Anda di halaman 1dari 18

KODE ETIK

PERHIMPUNAN AUDITOR
INTERNAL
KODE ETIK PERHIMPUNAN
AUDITOR INTERNAL
Ada dua kode etik PAII adalah :
a. Kode etik PAII
Kode etik PAII berlaku bagi organisasi profesi dan seua anggota PAII
yang bekerja pada departemen/bagian audit internal suatu
organisasi/perusahaan
b. Kode etik Qualified Internal Auditor(QIA)
adalah kode etik bagi anggota yang telah memperoleh
kualifikasi/sertifikat QIA melalui suatu pendidikan formal yang di
tetapkan oleh PAII.
Kode Etik Auditor Internal

Prinsip Auditor internal diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-


prinsip sebagai berikut:
 Integritas
 Objektivitas
 Kerahasiaan
 Kompetensi
Aturan Perilaku Auditor Internal sebagai berikut :
1. Integritas
2. Objektivitas
3. Kerahasiaan
4. Kompetensi
PROSES PENALARAN KODE ETIK PAII

CIRI PROFESI KODE ETIK PAII


1. Kepentingan Publik Untuk mempertahankan
kepercayaan dari pemberi tugas,
para anggota harus menunjukan
loyalitas kepada pemberi tugas
(manajemen) Anggotadilarang
untuk mengambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan yang
menyimpang.
CIRI PROFESI KODE ETIK PAII
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar
kompetensi tinggi yang
menyangkut pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku
3. Kompetensi Dilihat dari tiga unsur
kompetensi
( pengetahuan,keterampilan, dan
prilaku ).

a. Pengetahuan (knowledge) Tidak secara eksplisit


diungkapkan.
b. Keterampilan (skill) 1.Para anggota harus terus
berusaha untuk meningkatkan
keahlian dan keefektifan dalam
melakukan pekerjaannya.
2.Dalam berpendapat, para
anggota harus menggunakan
semua kemampuannya untuk
memperoleh bukti yang
memadai yang dapat mendukung
CIRI PROFESI KODE ETIK PAII
c. Sikap perilaku (attitude)
• Menyangkut diri 1.PAII berasaskan pancasila dan UUD
1945 ( pasal 2)
2.Para anggota diwajibkan bersikap
jujur, objektif, dan hati-hati dalam
menjalankan tugas maupun
kewajibannya ( pasal 3 )
3.Para anggota harus menghindari untuk
terlibat kegiatan yang dapat
menimbulkan konflik dengan
kepentingan pemberi tugas, atau yang
dapat menimbulkan prasangka yang
meragukan kemampuannya untuk secara
objektif menyelesaikan tugas dan
kewajibannya (pasal 5 )
4.Para anggota harus mematuhi
peraturan dan mendukung pencapaian
tujuan PAII. Dalam menjalankan
profesinya, para anggota harus sadar
akan kewajibannya untuk memelihara
standar yang tinggi tentang kompetensi,
CIRI PROFESI KODE ETIK PAII
• Hubungan rekan sejawat Tidak diatur
• Hubungan klien 1.Para anggota dilarang untuk
menerima imbalan atau hadiah
dari pemberi tugas, klien,
pelanggan, atau relasi bisnis
pemberi tugas, kecuali yang
menjadi haknya ( pasal 6 )
2.Para anggota harus bersikap
bijaksana dan hati-hati dalam
menggunakan informasi yang
diperoleh dalam melaksanakan
tugasnya. Para anggota dilarang
untuk menggunakan informasi
rahasia untuk kepentingan
pribadi, atau merugikan
kepentingan pemberi tugas
( pasal 7 )
CIRI PROFESI KODE ETIK PAII

Hubungan lain Tidak diatur

Pengawasan Tidak diatur


Contoh Kasus Kode Etik Perhimpunan
Auditor Internal Indonesia (PAII)
Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI
PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian
laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan
investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran
kode etik profesi akuntansi. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT
KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar.
Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan justru menderita kerugian
sebesar Rp 63 Miliar.
Hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan
keuangan PT KAI tahun 2005 sebagai berikut:
1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan
keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005.
2. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI
sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih
tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6
Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

3. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai
kumulatif sebesar Rp674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70 Miliar
oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian
dari hutang.

4. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan


tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada
pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai
auditor perusahaan kereta api tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor
Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan PT KAI melakukan kesalahan.
ANALISIS KASUS BERDASARKAN
KODE ETIK PAII
1.Kepentingan Publik
Dimana akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau mereka
yang berhubungan dengan perusahaan seperti kreditur, investor dan
lain-lain. Dalam kasus ini akuntan PT KAI diduga tidak bekerja demi
kepentingan publik karena diduga sengaja memanipulasi laporan
keuangan sehingga PT KAI yang seharusnya mengalami kerugian, namun
karena laporan keuangan sudah dimanipulasi PT KAI terlihat mengalami
keuntungan. Hal ini tentu saja sangat berbahaya, termasuk bagi PT KAI,
karena apabila kerugian tersebut semakin besar namun tidak dilaporkan,
maka PT KAI tidak sanggup unntuk menanggulangi kerugian tersebut.
2. Tanggung Jawab
Dalam kasus ini analisis berdasarkan kode etik PAII dalam tanggung
jawab, jika dilihat dari permasalahannya masuk dalam pelanggaran
tanggung jawa karena akuntan dan auditor internal tidak bekerja dengan
penuh tanggung jawab dalam melakukan tugas yang sudah diberikan.
Mereka membebankan seluruh pekerjaan kepada tim audito eksternal,
auditor internal hanya memperdulikan diri sendiri dan tidak melaksanakan
tugas, mereka tidak memikirkan beban dan tanggung jawab auditor
eksternal akibat cara kerja mereka yang tidak beretika dan bertanggung
jawab. Dengan demikian akuntan dan auditoe internal dituntut untuk selalu
bertanggung jawab tentang tugas-tugas mereka, agar tidak menimbulkan
kerugian baik untuk diri sendiri maupun orang banyak

3. kompetensi
Dalam kompetensi dapat dilihat dari :
 Unsur keterampilan yaitu :
a. Perusahaan harus meningkatkan kemampuan manajemennya agar tidak
terjadi manipulasi keuangan. Manipulasi keuangan PT KAI terjadi karena
kurangnya kemampuan dan ketidakseriusan pihak manajemen.
b. Auditor haruslah memiliki etika kerja, dalam kasus PT KAI auditor
 Unsur pengetahuan yaitu:
a. Salah satu fator terjadinya manipulasi laporan keuangan ialah karena
sistem akuntansi PT KAI masih dilakukan secara manual dan sebagian
kecil proses akuntansi di lakukan oleh komputer perusahaan harus
mengupgarde sistem akuntansi manual menjadi sistem akuntansi modern
yaitu menggunakan komputer dan kemampuan IT sangatlah di perlukan.

 Unsur sikap perilaku (attitude) meliputi :


a. Menyangkut diri:
1. Para anggota diwajibkan untuk bersikap jujur, objektif, dan hati-hati.
Dalam kasus ini akuntan tidak jujur dan objektif karena telah diduga
memanipulasi laporan keuangan sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak
tertentu yang berada di PT KAI.
2. Para anggota harus mematuhi peraturan dan mendukung pencapaian
tujuan PAII. Dalam menjalankan profesinya, para anggota harus sadar akan
kewajibannya untuk memelihara standar yang tinggi tentang kompetensi,
moralitas, dan kehormatan yang telah ditetapkan oleh PAII dan para
anggotanya. Dalam kasus ini sebagai akuntan mereka tidak melaksanakan
kewajiban mereka dengan benar dan sudah melanggar peraturan dan auditor
internal tidak bekerja secara penuh dalam menganalisis laporan keuangan
b. Hubungan rekan sejawat :
Hubungan atau interaksi yang baik antar sesama rekan kerja dalam
perusahaan sangat diperlukan, hal ini berguna agar pekerjaan bisa dijalankan
sesuai keinginan dan menghasilkan output kinerja yang baik serta
memuaskan, jkika hubungan antar rekan kerja tidak terealisasi dengan baik
maka dampaknya akan terjadi pada perusahaan. Dalam kasus PT KAI
ditemukan kasus dimana terdapat kesenjangan hubungan antar rekan kerja
yang menyebabkan terjadi masalah pada laporan keuangan, salah satunya
yaitu adanya ketidakyakinan manajemenakan laporan keuangan yang telah
disusun, sehingga ketika komite audit mempertanyakannya manajemen
merasa tidak yakin, adapula kasus dimana auditor internal tidak berperan
aktif dalam proses audit yang berperan hanya auditor eksternal saja.

c. Hubungan klien :
1.Para anggota dilarang untuk menerima imbalan atau hadiah dari
pemberi tugas, klien, pelanggan, atau relasi bisnis pemberi tugas, kecuali
yang menjadi haknya. Dalam kasus ini auditor tidak diperbolehkan mengambil
fee yang bukan haknya dalam menjalankan tugasnya, karena besar nilai fee
bisa sangat berpengaruh terhadap independensi seorang auditor, namun
dalam kasus PT.KAI ini kesalahan pada laporan keuangan tersebut karena tata
2.Para anggota harus bersikap bijaksana dan hati-hati dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam melaksanakan tugasnya. Para anggota
dilarang untuk menggunakan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi,
atau merugikan kepentingan pemberi tugas. Auditor harus memberikan
informasi dengan sebenar-benarnya, tanoa ada yang di manipulasi, pada
kasus PT KAI ini di temukan bahwa PT. KAI mendapat keuntungan sebesar
Rp 6,90 miliar. Padahal sebenarnya mengalami kerugian sebesar Rp 63
miliar. Dapat diindikasikam bahwa adanya informasi-informasi manipulasi
yang ditambahkan sehingga membawa keuntungan bagi PT KAI namun
memberikan kerugian bagi para pemakai lap. Keu eksternal PT.KAI misalnya
investor, dll

d.Pengawasan :
Pengawasan yang efektif sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan.
Hal itu juga dilakukan oleh para auditor terhadap kasus pelanggaran kode
etik PAII yang dilakukan oleh PT KAI. Kasus ini berawal dari perbedaan
pendapat anatara manajemen dan komisaris, khususnya ketua komite audit
dimana komisaris menolak menyetujui dan menandatangi laporan keuangan
yang telah diaudit, dan komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang
DAMPAK DAN SOLUSI KASUS PT
KAI
Dampak dari kasus PT. KAI
Perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar dikarenakan pada
laporan keuangan yang dimanipulasi tercatat pendapatan lebih besar
yaitu sebesar Rp. 60,9 M dari kerugian. Tetapi kenyatannya berbanding
terbalik, yakni keruian lebih besar daripada pendapatan. Manipulasi
auditor yang dilakukan melangar standar akuntansi keuangan.
Kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah
terjadi dari tahun 2005. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan
perlengkapan sebesar Rp 24 M yang diketahui pada saat dilakukan
investigasi tahun 2002 diakui manajemen PT.KAI sebagai kerugian.
Solusi atau pencegahan dari kasus PT.KAI ;

1. Perlu adanya kebijaksanaan dari anggota dewan komisaris


untuk memilah-milah informasi apasaja yang merupakan public
domain dan informasi apasaja yang merupakan private domain
2. Perlu adanya transparansi, karena transparansi bukan berarti
memberikan seluruh informasi, namun informasi harus tepat
sasaran dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
3. Perlu ada komunikasi yang sangat intens dan aktif antara
komite audit dengan auditor internal, juga antara komite audit
dengan auditor eksternal
NAMA-NAMA KELOMPOK 4 :

1. KEZIA DEVINA GUNA (2018-30-113)


2. INTAN VITALOKA (2018-30-118)
3. LIVIA FATMALIA BAHARUDDIN (2018-30-121)

4. SOPHIA J. A. PATTY(2018-30-122)
5. GLORIA RAITELU (2018-30-123)
6. ANIKEN USEMAHU (2018-30-124)
7. AFIDA FIRYA KASBEN (2018-30-131)
8. YESICA T. GASPERSZ (2018-30-135)
9. LORA A. USEMANY (2018-30-146)
10. WILDO N. CH. MURIANY (2018-30-167)
11. RONAL UNIPLAITA (2018-30-156)
12. EZRA .J. LILIPORY (2018-30-162)
13. SHARON D. PATTIPEILOHY (2018-30-166)
14. CHRISNA PESSIWARISA (2018-30-182)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI

Anda mungkin juga menyukai