minang
ILUSTRASI KASUS Anamnesis

Keluhan
Utama
Kejang
berulang
ILUSTRASI KASUS Anamnesis
Kejang berulang sejak 8 jam SMRS,
RPS dimana kejang didahului kaku pada
kedua tangan kemudian diikuti mata
melirik ke atas, kepala terangkat
kedepan, dan kaku hingga ke kaki.
Pada saat kejang pasien tidak sadar,
keluar BAK dan BAK saat kejang (-).
Jarak antara kejang ± 10 menit. Kejang
berlangsung selama ± 1 menit. Setelah
kejang pasien tidak sadar.
ILUSTRASI KASUS Anamnesis

RPS Demam sejak 1 hari yang lalu,


tinggi, terus menerus, tidak
menggigil. Demam menyebabkan
pasien kejang 1 kali dengan pola
yang sama namun tidak berulang.

Batuk (-), sesak nafas (-).


Mual dan muntah (-)
Keluar cairan lewat telinga (-)
Diare (-)
ILUSTRASI KASUS Anamnesis

RPS Pasien sudah berobat


ke puskesmas dan telah
mendapat obat suntik
namun tidak mengetahui
jenis obatnya
ILUSTRASI KASUS Anamnesis

RPD Pasien sudah dikenal


menderita epilepsy sejak usia
1 tahun. Berobat terkontrol
dengan dokter anak dan
minum obat rutin. Terakhir
kontrol tanggal 16 Februari
2018. Jenis obat yang
didapatkan adalah obat luminal
ILUSTRASI KASUS Anamnesis

RPK Tidak ada keluarga


yang memiliki
keluhan serupa
ILUSTRASI KASUS Anamnesis
Riwayat
sosial,
ekonomi,
Pasien tidak
kejiwaan
dan
sekolah dengan
kebiasaan aktivitas fisik
ringan
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan Fisik

Keadaan
Kesadaran Suhu
Umum
• Sedang • Somnolen • 37,2 C

Tekanan
Frek. Nafas Frek. Nadi
Darah
• 140/80 • 20 x/menit • 90 x/menit
mmHg
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan Fisik

Anemis /
BB / TB / IMT Edema
Sianosis / Ikterus
• 60 kg / 165 cm / • Anemis -/- • Tidak ada
22,05 kg/m2 • Ikterus -/-

KGB Kepala Leher

• Tidak ada • Normocephal • JVP 5 - 0


pembesaran cmH20
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan Fisik (Paru)

Inspeksi
Simetris kiri dan kanan

Palpasi Fremitus kanan sama dengan


kiri

Perkusi
Sonor kanan sama dengan kiri

Auskultasi
SN vesikular, Rh -/-, wh -/-
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan Fisik (Cor)

Inspeksi
Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi Iktus kordis teraba di RIC V linea


midclavicula sinistra 1 jari medial
Batas atas : RIC II
Perkusi Batas kanan : LSD
Batas kiri : LMCS RIC V 1 jari medial

Auskultasi S1-S2 reguler, Murmur (-)


Gallop (-)
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan Fisik (Abd)

Inspeksi
Tidak membuncit

Palpasi supel, hepar dan lien tidak


teraba, NT (-), NL (-)

Perkusi
Timpani

Auskultasi
Bising usus (+) normal
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan Fisik (Abd)

Inspeksi
Deformitas (-)

Palpasi
Nyeri tekan (-)
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan Fisik (Ver)

Inspeksi
Deformitas (-)

Palpasi
Nyeri tekan (-)
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan Fisik (Neo)

TRM Kaku kuduk (-) Brudzinki II(-)


Brudzinki I(-) Kernig (-)

Pupil isokor, diameter


↑TIK 3mm/3mm , reflek cahaya
+/+, reflek kornea +/+
ILUSTRASI KASUS N. Cranialis
Nervus I
(olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri

Subjektif Sulit dinilai Sulit dinilai

Objektif (dengan bahan) Sulit dinilai Sulit dinilai

Nervus II Penglihatan Kanan Kiri


(optikus) Tajam penglihatan Sulit dinilai Sulit dinilai

Lapangan pandang Sulit dinilai Sulit dinilai

Melihat warna Sulit dinilai Sulit dinilai

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


ILUSTRASI KASUS N. Cranialis
Nervus III
(okulomotorius) Kanan Kiri

Bola mata Ortho Ortho

Ptosis (-) (-)

Gerkan bulbus Doll’s eye manuver (+) Doll’s eye manuver (+)

Strabismus (-) (-)

Nistagmus (-) (-)

Ekso/endoftalmus (-) (-)

Pupil:

 Bentuk isokor isokor

 Refleks cahaya (+) (+)

 Refleks akomodasi Sulit dinilai Sulit dinilai

 Refleks konvergensi Sulit dinilai Sulit dinilai


ILUSTRASI KASUS N. Cranialis

Nervus IV (Troklearis)
Kanan Kiri

Gerakan mata ke bawah + +

Sikap bulbus Ortho Ortho

Diplopia - -

Nervus VI
(Abdusen)
Kanan Kiri

Gerakan mata ke lateral + +

Sikap bulbus Ortho Ortho

Diplopia - -
ILUSTRASI KASUS N. Cranialis
Kanan Kiri
Nervus V Motorik
(Trigeminu • Membuka mulut Sulit dinilai Sulit dinilai

s) • Menggerakkan rahang Sulit dinilai Sulit dinilai

• Menggigit Sulit dinilai Sulit dinilai

• Mengunyah Sulit dinila Sulit dinilai

Sensorik

• Divisi oftalmika

• Refleks kornea + +

• Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai

• Divisi maksila

• Refleks masseter - -

• Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai

• Divisi mandibula

• Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai


ILUSTRASI KASUS N. Cranialis

Nervus VII Kanan Kiri

(Fasialis) Raut wajah Simetris

Sekresi air mata + +

Fissura palpebra + +

Menggerakkan dahi Sulit dinilai Sulit dinilai

Menutup mata Sulit dinilai Sulit dinilai

Mencibir/ bersiul Sulit dinilai Sulit dinilai

Memperlihatkan gigi Plicanasolabialis simetris

Sensasi lidah 2/3 depan Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Hiperakusis Sulit dinilai Sulit dinilai


ILUSTRASI KASUS N. Cranialis

Nervus VIII Kanan Kiri

(Vestibularis Suara berbisik + +

) Detik arloji + +

Rinne tes Tidak diperiksa

Weber tes Tidak diperiksa

Schwabach tes Tidak diperiksa

• Memanjang

• Memendek

Nistagmus

• Pendular
- -
• Vertikal

• Siklikal

Pengaruh posisi kepala - -


ILUSTRASI KASUS N. Cranialis

Nervus IX
(Glossopharingeal)
Kanan Kiri

Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak diperiksa

Refleks muntah (Gag Rx) +

Nervus X
Arkus faring Simetris
(Vagus)
Uvula Ditengah

Menelan Sulit dinilai

Suara Sulit dinilai

Nadi Teratur
ILUSTRASI KASUS N. Cranialis
Nervus XI
(Asesorius)
Kanan Kiri

Menoleh ke kanan Sulit dinilai Sulit dinilai

Menoleh ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai

Mengangkat bahu ke kanan Sulit dinilai Sulit dinilai

Mengangkat bahu ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai

Nervus XII
(Hipoglosus) Kedudukan lidah dalam

Kedudukan lidah dijulurkan


Tidak ada deviasi

Sulit dinilai

Tremor -

Fasikulasi -

Atropi -
ILUSTRASI KASUS Koordinasi & keseimbangan

Keseimbangan

Romberg test Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Romberg test dipertajam Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Stepping gait Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Tandem gait Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Koordinasi

Jari-jari Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Hidung-jari Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Pronasi-supinasi Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Test tumit lutut Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Rebound phenomen Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan


ILUSTRASI KASUS Fungsi motorik
• Badan Respirasi Spontan

Duduk Bisa

• Berdiri dan berjalan Gerakan spontan +

Tremor -

Atetosis -

Mioklonik -

Khorea -

• Ekstremitas Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Kekuatan 555 555 555 555

Tropi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus


ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan sensibilitas

Respon (+) dengan


rangsangan sedang.
ILUSTRASI KASUS Sistem Refleks

• Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri

Kornea (+) (+) Biseps ++ ++

Berbangkis Triseps ++ ++

Laring KPR ++ ++

Masetter - - APR ++ ++

Dinding perut Bulbokavernosus Tidak diperiksa

• Atas + + Cremaster Tidak diperiksa

• Tengah + + Sfingter Tidak diperiksa

• Bawah + +
ILUSTRASI KASUS Sistem Refleks

b.Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri

Lengan Babinski (-) (-)

Hoffmann- (-) (-) Chaddocks (-) (-)

Tromner

Oppenheim (-) (-)

Gordon (-) (-)

Schaeffer (-) (-)

Klonus paha (-) (-)

Klonus kaki (-) (-)

Tungkai (-) (-)


ILUSTRASI KASUS Sistem otonom

Miksi : fungsi normal


Defekasi : fungsi normal
Sekresi keringat : fungsi
normal
ILUSTRASI KASUS Fungsi luhur

Kesadaran Tanda Dementia

• Reaksi bicara Sulit dinilai • Reflek glabella -

• Fungsi intelek Sulit dinilai • Reflek Snout -

• Reaksi emosi Sulit dinilai • Reflek menghisap -

• Reflek memegang -

• Reflek palmomental -
ILUSTRASI KASUS Pemeriksaan labor

Hb : 14,8 gr/dl
Leukosit : 9.530/mm3
Trombosit : 418.000/mm3
Ureum : 10
creatinin : 0,4
GDS : 86 g/dl
Natrium : 137 Mmol/L
Kalium : 3,5 Mmol/L
Klorida : 102 Mmol/L
ILUSTRASI KASUS Diagnosis

Diagnosis Klinis : Status Epileptikus


Diagnosis Topik : Intraserebral
Diagnosis Etiologi : Idiopatik
Diagnosis Sekunder : Retardasi Mental
Diagnosis Banding :-
ILUSTRASI KASUS Terapi

Umum :
- IVFD Dx 5%
- O2 4 l/menit
Khusus :
- Drip Diazepam 2 ampl + Dx 5%
- Fenitoin 3x1
ILUSTRASI KASUS Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam


Quo ad sanationam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
ILUSTRASI KASUS Follow Up (28/2/18)

S/ Kejang (-)
Demam (+) ↓

O/ KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CMapatis 140/90 80 19 37,2

SI : vesikular Rh-/-, Wh-/-


SN : GCS = E4 M6 Vafasia
TRM (-), peningkatan TIK (-)
Pupil isokor : 3 mm/ 3 mm , RC +/+, RK +/+
Motorik : tidak ada lateralisasi, kekuatan baik
Sensorik : Berespon (+) terhadap nyeri
Otonom : BAK (+), BAB (-), sekresi keringat (+)
RF ++ ++ RP - -
++ ++ - -
ILUSTRASI KASUS Follow Up (28/2/18)

A/ Status Epileptikus
P/ IVFD Dx 5% 8 Jam/kolf
O2 4L/menit
Drip diazepam 2ampl + Dx 5%
Fenitoin 3x1
ILUSTRASI KASUS Follow Up (01/3/18)

S/ Kejang (-)
Demam (-)
KU Kes TD Nd Nf T
O/
Sdg CMapatis 130/80 75 18 36,6

SI : vesikular Rh-/-, Wh-/-


SN : GCS = E4 M6 Vafasia
TRM (-), peningkatan TIK (-)
Pupil isokor : 3 mm/ 3 mm , RC +/+, RK +/+
Motorik : tidak ada lateralisasi, kekuatan baik
Sensorik : Berespon (+) terhadap nyeri
Otonom : BAK (+), BAB (-), sekresi keringat (+)
RF ++ ++ RP - -
++ ++ - -
ILUSTRASI KASUS Follow Up (01/3/18)

A/ Status Epileptikus
P/ IVFD Dx 5% 8 Jam/kolf
O2 4L/menit
Fenitoin 3x1
ILUSTRASI KASUS Follow Up (02/3/18)

S/ Kejang (-)
Demam (-)
KU Kes TD Nd Nf T
O/
Sdg CMapatis 120/70 70 18 36,5

SI : vesikular Rh-/-, Wh-/-


SN : GCS = E4 M6 Vafasia
TRM (-), peningkatan TIK (-)
Pupil isokor : 3 mm/ 3 mm , RC +/+, RK +/+
Motorik : tidak ada lateralisasi, kekuatan baik
Sensorik : Berespon (+) terhadap nyeri
Otonom : BAK (+), BAB (-), sekresi keringat (+)
RF RP
ILUSTRASI KASUS Follow Up (02/3/18)

A/ Status Epileptikus
P/ IVFD Dx 5% 8 Jam/kolf
Fenitoin 3x1
Diskusi
CASE

Laki-laki (16 tahun)


kejang berulang sejak 8 jam SMRS
Kejang diawali dengan kaku pada tangan, diikuti mata
melirik ke atas, kepala terangkat ke depan, dan kaku
hingga ke kaki.
Pada saat kejang pasien tidak sadar
Kejang berlangsung selama >30 menit
setelah kejang pasien tidak sadar.

status epileptikus
konvulsif
TEORI
Status Epileptikus

bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau


adanya dua bangkitan atau lebih dan di antara bangkitan-
bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran

SE konvulsif
(dengan bengkitan motorik)
2 tipe SE
SE non-konvulsif
(tidak terdapat bangkitan
motorik).
TEORI
status epileptikus
konvulsif

SE konvulsif adalah bangkitan dengan durasi lebih dari 5


menit, atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa
pulihnya kesadaran di antara bangkitan.
CASE
Kejang pada pasien terjadi seluruh tubuh, berlangsung > 30 menit

TEORI
SE konvulsif dini SE konvulsif partial
Status epileptikus
SE konvulsif konvulsif
menetap SE konvulsif general

SE konvulsif refrakter

SE konvulsif general menetap


CASE
Pasien mengalami demam sesaat sebelum bangkitan muncul

TEORI
bangkitan yang muncul akibat induksi
Dalam epilepsi dikenal istilah
oleh faktor pencetus spesifik
BANGKITAN REFLEK
(eg. stimulasi visual, auditorik,
somatosensitif, dan somatomotor.

demam merupakan pencetus SE pasien


CASE
• Pasien telah dikenal menderita epilepsi sejak usia 1 tahun
• rutin dan teratur minum obat
• kejang pertama terjadi saat pasien berusia 1 tahun
• sebelumnya mengalami demam dan terjadi kejang yang berlangsung sekitar 2
menit, kejang seluruh tubuh.
• Pasien rutin berobat ke dokter spesialis anak dan telah bebas kejang selama 2
tahun
• Kejang kali ini merupakan bangkitan pertama setelah bebas kejang
• Pasien tidak pernah putus obat sejak pertamakali dinyatakan menderita
epilepsi.

TEORI
Etiologik
Diagnosis etiologi
epilepsi pasien Kriptogenik

Simptomatis
TEORI
Hasil pemeriksaan
fisik
• tanda vital
• status internus
• tanda peningkatan tekanan
intracranial tidak memiliki kelainan
• tanda rangsang meningeal
• pemeriksaan nervus
kranialis kondisi pasien yang tidak
• koordinasi dan memungkinkan untuk
keseimbangan diperiksa
• fungsi motorik
• fungsi sensorik
• Sensibilitas
• Reflek
CASE

Kelainan pada fungsi luhur


pasien reaksi bicara
intelek, dan
emosi
Tidak ada kelainan

Hasil pemeriksaan laboratorium

CT-Scan sudah diperiksa namun tidak


EEG dibawa
CASE

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

Diagnosis status epileptikus konvulsif


general menetap
Klinis
Diagnosis
intraserebral
Topik
Diagnosis idiopatik.
etiologi
CASE

• pasien (16 tahun)


• belum mampu untuk berbicara
• hanya mampu mengucapkan mama dan papa
• seluruh aktivitas fisik dibantu oleh ibu pasien
• keterambatan perkembangan pasien sejak pasien berusia 6
bulan
• Pasien tidak mampu melakukan kontak mata dengan
siapapun
• Saat dipanggil pasien tidak langsung menanggapi

Retardasi Mental
TEORI

Retardasi Mental

Penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh


secara bermakna dan secara langsung
menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan
bermanifestasi selama masa perkembangan
sebelum usia 18 tahun
TEORI

Retardasi Mental Anamnesis

kondisi awal biasanya


berupa keterlambatan komorbid dengan gangguan
perkembangan lain seperti epilepsi, autis,
dismorfik wajah seperti serebral palsi, gangguan
down syndrome penglihatan, pendengaran,
dan gangguan makan
kelainan genetik
kesulitan berinteraksi gangguan perilaku
dengan lingkungan
CASE

perlu dilakukan pemeriksaan


keriteria diagnosis lebih lanjut
retardasi mental

borderline

ringan

sedang pemeriksaan IQ

berat

sangat berat
CASE

retardasi mental suspek


diagnosis sekunder derajat sangat berat.
TEORI

Penatalaksanaan

terapi antiepilepsi emergensi saat terjadi status


epileptikus
pengobatan rumatan mencegah terjadinya
bangkitan epilepsi
TEORI

Terapi antiepilepsi emergensi

status epileptikus konvulsif menetap

fenitoin IV (15-18 mg/kgBB ) kecepatan 50 mg/menit

ATAU
phenobarbital IV (10-15 mg/kg) kecepatan 100
mg/menit
TEORI

Terapi lain

Diazepam 5-10 menit


(5-10 mg IV/IM)
Dosis maksimal 30
mg
atau

Diazepam 0,5 Menggunakan larutan


mg/kgBB nutrisi parenteral
CASE
Terapi awal di IGD RSUD Achmad Mochtar
Bukittingi

Fenitoin oral 1 kapsul

Tatalaksana di ruang rawat inap bagian neurologi

Drip diazepam 2 ampul Dalam D 5% tetes lambat

Lanjutkan
fenitoin 3 x 1
Thank You

Anda mungkin juga menyukai