Anda di halaman 1dari 57

SKABIES

Preseptor:
dr. Sylvia Dewi Anwar
dr. Viona Putria

Dokter Muda :
Giovandi Sauky 1110313046
Poppy Permata Putri 1210312013
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang
disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei var hominis

Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung dari kulit ke kulit


maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya
pakaian handuk, sprei, bantal dan lain - lain)
• Scabies paling sering ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda, tetapi dapat
menyerang semua umur

• faktor sosial daripada faktor kerentanan yang


melekat. Populasi yang padat, yang umum
terjadi di negara-negara terbelakang dan
hampir selalu terkait dengan kemiskinan dan
faktor kebersihan yang buruk, juga ikut
mendorong penyebaran scabies
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes
scabiei var hominis. Kutu scabies memiliki 4 pasang
kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mata telanjang.

Secara morfologik merupakan tungau kecil,


berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat
perekat
Kutu scabies betina menggali terowongan pada
stratum corneum dan meneteskan telur 2-3
setiap hari. Telur menetas 3 hari  larva

Terbentuk kantung dangkal di stratum corneum


dimana larva-larva ini akan bertrasnformasi dan
menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu

Kutu ini kawin di dalam kantongnya, dimana kutu


jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan
siklus hidupnya.

Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4


hingga 6 minggu untuk timbul reaksi
hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu
untuk membuat terowongannya dan menghindari
area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.
Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20
tungau di tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies
dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.
Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan
pasien dengan pengobatan immunosuppresan
mempunyai risiko tinggi untuk menderita Norwegian
scabies.
Pruritus nocturna
• timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang
menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam
beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari.
Menyerang manusia secara berkelompok

• Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok,


sehingga dalam sebuah keluarga biasanya mengenai
seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat
menular hampir ke seluruh penduduk.
Stadium krustasi
• Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan
lepas dalam waktu 1-2 minggu. Sering terjadi
neuralgi pasca herpetica terutama pada orang
tua yang dapat berlangsung berbulan-bulan
parestesi yang bersifat sementara

• Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini


berupa lesi – lesi baru yang tetap timbul
brlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa
resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu
Adanya terowongan

• Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung


kepada kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa
didalam stratum korneum, oleh karena itu parasit sangat
menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum
yang relatif lebih longgar dan tipis.

Menemukan Sarcoptes scabiei

• Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih


utuh kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau
dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan
hal yang paling diagnostik
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi
papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah
sela-sela jari, pergelangan tangan bagian depan
dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum,
penis, labia dan pada areola wanita.(3) Bila ada
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorfik
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).(10)
Anamnesis

Pemeriksaan P. Penunjang
fisik
• Kerokan kulit
• Mengambil tungau dengan jarum
• Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
• Membuat biopsi irisan (epidermal shave
biopsy)
 Tatalaksana Khusus

• Terdapat beberapa terapi untuk


skabies yang memiliki tingkat
efektifitas yang bervariasi. Faktor yang
berpengaruh dalam keberhasilan yang
antara lain umur pasien, biaya
pengobatan, berat derajat erupsi, dan
faktor kegagalan terapi yang pernah
diberikan sebelumnya.(1)
 Tatalaksana Khusus

• Pada pasien dewasa, skabisid topikal


harus dioleskan di seluruh permukaan
tubuh kecuali area wajah dan kulit
kepala,dan lebih difokuskan di daerah
sela-sela jari, inguinal, genital, area
lipatan kulit sekitar kuku, dan area
belakang telinga.
 Tatalaksana Khusus

• Pada pasien anak dan skabies


berkrusta, area wajah dan kulit kepala
juga harus dioleskan skabisid topikal.
Pasien harus diinformasikan bahwa
walaupun telah diberikan terapi
skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa
gatal di kulit dapat tetap menetap
hingga 4 minggu
 Tatalaksana Khusus

• Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan


beranggapan bahwa pengobatan yang
diberikan tidak berhasil dan kemudian akan
menggunakan obat anti skabies secara
berlebihan. Steroid topikal, anti histamin
maupun steroid sistemik jangka pendek dapat
diberikan untuk menghilangkan ruam dan
gatal pada pasien yang tidak membaik setelah
pemberian terapi skabisid yang lengkap
Umumnya baik, pada Skabies prognosis
bergantung pada tindakan perawatan secara
dini
 Nama : Ny. EJ
 Umur : 57 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : P. Laweh
 Agama : Islam
 Suku : Minang
 Tanggal Pemeriksaan : 6 April 2018
 StatusPerkawinan : Menikah,
satu kali
 Jumlah Anak : 3 orang.
 SCREEM
• Social: interaksi dengan tetangga baik, keluarga ikut
kegiatan sosial yang diadakan masyarakat setempat bila
tidak berhalangan hadir
• Culture: keluarga mengikuti semua budaya, tatakrama
yang ada tanpa adanya paksaan dari siapapun dan
keluarga menyadari penuh mengenai etika dan sopan
santun
• Religious: Keluarga ini beragama Islam dan selalu
menjalankan ibadah wajib sesuai waktunya.
• Economic: Berasal dari golongan ekonomi menengah.
Penghasilan keluarga berasal dari gaji anak-anak pasien,
dirasakan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
• Medical: Anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memadai..
 Kondisi
Rumah
 Kondisi
Rumah
 Kondisi
Rumah
 Kondisi Lingkungan Keluarga
• Keluarga pasien tinggal di pemukiman yang
tidak terlalu padat. Jarak rumah pasien dengan
rumah tetangga ada. Akses ke rumah pasien
bisa dengan menggunakan mobil. Jarak rumah
ke puskesmas ± 2-3 km.
 Aspek Psikologis di Keluarga
• Pasien merasa cemas dikarenakan kondisi yang
dialami pasien beserta kedua cucunya yang
tidak kunjung membaik.
• Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain
baik
 Keluhan Utama
 Bintik-bintik disertai rasa gatal di seluruh
tubuh yang meningkat sejak ± 3 minggu
yang lalu.
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Awalnya timbul bintik-bintik disertai rasa gatal di daerah
kedua tangan pasien ± 3 minggu yang lalu. Kemudian
bintik-bintik dan rasa gatal tersebut meluas ke lengan,
sela paha, kedua tungkai, dan juga kedua kaki pasien
sejak ± 2 minggu yang lalu.
 Sebelumnya, salah seorang cucu pasien yang berusia 4
tahun menderita bintik-bintik dan disertai gatal seperti
yang dialami pasien. Cucu pasien sering bermain di
rumah tetangga yang salah seorang anaknya juga ada
menderita keluhan bintik – bintik disertai gatal seperti
yang dialami pasien. Beberapa hari kemudian, keluhan
ini juga dialami oleh seorang cucu pasien yang lain.
Namun keluhan ini belum pernah diobati.
 Riwayat Penyakit Sekarang
• Gatal dirasakan sepanjang hari, namun meningkat pada
malam hari. Pasien sering menggaruk bercak tersebut.
• Pasien memiliki kebiasaan memakai handuk bersama
dalam keluarga.
• Pasien mandi 2 kali dalam sehari.
• Pasien mengganti alas kasur 1 kali dalam seminggu.
• Pasien jarang menjemur kasurnya.
• Ventilasi dan pencahayaan rumah cukup.
• Pasien belum pernah pergi berobat untuk keluhan gatal
tersebut.
• Pasien tidak memiliki riwayat bersin-bersin di pagi hari
dan sesak nafas dengan bunyi menciut
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien tidak pernah menderita gatal-gatal
seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga /
Atopi / Alergi
• Dua orang cucu pasien juga menderita bintik-
bintik disertai gatal seperti yang diderita pasien.
• Riwayat alergi obat tidak ada
• Riwayat asma tidak ada
• Riwayat galigata tidak ada
• Riwayat mata merah, gatal dan berair tidak ada
Status Generalis
• Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
• Kesadaran : Komposmentis
• Berat Badan : 68 kg
• Tinggi Badan : 152 cm
• Status gizi : Overwight weight BMI
29,43
• Pemeriksaan thorak : Dalam batas
normal
• Pemerikssaan abdomen : Dalam batas
normal
Status Dermatologikus
• Lokasi : Kedua tangan, kedua lengan,
sela paha, kedua tungkai serta kedua kaki
• Distribusi : Generalisata
• Bentuk : Tidak khas
• Susunan : Tidak khas
• Batas : Tidak tegas
• Ukuran : Milier - Lentikuler
• Efloresensi : Papul eritem multipel dengan
krusta hitam diatasnya, erosi.
Status venereologikus
• Tidak ada kelainan
Kelainan selaput
 Tidak ada kelainan
Kelainan rambut
 Tidak ada kelainan
Kelainan kelenjar limfe
 Tidak ada kelainan
Skabies
Tidak ada diagnosis banding.
Kerokan kulit dengan KOH 10%
Melalui pendekatan komprehensif
dan holistik
Promotif :
• Edukasi mengenai penyakit scabies,
penyebab, perjalanan penyakit,
pengobatan, serta penularannya
Melalui pendekatan komprehensif dan holistik
 Preventif :
• Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk memutuskan
rantai penularan scabies maka seluruh anggota keluarga,
baik yang bergejala ataupun tidak, harus diobati secara
serentak. Jika dapat juga menganjurkan tetangga pasien
untuk dapat berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
• Tingkatkan higiene perorangan dan lingkungan, termasuk
menggunakan 1 handuk untuk 1 orang, mencuci kain yang
kontak dengan tubuh seperti seprei, baju, sarung dengan air
hangat dan dijemur dibawah terik matahari.
• Menjemur kasur bantal, karpet dan sofa dibawah terik
matahari.
• Harus berobat secara tepat dan benar, cara penggunaan
obat topikal dan oral secara jelas.
Melalui pendekatan komprehensif
dan holistik
Kuratif :
• Topikal
 Salep 24, dioleskan ke seluruh tubuh kecuali
wajah selama 3 hari berturut-turut, dioleskan
kembali tiap selesai berkontak sengan air seperti
mandi ataupun berwudhu
• Sistemik
 Cetirizin 10 mg 1 kali sehari
Melalui pendekatan komprehensif
dan holistik
Rehabilitatif
• Kontrol ulang ke Puskesmas setelah 7 hari
• Kendali infeksi sekunder dengan
menghindari menggaruk bintik-bintik
tersebut
• Tingkatkan konsumsi nutrisi
Quo ad Sanationam : Dubia ad
Bonam
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad kosmetikum : Dubia ad
Bonam
Awalnya timbul bintik-bintik disertai rasa
gatal di daerah kedua tangan pasien.

Kemudian bintik-bintik dan rasa gatal


tersebut meluas ke lengan, sela paha, kedua
tungkai, dan juga kedua kaki pasien.

Keluhan bintik-bintik disertai rasa gatal


seperti ini bisa terjadi pada skabies,
pedikulosis korporis, prurigo ataupun
dermatitis.
Sebelumnya, salah seorang cucu pasien yang
berusia 4 tahun menderita bintik-bintik dan disertai
gatal seperti yang dialami pasien. Cucu pasien
sering bermain di rumah tetangga yang salah
seorang anaknya juga ada menderita keluhan bintik
– bintik disertai gatal seperti yang dialami pasien.

• Hal ini merupakan salah satu faktor


predisposisi untuk terjadinya penularan kutu
parasit yaitu Sarcoptes scabiei.
• mampu menggali terowongan di kulit dan
menyebabkan rasa gatal.
• Gatal dirasakan sepanjang hari, namun
meningkat pada malam hari. Hal ini
disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas.
Cara penularan Sarcoptes scabiei ada 2

kontak tidak langsung (melalui


benda), misalnya pakaian,
Kontak langsung (kontak kulit
handuk, sprei, bantal, dan lain-
dengan kulit) misalnya berjabat
lain. Kebiasaan pasien memakai
tangan, tidur bersama, dan
handuk bersama dalam keluarga
hubungan seksual.
bisa menjadi sumber penularan
parasit ini.
Status dermatologikus didapatkan lesi di hampir
seluruh tubuh kedua tangan, kedua lengan, sela paha,
kedua tungkai serta kedua kaki, terdistribusi
generalisata, bentuk dan susunan tidak khas, batas
tidak tegas, berukuran milier-lentikuler, dengan
efloresensis Papul eritem multipel dengan krusta hitam
diatasnya, erosi.

Gambaran lesi mengarah ke skabies. Kelainan


kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau
skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri
akibat garukan. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
Mendukung penegakkan diagnosis

kerokan kulit pada lesi, kemudian kerokan tersebut diletakkan


ke kaca objek dan diberi 1 tetes KOH 10%.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,


punggung cembung, bagian perut rata, dan mempunyai 8 kaki.

Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.

Pada pasien ini, tidak dilakukan pemeriksaan kerokan kulit. Namun hal
ini bukan berarti pasien tidak menderita skabies. Karena masih ada
tanda kardinal lain yang mendukung diagnosis ke arah skabies.
Tatalaksana umum
(Promotif)

Edukasi mengenai penyakit scabies,


penyebab, perjalanan penyakit,
pengobatan, serta penularannya.
Tatalaksana
umum seluruh anggota keluarga, baik yang bergejala ataupun
(Preventif) tidak, harus diobati secara serentak  memutus rantai
penularan scabies
Tingkatkan higiene perorangan dan lingkungan, termasuk
menggunakan 1 handuk untuk 1 orang, mencuci kain yang kontak
dengan tubuh seperti seprei, baju, sarung dengan air hangat dan
dijemur dibawah terik matahari.

Menjemur kasur bantal, karpet dan sofa dibawah terik


matahari.

Harus berobat secara tepat dan benar, cara penggunaan


obat topikal dan oral secara jelas.
Tatalaksana Topikal  antiskabies
khusus
• Salep 24, dioleskan ke seluruh tubuh kecuali wajah
(Kuratif) selama 3 hari berturut-turut, dioleskan kembali
tiap selesai berkontak sengan air seperti mandi
ataupun berwudhu

Sistemik  antihistamin
• Cetirizin 10 mg 1 kali sehari
Tatalaksana
khusus Kontrol ulang ke Puskesmas
(Rehabilitatif) setelah 7 hari

Kendali infeksi sekunder dengan


menghindari menggaruk bintik-
bintik tersebut

Tingkatkan konsumsi nutrisi


Prognosis

• Dengan memperhatikan pemilihan


dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan
faktor predisposisi, antara lain
higiene, serta semua orang yang
berkontak erat dengan pasien harus
diobati, maka penyakit ini dapat
diberantas dan prognosis baik.

Anda mungkin juga menyukai