Anda di halaman 1dari 52

DIAGNOSIS KOMUNITAS

DETERMINAN KESEHATAN YANG MENYEBABKAN PENINGKATAN


PENYAKIT FARINGITIS AKUT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR AMBON
KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN
TAHUN 2018 - 2019

Oleh: Pembimbing :

Natasha Naomi HP, S.Ked dr. Diana Mayasari,S.Ked. M.K.K

Desti Diana Sari,S.Ked


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
Rosy Osiana,S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Maharani Sekar Ningrum, S.Ked
2019
Latar
Belakang

ISPA  faringitis akut Etiologi terbanyak (50-80%)  virus


Salah satu dari 10 penyakit teratas (rhinovirus, adenovirus, coronavirus,
dlm kunjungan rawat jalan di parainfluenza)
Indonesia

Penularan melalui droplet inhalasi  angka kejadian


meningkat

Faktor risiko lain: imunitas individu rendah, kebersihan


lingkungan
Faringitis akut termasuk dalam 10 besar Faringitis akut menempati posisi pertama
penyakit terbanyak dari seluruh puskes di (4283 pasien; 21,07% dari seluruh
Bandarlampung (Dinkes Bandarlampung, masyarakat di wilayah kerja pkm P.
2014) Ambon) dari 10 penyakit terbanyak di pkm
P. Ambon tahun 2018

Dari 5 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas P. Ambon  Kelurahan


Talang merupakan kelurahan dgn prioritas masalah tertinggi dengan
rentang usia 26-35 tahun (Puskesmas Pasar Ambon, 2018)
Tujuan Penulisan
1.Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebaran penyakit faringitis akut paru di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Ambon.
2.Untuk mencari jalan keluar terkait masalah penyebaran
penyakit faringitis akut paru di wilayah kerja Puskesmas
Pasar Ambon.
Manfaat Penulisan
Bagi Penulis
• Dapat memperdalam Ilmu Kedokteran Komunitas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dan
penanggulangan penyakit faringitis akut.
• Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Bagi Puskesmas Bagi Masyarakat


• Mengetahui masalah-masalah yang dapat mempengaruhi Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu
penularan faringitis akut di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar khususnya bagi penderita faringitis akut di
Ambon. Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon
• Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan Mampu mengetahui faktor-faktor yang dapat
sebagai umpan balik agar keberhasilan program di masa memengaruhi penyebaran penyakit faringitis
mendatang dapat tercapai secara optimal. akut di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• infeksi pada faring yang
disebabkan oleh virus
atau bakteri, yang
Faringitis ditandai oleh adanya nyeri
tenggorokan, faring
akut eksudat dan hiperemis,
demam, pembesaran
kelenjar getah bening
leher dan malaise.
Etiologi

Jamur yaitu Candida jarang terjadi


Bakteri yaitu, Streptococcus ß
kecuali pada penderita
Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, hemolyticus group A, Chlamydia,
imunokompromis yaitu mereka dengan
Parainfluenza, Coxsackievirus, Epstein Corynebacterium diphtheriae,
HIV dan AIDS, Iritasi makanan yang
–Barr virus, Herpes virus. Hemophilus influenzae, Neisseria
merangsang sering merupakan faktor
gonorrhoeae.
pencetus atau yang memperberat
Klasifikasi
Bakteri

Faringitis
Virus
Akut

Fungal

Hiperplastik
Faringitis Faringitis
Kronik
Atrofi

Tuberkulosis
Faringitis
Spesifik
Luetika
Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa
Gejala hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.

Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu
Klinis yang tinggi, jarang disertai batuk.

Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.

Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk
yang berdahak.

Faringitis atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.

Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan
pengobatan bakterial non spesifik.

Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat hubungan
seksual
Penegakan Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Faringitis viral, umumnya oleh Rhinovirus diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa
Anamnesis hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.

Faringitis bakterial, biasanya pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat, muntah,


kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai batuk.

Faringitis fungal, terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.

Faringitis kronik hiperplastik, mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk
yang berdahak.

Faringitis kronik atrofi, umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.

Faringitis tuberkulosis, biasanya nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan
pengobatan bakterial non spesifik.

Apabila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat


hubungan seksual pasien
Pemeriksaan Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
Fisik hiperemis, eksudat (virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus
tidak menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat
menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash.

Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar,


faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya.
Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan
faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar,
kenyal dan nyeri pada penekanan. Faringitis fungal, pada
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah,
sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis
Pemeriksaan
Penunjang Kultur tenggorokan merupakan suatu metode yang
dilakukan untuk menegaskan suatu diagnosis dari
faringitis yang disebabkan oleh bakteri Group A Beta-
Hemolytic Streptococcus (GABHS)
Istirahat cukup

Minum air putih yang cukup

Berkumur dengan air yang hangat

Pemberian farmakoterapi:
Topikal
• Obat kumur antiseptik
• Menjaga kebersihan mulut
• Pada faringitis fungal diberikan nystatin 100.000−400.000 2 kali/hari.
• Faringitis kronik hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faringdengan memakai zat kimia larutan nitras argentin 25%.
Anti virus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60−100 mg/kgBB dibagi
dalam 4−6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak kurang dari lima tahun diberikan 50
mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali pemberian/hari.

Faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya

Streptococcus group A diberikan antibiotik yaitu penicillin G benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau
amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama sepuluh hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6−10
hari atau eritromisin 4x500 mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan
kortikosteroid karena steroid telah menunjukkan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi.
Steroid yang dapat diberikan berupa deksametason 3x0,5 mg pada dewasa selama tiga hari dan pada anak-
anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi tiga kali pemberian selama tiga hari.

Faringitis gonorea, sefalosporin generasi ke-tiga, Ceftriakson 2 gr IV/IM single


dose.

Pada faringitis kronik hiperplastik, jika diperlukan dapat diberikan obat batuk
antitusif atau ekspektoran. Penyakit hidung dan sinus paranasal harus diobati.

Faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi.

Untuk kasus faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik sekali sehari selama
3−5 hari.
Pencegahan
Memberitahu keluarga untuk menjaga daya tahan tubuh
dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.

Memberitahu keluarga untuk berhenti merokok.

Memberitahu keluarga untuk menghindari makan-makanan


yang dapat mengiritasi tenggorok.

Memberitahu keluarga dan pasien untuk selalu menjaga


kebersihan mulut.

Memberitahu keluarga untuk mencuci tangan secara teratur


KERANGKA KONSEP
METODE KEGIATAN
Jenis Studi Waktu dan Lokasi
Desain kualititatif Lingkungan Puskesmas Rawat Jalan Pasar
Desain kegiatan  fenomenologi Ambon 13 Mei 2019-15 Juni 2019

Informasi Kegiatan Kriteria informan


Teknik pengambilan sampel: purposive 1. Terdiagnosa faringitis akut
sampling 2. Berusia 26-35 tahun
3. Masih dapat melakukan aktifitas sehari-
Informan: penderita faringitis akut yang
hari
tercatat di rgister poli rawat jalan 4. Bersedia menjadi informan
…cont

Cara pengambilan data


• Data primer
• Wawancara mendalam
• Data sekunder
• Data penderita faringitis akut di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon

Instrumen pengumpulan data


• Peneliti, panduan wawancara mendalam, alat perekam, kamera, dan
catatan lapangan
Pedoman wawancara

• Daftar pertanyaan:
• Apa yang anda ketahui tentang penyakit faringitis akut?
• Bagaimana cara penularan penyakit faringitis akut ?
• Apakah anda tahu faktor risiko dari penyakit faringitis
akut?
• Bagaimana letak rumah pasien-pasien yang terkena
penyakit faringitis akut ?
• Bagaimana ciri rumah penderita penyakit faringitis akut
?
Prosedur (Persiapan)
Mengumpulkan data yang
berhubungan dengan faktor2
Membangun raport pada Menyusun pedoman
penyebab penyebaran
responden wawancara
faringitis akut di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Ambon

Persiapan pengumpulan data


• Menghubungi dan menanyakan
Menentukan jadwal kesediaan respoden
wawancara
Prosedur (Pelaksanaan)
Peneliti mengkonfirmasi
waktu dan tempat yang
sebelumnya telah
disepakati bersama
dengan responden

Melakukan wawancara Menarik kesimpulan,


sesuai dengan pedoman membuat diskusi dan
wawancara saran.

Memindahkan rekaman
hasil wawancara dan
Melakukan analisis data
observasi kedalam
bentuk tertulis
Analisis

Pencatatan data
• Hasil wawancara ditransripkan ke
dalam bentuk tertulis dan dianalisa Identifikasi Identifikasi
masalah penyebab masalah

Membuat
Metode analisa data Identifikasi
alternatif
prioritas penyebab
• Data yg terkumpul  dilakukan pemecahan
masalah
validasi data  triangulasi masalah
GAMBARAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PASAR AMBON
Gambaran Umum

Puskesmas Pasar Ambon terletak di jalan Laksamana Malahayati yang dapat


dengan mudah diakses dari beberapa wilayah di Kota Bandar Lampung

Puskesmas Pasar Ambon didirikan pada tahun 1960 yang merupakan salah satu
puskesmas yang terletak di daerah perkotaan sebagai puskesmas rawat jalan
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Pasar


Ambon 256,1 Ha, yang meliput Lima
Kelurahan, yaitu :
• Kelurahan Teluk Betung
• Kelurahan Pesawahan
• Kelurahan Talang
• Kelurahan Sumur Putri
• Kelurahan Gedung Pakuon
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasar Ambon

No. Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK

1 Pesawahan 11.504 2.521


2 Talang 8.114 1.881
3 Gedung Pakuon 4.097 1.053
4 Telukbetung 4.239 995
5 Sumur Putri 4.430 1.245
Puskesmas 32.384 7695
Sumber Daya
Jenis Ketenagaan Pns/Ptt Kontrak Jumlah Keterangan
Dokter 5 1 6
Dokter Gigi 1 0 1
Perawat/Perawat gigi 6/0 8/1 1

Bidan 4 7 11
Tenaga Kesmas 0 1 1
Tenaga Kesling 3 0 3
Tenaga Gizi 1 1 2
Ahli teknologi 2 1 3
laboratorium
Tenaga Kefarmasian 1 1 2

Tenaga Administrasi 3 7 10

Tenaga P Care 1 1 2
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

No Kegiatan SPM (%) Pencapaian (%)

TB Paru
1 Cakupan penderita Kasus TB yang ditemukan Semua Tipe (CDR) 90 30

2 Angka Keberhasilan Pengobatan 80 85,5


3 Cakupan Penemuan kasus TB resistensi obat 40 67.65
4 Angka Keberhasilan Pengobatan pasien TB semua kasus TB MDR 85 86

5 Prosentase pasien TB (TB baru maupun TB kambuhan) di tes HIV dan 100 100.00
hasilnya tercatat di register
HIV-AIDS
1 Persentase orang dengan HIV 0.227 0.03
2 Persentase orang yang beresiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan 100 0.36
HIV sesuai standar
3 Penawaran tes HIV pada ibu hamil yang periksa di puskesmas 100 82.86
4 cakupan ibu hamil yang di tes HIV dan mengetahui hasil 100 100.00
HEPATITIS
1 Cakupan Deteksi Dini Hepatitis B 100 82.86
2 Cakupan Bayi diberikan HBIg 100 100.00
KUSTA
1 Penemuan penderita kusta ditangani sesuai standar 100 100.00
Diare

1 Cakupan Layanan Penderita Diare semua umur 100 83.51

2 Cakupan Layanan Penderita Diare Balita 100 84.16


3 Proporsi penderita Diare yang Menggunakan oralit 100 100.00

ISPA
1 Cakupan penemuan dan tatalaksana penerita pnemonia balita 100 80.00

Malaria
1 SPR 5 3.08
2 Insiden Rate Malaria (API) 1 0.02
Demam Berdarah Dengue (DBD)
1 Angka Bebas Jentik (ABJ) 95 92.80
2 Cakupan Penyelidikan Epidemiologi (PE) DBD 100 100.00

KECACINGAN
1 Cakupan Pemberian Obat Cacing (POPM) 100 96.14
ANALISIS KEGIATAN
10 Besar Penyakit
Puskesmas Gedong Air Identifikasi
Masalah
2018
No Diagnosa Kode ICD 10 Jumlah Total Persentase %
Laki-laki Perempuan
1 Faringitis Akut J029 1706 2577 4283 21.07
2 Nasofaringitis/ Common J00 1793 2267 4060 19.97
Cold
3 Hipertensi I10 752 2498 3250 15.99
4 Dispepsia K30 674 1852 2526 12.42
5 Myalgia M791 246 947 1193 5.87
6 Rhemathoid Arthritis M069 242 907 1149 5.65
7 Diabetes Melitus Non E11 269 857 1126 5.54
Insulin
8 Perapical Abses K046 333 644 977 4.81
9 Dermatitis Atopic L20 345 548 893 4.39
10 Febris R509 438 436 874 4.30
Total 6798 13533 20331 100.00
Karakteristik
Informan
No Variabel Jumlah
Informan berjumlah 9 orang
1 Umur
diantaranya: a. 26-35 tahun 5 orang
• 5 orang pasien faringitis akut b. 36-45 tahun 3 orang
c. 45-55 tahun 1 orang
• 1 orang Ketua RT 2 Jenis Kelamin
a. Laki laki 3 orang
• 1 orang keluarga penderita yang b. Perempuan 6 orang
tinggal serumah 3 Pendidikan terakhir
• 1 orang tetangga penderita a. Belum tamat SD 1 orang
b. SD 1 orang
• 1 orang pemegang program c. SMP 3 orang
penyakit menular. d. SMA 3 orang
e. S1 1 orang
Indepth Interview

1 Pengetahuan masyarakat mengenai faringitis akut

2 Pengetahuan masyarakat mengenai penularan faringitis akut

3 Faktor Risiko Penularan Faringitis Akut


Pengetahuan masyarakat mengenai Pengetahuan masyarakat mengenai Faktor Risiko Penularan
faringitis akut penularan faringitis akut Faringitis Akut

“iyaa.. batuk sama pilek” (Penderita1) ”nularnya lewat batuk” (Penderita 1)


“ya bisa dari udara, bisa juga pas ngobrol kan deketan jadi
virusnya pindah” (Penderita 1) “Aku suka minum es barengan sama temen jadi ikut batuk”
(Penderita 2)
“ya batuk pilek ada dahaknya” (Penderita2) “sebenernya saya ga tau mbak apa karena makanan ya jadi
“kalau ga pake penutup mulut bisa ketularan, apalagi kalau lagi gak
ludahnya itu nular” (Penderita 2) sehat, kayak saya kan emang badan kurus gini jadi gampang sakit..
sama biasanya tuh saya buka puasa itu kan sering minum es sama
“Faringitis Akut ya batuk mba, tapi gak parah kayak TBC”
“hmmmm… bisa nular juga kalau satu gelas minuman” makan gorengan jadi keyaknya tenggorokan saya agak gak enak
(Penderita 3) gitu. ” (Penderita 3)
(Penderita 3)
“kalau imun lagi turun mudah banget ketularan, kalau lagi
“iya itu batuk pilek tapi gak lama paling 2 minggu udah sembuh” “kayanya karena sering ketemu mbak, ngobrol sama kadang kecapean gitu...” (Penderita 4)
(Penderita 4) pas batuk juga kita ngobrol” (Penderita 4)
“kan nular mba virusnya lewat udara gitu, apalagi kalau jendelanya
deketan” (Tetangga Penderita 1)
“ kayaknya dari minuman atau makanan bekas orang yang
“ya batuk sama pilek juga kadangan, sakit kalau nelen” (Penderita lagi batuk”(Tetangga Penderita 1) “disinikan banyak debu mba, jadi ya kalau sebelah sakit kami juga
5) mudah ketularan” (Penderita 5)

“ hmm… paling kalo deket deket ya bisa nular” (Tetangga “ya kalau bapak emang ngerokok juga ” (keluarga Penderita 2)
Penderita 1)
“radang tenggorokan itu ya, suka sakit tenggorokan kalau pas “ya kalau pake masker pas batuk pilek jarang sih, cuman beberapa
kena”(Tetangga Penderita 1) aja” (Ketua RT)
“ apa ya mbak? Kalau kita batuk gak ditutup kan nular juga itu
(Penderita 5) “ kalo penularan sih banyak warga itu kalo batuh gak pake masker
jadi virusnya nular ke orang lain. Terus kan disini lingkungannya
“apa ya mba Faringitis Akut.. ya paling batuk pilek gitu” (keluarga padet gitu, banyak debu, apalagi kalo rumahnya deket pasar kan
penderita 2) “ kalau batuk suka buang ludah sembarangan, jadi bisa banyak kendaraan lewat jadi debunya banyak banget. Terus kalo
kebawa udara kan nyebar” (keluarga Penderita 2) anak-anak kan bapaknya suka ngerokok tuh mbak, asep rokoknya
kan bakal kena keluarganya. Anaknya itu lah sering kena. Faringitis
akut itu kayak musiman sih mbak jadinya. Kalo lebaran itu banyak
“penyakit musiman ya, batuk pilek sama demam, mucul pas musim “ agaknya dari dahaknya waktu batuk itu” (Ketua RT) banget pasiennya. Soalnya kalo buka kan minumnya es, makannya
pancaroba gitu. Anak-anak sama orang dewasa sama aja banyak gorengan gitu. Dari orangtua sampe anak-anak ngeluhnya ya batuk
yang batuk pilek (Ketua RT) gitu. Ada yang batuk pilek.” (Pemegang Program)
Indepth Interview

4 Ciri Rumah Penderita Faringitis Akut

“ya rumah disini ya gitu lah padet-padet, gang aja sempit gitu mba” (Penderita 1)
“ah engga sih mba kalau mau sakit ya sakit aja gak tergantung jarak rumah” (Penderita 1)
“wah mba daerah sini mah panas, kan deket pantai.. dimana-mana debu juga” (Penderita 2)
“ya kalau saya karna emang deket lapangan mba, jadi banyak debu” (Penderita 2)
“kalau rumah mah jaraknya deket, kadang saluran air aja gak jelas, numpuk sana sini” (Penderita 3)
“kalau bersih ya udah bersih sih rumah saya, tapi kalau ketularan mah gak tergantung itu” (Penderita 3)
“hehe ya rumah disini ya gitu mba, kalaupun bagus tapi kan sekitarnya jelek-jelek” (Penderita 4)
“gak harus deketan sih kalau rumahnya…” (Penderita 4)
“Panas kalau daerah sini, padet kendaraan juga jadi gampang batuk” (Tetangga Penderita 1)
“kalau anak tetangga sebelah kena batuk pilek biasanya anak saya juga sakit..." (Tetangga Penderita 1)
“sebagian besar masih kumuh rumah masyarakat disini, ditambah padat sama ventilasi yang kurang mba” (Ketua
“bisa sih karna deketan rumahnya, kan kumannya nyebar” (keluarga Penderita 2)
RT)
“ya lingkungan di RT sini memang gitu mba, semua juga sama RT sebelah juga, rapet semua rumahnya
“disini rumahnya padet-padet mba. Jadi lebih gampang nularnya. Kan jarak antar rumahnya jadi deket. Terus kan
gang sempit, ga bisa lewat motor malahan, jadi gampang nyebar kalau banyak yang batuk pilek gitu”
ya disini itu agak kurang gitu tingkat kebersihannya. Untuk program rumah sehat aja belum mencaapai target.”
(Ketua RT)
(Pemegang Program)
Data Buku Register Faingitis Akut Puskesmas Pasar Data Buku Register Faingitis Akut Puskesmas Pasar
Ambon Tahun 2018 Berdasarkan Umur Ambon Tahun 2018 Berdasarkan Kelurahan

No Usia (Tahun) Hasil Akhir


No Usia (Tahun) Hasil Akhir

1 Pesawahan
1 0-5 829
844

2 6-15 581 2 Talang


1165
3 15-25 621
3 Gedung Pakuon
4 26-35 957
683

5 36-45 508 4 Telukbetung


766
6 46-55 467
5 Sumur Putri
7 >55 320 825
Fishbone
I
No Daftar Masalah T R IxTxR
P S RI DU SB PB PC
Man
1. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit faringitis akut.
3 3 3 2 4 2 4 3 3 189

2. Tingkat kekebalan terhadap penyakit faringitis akut yang rendah. 2 2 3 2 3 2 2 2 2 64

1.

3 3 4 3 4 2 2 2 2 84
3. Seringnya mengkonsumsi makanan pinggir jalan sepeti gorengan dan es.
3 3 3 2 4 3 4 3 3 198
4. Tingginya jumlah perokok di masyarakat.

5. Kurangnya kepatuhan masyarakat untuk menggunakan APD 3 3 4 2 4 3 3 3 3 198

Material
1. Kurangnya media untuk melakukan penyuluhan
3 2 2 3 3 3 4 3 2 120

2. 2. Lokasi rumah penduduk yang sangat padat, lembab dan berdekatan 4 3 4 2 4 3 3 3 3 207

3. Lokasi rumah dekat pasar sehingga banyaknya jajanan pasar yang tersedia. 2 2 2 2 3 2 2 2 2 60
No Daftar Masalah T R IxTxR
P S RI DU SB PB PC
3. Machine
1. Keaktifan kader dalam pendataan kasus faringitis akut
3 3 3 3 3 2 3 3 2 120

2. Banyaknya kendaraan yang lewat di sekitar lokasi rumah 2 2 3 2 3 2 2 2 2 64


masyarakat

4. Money
Kondisi perekonomian yang masih rendah 3 2 2 2 2 2 3 2 2 64

5. Method
Kurangnya kegiatan penyuluhan tentang faringitis akut
3 3 3 2 4 2 4 3 2 126
Penyusunan Upaya Perbaikan Komunitas

Masalah Alternatif Pemecahan masalah

Sosialisasi mengenai rumah sehat

Sosialisasi mengenai PHBS


Lokasi rumah yang padat, lembab dan
berdebu.
Penambahan dan pembinaan kader untuk
program rumah sehat

Penambahan sticker untuk rumah yang


sudah memenuhi standard rumah sehat
Cara Pemecah Terpilih

Efektivitas Efisiensi Jumlah MIV/C


Pemecahan Masalah
M I V C

Sosialisasi mengenai rumah


3 2 2 2 6
sehat

Sosialisasi mengenai PHBS 3 2 2 2 6

Penambahan dan pembinaan


kader untuk program rumah 4 4 3 3 16
sehat

Penambahan sticker untuk


rumah yang sudah memenuhi 2 1 1 2 1
standard rumah sehat
ADVOKASI
Puskesmas Puskesmas
Menambah jumlah kader
Membina kader program rumah
program rumah sehat di setiap
sehat di setiap wilayah kerja
wilayah kerja posyandu
posyandu dengan pelatihan dan
sosialisasi standard rumah sehat

Kader
Kader Melakukan pendataan rumah-
rumah yang memenuhi
Memantau dan memastikan maupun yang belum
rumah tersebut memenuhi memenuhi kriteria rumah
kriteria rumah sehat sehat
SIMPULAN DAN SARAN
01 Berdasarkan data registrasi Puskesmas
Pasar Ambon Tahun 2018, prioritas
Kesimpulan
masalah di Puskesmas Pasar Ambon
adalah faringitis akut di Kelurahan Talang
dengan rentan usia 26-35 tahun.

02 Priotritas penyebab masalah faringitis


akut di Kelurahan Talang adalah lokasi
rumah yang padat, lembab dan
berdebu.
Advokasi pemecahan masalah dari penyebab
03 masalah utama kepada Kepala Puskesmas Pasar
Ambon adalah menambah jumlah kader program
rumah sehat serta membina kader program
rumah sehat di setiap wilayah kerja posyandu
dengan pelatihan dan sosialisasi standard rumah
sehat
SARAN
Sosialisasi terhadap kader Melakukan pelatihan dan
program rumah sehat terkait pembinaan berkala terhadap
kriteria standard rumah sehat kader progam rumah sehat

Memberikan buku pendataan


rumah yang telah maupun
belum memenuhi kriteria
standar rumah sehat
DAFTAR PUSTAKA
Adam, G.L. Diseases of the nasopharynx and oropharynx. 2009. In: Boies fundamentals Kazzi, A., Antoine., Wills, J. 2006. Pharyngitis. Available From:
of otolaryngology. A text book of ear, nose and throat diseases E . B aun ers Co. pp. 332- http://www.emedicine.co/med/topic735htm. [Accessed: 20 September 2014].
369.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi


Bailey, B.J., Johnson, J.T. 2006. American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Saluran Nafas Akut: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Surgery. Lippincott Williams & Wilkins, Fourth Edition, Volume one, United States of Lingkungan. Jakarta, Indonesia
America. pp. 601-13.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Hasil Riskesdas 2013. Kementrian


Beth A. 2009. Diagnosis and Treatment of Streptococcal Pharingitis. American Family Kesehatan Republik Indonesia.
Physician. 79 (5): 383-390

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Kementerian Kesehatan
Pernapasan. Jakarta. Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2014. Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung. Notoadmojo, S. 2012. Metodologi Kegiatan Kesehatan Revisi Cet., Jakarta: PT
Bidang P2PL.
Rineka Cipta

Faden H, Callanan V, Pizzuto M, Nagy M, Wilby M, Lamson D, Wrotniak B, Juretschko S,


St George K. 2016. The ubiquity of asymptomatic respiratory viral infections in the Puskesmas Pasar Ambon. 2018. Laporan Register Pasien Puskesmas Pasar Ambon Tahun
tonsils and adenoids of children and their impact on airway obstruction. Int. J. Pediatr. 2018. Bandar Lampung: Puskesmas Pasar Ambon.
Otorhinolaryngol. 2016 Nov;90:128-132.

Rusmarjono dan Bambang, H. 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam: Efiaty A.S., Nurbaiti
Ferri, Fred F. Ferri’s Clinical Advisor 2016. I., Jenny B. dan Ratna D.R.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. Jakarta. Edisi ke-6. pp. 212-215; 217-218.

Frost HM, McLean HQ, Chow BDW. 2018. Variability in Antibiotic Prescribing for Upper
Respiratory Illnesses by Provider Specialty. J. Pediatr. Dec;203:76-85.e8 Robert W Wolford, Timothy J Scaefer. Pharingitis. [Update 2019 Feb 28].In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan

Geoge L. Adams. 2014. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta. EGC.


…cont
Rusmarjono dan Soepardi E. 2007. Bku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Buhl R. Local oropharyngeal side effects of inhaled corticosteroids in patients with
Kepala dan Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI asthma. Allergy. 2006;61(5):518–26.
Kwong KK. Prevention and treatment of oropharyngeal mucositis following cancer
therapy: are there new approaches? Cancer Nurs. 2004;27(3):183–205.
Soepardi, A., Iskandar,N., Bashiruddin., et al. 2016. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Ratto J, Wong H, Liu J, Fahy J, Boushey H, Solomon C, Balmes J. Effects of multiday
exposure to ozone on airway inflammation as determined using sputum induction.
Environ Health Perspect. 2006;114(2):209–12.
Tasar A., et al., 2008. Clinical Efficacy of Dexamathasone for Acute Exudative
Pharyngitis.In: J Emerg Med, 2008 Nov; 35 (4): 363-7.
Verones B, Oortgiesen M. Neurogenic inflammation and particulate matter (PM) air
pollutants. Neurotoxicology. 2001;22(6): 795–810.
Vincent, M.T.M.D., M.S., Nadhia, C.M.D., and Aneela, N.H.M.D. 2004. Pharyngitis. A
Peer-Reviewed Journal of the American Academy of Family Physician. State University
of New York-Down state Medical Center, Brooklyn, New York. Available From: Graham H. Social determinants and their unequal distribution: clarifying policy
http://www.aafp.org/afp /2004/0315/p1465.html. [Accessed: 20 September 2014]. understandings. Milbank Q 2004;82:101 - 24.

Yuniar C, Anggadiredja K, dan Islamiyah A. 2017. Evaluation of Rational Drug Use for Braveman P, Egerter S, Williams DR. The social determinants of health: coming of age.
Acute Pharyngitis Associated with the Incidence and Prevalence of the Disease at Two Annu Rev Public Health 2011;32:381- 98.
Community Health Centers in Indonesia. Sci Pharm. 2017; 85(2): 22.

Bentley M. An ecological public health approach to understanding the relationships


Grilo A, Sa´ez-Rosas MP, Santos-Morano J, Sa´nchez E, Moreno-Rey C, Real LM, between sustainable urban environments, public health and social equity. Health
Ramı´rez-Lorca R, Sa´ez ME. Identification of genetic factors associated with Promot Int 2014;29:528-37
susceptibility to angiotensinconverting enzyme inhibitors-induced cough.
Pharmacogenet Genomics. 2011;21(1):10–7.
We would like to say.. Thank you 

Anda mungkin juga menyukai