Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah Ekologi Kuantitatif

Menentukan Kerapatan Lamun


dengan Metode Survei Lapangan dan
Menggunakan Teknologi
Penginderaan Jauh

Oleh Kelompok 1 :
1. Julaiha Lahmadi : 05181611067
2. Andreyan Y. Drakel : 05181511023
3. Wahyuni A. Rahman : 05181711053
4. Mu’min : 05181811083
1. Latar Belakang
 Ekosistem lamun berperan penting di wilayah pesisir
karena menjadi habitat penting untuk berbagai jenis
biota laut.
 Kondisi padang lamun diduga terus mengalami
kerusakan dari tahun ke tahun, sehingga perlu dilakukan
pengamatan secara temporal terutama kerapatan lamun.
 Kerapatan jenis lamun yaitu jumlah total individu suatu
jenis lamun dalam unit area yang diukur.
 Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh dengan jenis
sensor dan metode pengolahan data citra saat ini telah
meningkatkan penggunaannya dalam memantau dan
memetakan lingkungan pesisir.
2. Metode Pengambilan Sampel Lamun

 Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel lamun


yaitu transek kuadrat, GPS, roll meter, thermometer, pH meter,
Handrefractometer, buku identifikasi lamun, data citra landsat, laptop,
kamera.
 Metode yang digunakan yaitu metode survei, stasiun ditetapkan
secara purposive yakni dengan beberapa pertimbangan terhadap
kondisi fisik lokasi, letak geografis dan kondisi alam.
 Contoh skema pengambilan sampel lamun :
3. Metode Perhitungan Kerapatan Lamun
 Setelah semua sampel dalam kuadran diketahui jenisnya dan dihitung
jumlahnya, dilanjutkan dengan analisis data.
 Tidak lupa dilengkapi dengan pengambilan data parameter lingkungan.
 Analisis data kerapatan lamun menggunakan persamaan :

 Membuat tabel dan grafik/diagram sesuai dengan hasil perhitungan


kerapatan lamun
4. Akurasi data dengan citra satelit
 Pengolahan citra dilakukan menggunakan software ERMapper 2014.
Data citra dapat didownload di website www.earthexplorer.usgs.gov.
salah satunya adalah data citra Landsat.
 Tahap yang dilakukan sebagai berikut :
1. Cropping citra (pemotongan citra) dilakukan untuk membatasi daerah
penelitian (region of interest) dengan tujun agar lebih fokus.
2. Koreksi radiometri, berfungsi mengurangi atau menghilangkan
pengaruh reflektan atmosfer pada saat melakukan
perekaman.
3. Koreksi geometrik, karena adanya pergeseran piksel dari letak yang
sebenarnya dan untuk mengatasinya melalui dua tahap, yaitu :
transformasi koordinat dan resampling terhadap number data citra
yang telah terkoreksi geometrik yaitu peta RBI (Rupa Bumi Indonesi)
atau citra satelit.
4. Koreksi lyzenga, atau koreksi kolom air digunakan untuk
memperjelas tampilan citra, agar memudahkan dalam kegiatan
klasifikasi daerah laut dan daratan.
4. Akurasi data dengan citra satelit
 Lanjutan :
5. Citra komposit warna (RGB) merupakan singkatan dari red, green
blue dimana dengan menggabungkan 3 band dapat membedakan
wilayah yang akan dikaji (software ERMapper dengan RGB_532)
6. Klasifikasi citra data satelit, dengan mengelompokkan piksel pada
citra menjadi beberapa kelas berdasarkan analisis statistika sebagai
acuan untuk melakukan klasifikasi
7. Deliniasi data citra vegetasi lamun, merupakan proses pengeditan
warna pada tiap kelompok klasifikasi yang melambangkan vegetasi
lamun.
8. Overlay hasil delineasi citra, yaitu menimpa 2 citra dengan tahun yang
berbeda, yang kemudian dilihat perbedaan luasan yang ada berkurang
maupun bertambah.
 Dari hasil akurasi data citra ini dapat dicocokkan dengan analisis
kerapatan lamun yang ada dilapangan sesuai perhitungan.
 Beberapa contoh hasil pengolahan data citra (klik panah berikut)
***Terima Kasih***

Anda mungkin juga menyukai