Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MATA PELATIHAN
1. Undang-Undang Nomor 02 Tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi
2. Permen PU Nomor 05/PRT/M/2014
Tentang Pedoman SM K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum;
3. Permen PU Nomor 04/PRT/M/2009
tentang Sistem Manajemen Mutu
MATERI PELATIHAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 02 TAHUN 2017
TENTANG
JASA KONSTRUKSI
7. Sub penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi kepada Penyedia Jasa.
8. Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen kontrak yang mengatur hubungan hukum antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
9. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan adalah pedoman teknis keamanan,
keselamatan, kesehatan tempat kerja konstruksi, dan perlindungan sosial tenaga kerja, serta tata
lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Pasal 3
d. menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan
kenyamanan lingkungan terbangun;
C. Kewenangan
Pasal 4
Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas:
c. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan;
Pasal 5
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf c, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
a. mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa
Konstruksi;
Lanjutan
Pasal 6
3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa
Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil dan menengah.
D. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan
Pasal 59
1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan.
2) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran,
dan/atau pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
Lanjutan
3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa
Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Lanjutan
4) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan
kewenangannya.
5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap
produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan
kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun
MATERI PELATIHAN
PERMEN PU NOMOR 05/PRT/M/2014
TENTANG
PEDOMAN SM K3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM
a. Kebijakan K3;
b. Perencanaan K3;
c. Pengendalian Operasional;
d. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
e. Tinjauan Ulang Kinerja K3.
Lanjutan
3) SMK3 Konstruksi Bidang PU sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diterapkan pada tahapan sebagai berikut:
d. menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dalam harga penawaran sebagai
bagian dari biaya umum;
e. membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima
Kegiatan pada akhir kegiatan;
Lanjutan
f. melaporkan kepada PPK dan Dinas yang
membidangi ketenagakerjaan setempat
tentang kejadian berbahaya, kecelakaan
kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja
konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;
g. menindaklanjuti surat peringatan yang
diterima dari PPK;
h. bertanggung jawab atas terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
apabila tidak menyelenggarakan SMK3
Konstruksi Bidang PU sesuai dengan
RK3K;
i. mengikutsertakan pekerjanya dalam
program perlindungan tenaga kerja
selama kegiatan pekerjaan konstruksi;
E. Biaya Penyelenggaraan Penerapan SM K3 Konstruksi
Pasal 20
1) Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU
dialokasikan dalam biaya umum yang mencakup:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi dan perijinan;
f. Personil K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu-rambu; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3.
2) Rencana biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
PU menjadi bagian dari RK3K, yang disepakati dan
disetujui pada saat rapat persiapan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi (Pre Construction Meeting).
Lanjutan
j. melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang meliputi:
1. Tempat kerja;
2. Peralatan kerja;
3. Cara kerja;
6. Rambu-rambu; dan
1) Pengelola SMM terdiri atas Pejabat Struktural ditingkat Eselon I, Eselon II dan Eselon III (yang terpisah dari Eselon II-nya)
memiliki dan bertanggung jawab terhadap penerapan SMM Departemen.
2) Dalam pelaksanaannya Pegelola SMM dapat dibantu oleh tenaga ahli yang memiliki kompetensi SMM.
3) Pengelola SMM terdiri atas Penjamin Mutu dan panel Audit.
4) Penjamin Mutu terdiri atas Wakil Manajemen dan Pengendali Dokumen.
5) Panel Audit dijabat oleh seorang Auditor yang memiliki kompetensi untuk mengkoordinasi kegiatan Audit Internal SMM.
6) Pejabat Pengelola SMM diangkat dan ditetapkan dengan surat keputusan oleh Pimpinan masing-masing.
C.Penerapan SMM
Pasal 5
1) Seluruh unit Kerja sesuai dengan tugas dan fungsinya wajib memahami dan menerapkan SMM.
2) Seluruh Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Kegiatan (Pekerjaan Konstruksi dan Non Konstruksi) di lingkungan
Departemen sesuai dengan tugas dan fungsinya wajib memahami dan menerapkan SMM.
3) Penyedia Barang/Jasa di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum baik di pusat maupun di daerah wajib
memahami dan menerapkan SMM.
4) Unit Kerja, Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Kegiatan di lingkungan Departemen baik di pusat maupun di daerah
wajib melaksanakan pengukuran kinerja SMM melalui Audit Internal.
5) Unit Kerja, Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Kegiatan baik di pusat maupun di daerah wajib melakukan audit
SMM terhadap kegiatan yang dilaksanakan olhe Penyedia Barang/Jasa di lingkungan Departemen
Lanjutan
Pasal 13
Penyedia Barang/Jasa wajib :
a. Membuat Rencana Mutu Kontrak (RMK) sebagai penjaminan mutu pelaksanaan kepada Unit Pelaksana
Kegiatan pada rapat pra-pelaksanaan kegiatan (pre-construction meeting)/rapat pendahuluan untuk
mendapatkan pengesahan dari Kepala Unit Pelaksana Kegiatan (SNVT/SKS/PPK);\
b. Menerapkan dan mengendalikan pelaksanaan RMK secara konsisten untuk mencapai mutu yang
dipersyaratkan pada pelaksanaan kegiatannya;
c. Melakukan tinjauan pada RMK apabila terjadi perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan yang meliputi
persyaratan/ketentuan/organisasi, agar tetap memenuhi mutu yang dipersyaratkan; dan
d. Mengajukan usulan pengesahan ulang apabila terjadi perubahan RMK.
Kesimpulan
1. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengopererasian, pemeliharaan,
pembongkaran, dan pembangunan- kembali suatu bangunan.
2. Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja,
proses produksi dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
3. SMM memudahkan Unit Kerja/Satuan Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan, serta Penyedia Barang/Jasa dalam melaksanakan tugas
pemerintah di bidang Pekerjaan Umum agar tercapai kinerja yang direncanakan secara akuntabel, efisien dan efektif, dalam
rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance).
TERIMAKASIH