Anda di halaman 1dari 30

STATISTIK

UNTUK
UJI BEDA

1
Arti “Berbeda”
Dua kelompok atau dua gejala dikatakan berbeda
jika secara statistik keduanya terbukti berbeda
secara signifikan. Jika perbedaan antara kedua
kelompok atau kedua gejala itu tidak signifikan,
maka keduanya dianggap tidak berbeda.

Perbedaan dianggap signifikan jika nilai statistik


empirik (statistik hitung) ≥ nilai statistik teoretik
(statistik tabel) 2
Contoh Kasus/Masalah
1. Apakah ada perbedaan frekuensi mengalami kecelakaan lalu lintas antara
sopir yang pernah ikut kursus menyetir dan sopir yang tidak pernah ikut
kursus menyetir?
2. Apakah ada perbedaan jumlah salah ketik antara pengetik yang
berpengalaman dan pengetik yang tidak berpengalaman?
3. Apakah ada perbedaan hasil tes antara mahasiswa yang berdoa sebelum
tes dan mahasiswa yang tidak berdoa sebelum tes?
4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara kelompok belajar yang diajar
dengan metode ceramah dan kelompok belajar yang diajar dengan metode
ceramah plus diskusi?

3
Permasalahan tersebut menyangkut
statistik uji beda

Uji Beda:
Kasus 1-2 menyangkut uji beda
frekuensi
Kasus 3-4 menyangkut uji beda rerata
(Mean)

4
5
Contoh Kasus
Rudi ingin meneliti perbedaan frekuensi (jumlah) kesembuhan antara
pasien yang yakin thd metode pengobatan A dan pasien yang tidak
yakin thd metode pengobatan A.
Rumusan Masalah:
Apakah ada perbedaan frekuensi (jumlah) kesembuhan antara
pasien yang yakin thd metode pengobatan A dan pasien yang tidak
yakin thd metode pengobatan A?
Tujuan Penelitian:
ingin menguji ada/tidaknya perbedaan frekuensi (jumlah)
kesembuhan antara pasien yang yakin thd metode pengobatan A
dan pasien yang tidak yakin thd metode pengobatan A.
Data:
dikumpulkan dari 84 pasien yang mengikuti pengobatan dengan
metode pengobatan A. Datanya terkumpul sbb.:
6
Frekuensi Kesembuhan Pasien

Pasien Pasien
Sembuh Tdk Sembuh Jumlah

Yakin 50 20 70
Tidak Yakin 4 10 14
Jumlah 54 30 84

Bantulah Rudi untuk menguji ada/tidaknya


perbedaan tersebut dengan menggunakan
prosedur statistik yang urut dan benar.
7
Dikerjakan:
1. Merumuskan hipotesis nihil atau H0:
tidak ada perbedaan frekuensi (jumlah)
kesembuhan antara pasien yang yakin thd
metode pengobatan A dengan pasien yang
tidak yakin thd metode pengobatan A.
2. Menentukan teknik statistik:
Hendak dilakukan uji perbedaan frekuensi, dengan
data nominal. Digunakan statistik uji beda
frekuensi Chi Square (X2).
3. Menetapkan taraf kepercayaan:
uji beda frekuensi akan menggunakan taraf
kepercayaan 95%.
8
4. Menentukan batas penolakan hipotesis nihil:
Degree of freedom (df) = (kolom – 1) (baris – 1) = (2-1) (2-1) =
1.
X2 teoretik untuk taraf kepercayaan 95% adalah 3,84.
Jika X2 empirik/hitung > 3,84, maka H0 ditolak. Jika X2
empirik/hitung < 3,84, maka H0 tidak ditolak.
9
Dikerjakan: (lanjutan)

5. Mencari statistik X2 empirik/hitung (dari data riel


yang telah terkumpul), dengan rumus:

(fo – fh)2
X2 = fh

Untuk mengerjakan rumus itu, diperlukan tabel


persiapan sebagai berikut.
10
Dikerjakan: (lanjutan)
Tabel persiapan untuk menghitung X2
Pasien Pasien Jumlah
sembuh tidak smbuh
Yakin 50 (45) 20 (25) 70
Tidak yakin 4 (9) 10 (5) 14
Jumlah 54 30 84

Keterangan:
Angka-angka 50, 20, 4, dan 10 adalah frekuensi yang terobservasi (fo)
Cari terlebih dahulu fh (frekuensi yang diharapkan), dengan rumus:
(∑f kolom) (∑f baris)
Jumlah total
Tempatkan fh di antara tanda kurung di belakang fo.
Dikerjakan: (lanjutan)
X2 = 9,333333333 = 9,33
(fo – fh)2
X2 = fh

6. Mengkonsultasikan statistik empirik dengan


statistik teoretik (yang dikriteriakan) dan ambil
keputusan:
X2 empirik/hitung = 9,33
X2 teoretik/tabel = 3,84
X2 empirik/hitung > X2 teoretik/tabel
Keputusannya, H0 ditolak.
12
Dikerjakan: (lanjutan)

7. Karena H0 ditolak, maka dapat disimpulkan


bahwa ada perbedaan frekuensi (jumlah)
kesembuhan antara pasien yang yakin thd
metode pengobatan A dengan pasien yang tidak
yakin thd metode pengobatan A.
Pasien yang yakin thd metode pengobatan A
lebih banyak yang mengalami kesembuhan
daripada pasien yang tidak yakin thd metode
pengobatan A.
Kesimpulan ini berlaku untuk 95 kasus di antara
100 kasus.
13
Contoh Lagi
Rio ingin meneliti perbedaan frekuensi berkencan para mahasiswa
yang berasal dari desa, dari kota kecamatan dan dari kota
kabupaten.
Rumusan Masalah: apakah ada perbedaan frekuensi berkencan
antara mahasiswa dari desa, dari kota keca-matan dan dari kota
kabupaten?
Tujuan Penelitian: ingin menguji ada/tidaknya perbedaan
frekuensi berkencan antara mahasiswa dari desa, dari kota
kecamatan, dan dari kota kabupaten.
Data: dikumpulkan dari 200 orang mahasiswa FIP, beru-pa
jawaban atas pertanyaan: berapa kalikah Anda berkencan dengan
pacar Anda dalam 1 bulan?
Datanya terkumpul sbb.:
14
Frekuensi Berkencan Mahasiswa (perbulan)

Asal <10 kali 10-15 kali >15 kali Jml

Desa 6 (12) 60 (56) 14 (12) 80


Kecamatan 14 (10,5) 48 (49) 8 (10,5) 70
Kota Kab. 10 (7,5) 32 (35) 8 (7,5) 50
Jml 30 140 30 200

Bantulah Rio untuk menguji ada/tidaknya perbedaan tersebut


dengan menggunakan prosedur statistik yang urut dan benar.

15
Dikerjakan:
1. Merumuskan hipotesis nihil atau H0: tidak ada
perbedaan frekuensi berkencan antara
mahasiswa yang berasal dari desa, kota
kecamatan, dan kota kabupaten.
2. Menentukan teknik statistik: Hendak dilakukan
uji perbedaan frekuensi, dengan data nominal.
Digunakan statistik uji beda frekuensi Chi
Square (X2)
3. Menetapkan taraf kepercayaan: uji beda
frekuensi akan menggunakan taraf
kepercayaan 95%.
16
4. Menentukan batas penolakan hipotesis nihil:
Degree of freedom (df) = (kolom – 1) (baris – 1) = (3-1) (3-1) = 4
X2 teoretik untuk taraf kepercayaan 95% adalah 9,49.
Jika X2 empirik/hitung > 9,49, maka H0 ditolak. Jika X2
empirik/hitung < 9,49, maka H0 tidak ditolak.
17
Dikerjakan: (lanjutan)

5. Mencari statistik X2 empirik/hitung (dari data riel


yang telah terkumpul), dengan rumus:

(fo – fh)2
X2 = fh

Untuk mengerjakan rumus itu, diperlukan tabel


persiapan sebagai berikut.
18
Dikerjakan: (lanjutan)
Tabel Persiapan utk Mencari X2

Frekuensi Berkencan (dalam 1 Bulan)


Asal <10 kali 10-15 kali >15 kali Jml
Desa 6 (12)
(12) 60 (56)
(56) 14 (12)
(12) 80
Kecamtan 14 (10,5)
(10,5) 48 (49)
(49) 8 (10,5)
(10,5) 70
Kota 10 (7,5)
(7,5) 32 (35)
(35) 8 (7,5)
(7,5) 50
Jml 30 140 30 200

Cari fh, dengan rumus seperti tersebut tadi.


19
Dikerjakan: (lanjutan)

(fo – fh)2
X2 = fh X2 = 6,525170068 = 6,53

6. Mengkonsultasikan statistik empirik dengan


statistik teoretik (yang dikriteriakan) dan ambil
keputusan:
X2 empirik/hitung = 6,53
X2 teoretik/tabel = 9,49
X2 empirik/hitung < X2 teoretik/tabel
Keputusannya, H0 tidak ditolak.
20
Dikerjakan: (lanjutan)

7. Karena H0 tidak ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak


ada perbedaan frekuensi berkencan antara mahasiswa yang
berasal dari desa, dari kota kecamatan, dan dari kota kabupaten.
Semua mahasiswa, apakah yang berasal dari desa, kota
kecamatan, atau dari kota kabupaten, memiliki peluang yang
sama untuk jarang atau sering berkencan.
Dengan kata lain, frekuensi berkencan para mahasiswa (berapa
kali perbulan) tidak terkait dengan asal tempat tinggal mereka.
Kesimpulan ini berlaku untuk 95 kasus di antara 100 kasus.

21
Kasus
Sonya ingin meneliti perbedaan frekuensi mengalami kecela-kaan lalu
lintas antara sopir yang pernah ikut kursus menyetir dan sopir yang
tidak pernah ikut kursus menyetir.
Rumusan Masalah: Apakah ada perbedaan frekuensi meng-alami
kecelakaan lalu lintas antara sopir yang pernah ikut kursus menyetir
dan sopir yang tidak pernah ikut kursus menyetir?
Tujuan Penelitian: ingin menguji ada/tidaknya perbedaan frekuensi
mengalami kecelakaan lalu lintas antara sopir yang pernah ikut kursus
menyetir dan sopir yang tidak pernah ikut kursus menyetir.
Data: dikumpulkan dari 170 sopir mikrolet di Malang, berupa jumlah sopir
yang pernah ikut kursus menyetir atau yang tidak pernah, dan berapa
kali mereka mengalami kecelaka-an lalu lintas.
Datanya terkumpul sbb.:
Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas

Pernah Tidak pernah Jumlah


Kecelakaan Kecelakaan

Ikut kursus 44 10 54
Tidak ikut kursus 81 35 116
Jumlah 125 45 170

Bantulah Sonya untuk menguji ada/tidaknya perbedaan tersebut


dengan menggunakan prosedur statistik yang urut dan benar.
Dikerjakan:
1. Merumuskan hipotesis nihil atau H0: tidak ada
perbedaan frekuensi kecelakaan antara sopir
yang pernah ikut kursus mengemudi dengan
sopir yang tidak ikut kursus mengemudi.
2. Menentukan teknik statistik: Hendak dilakukan
uji perbedaan frekuensi, dengan data nominal.
Digunakan statistik uji beda frekuensi Chi
Square (X2).
3. Menetapkan taraf kepercayaan: uji beda
frekuensi akan menggunakan taraf
kepercayaan 95%.
4. Menentukan batas penolakan hipotesis nihil:
Degree of freedom (df) = (kolom – 1) (baris – 1) = (2-1) (2-1) =
1.
X2 teoretik untuk taraf kepercayaan 95% adalah 3,84.
Jika X2 empirik/hitung > 3,84, maka H0 ditolak. Jika X2
empirik/hitung < 3,84, maka H0 tidak ditolak.
Dikerjakan: (lanjutan)

5. Mencari statistik X2 empirik/hitung (dari data riel


yang telah terkumpul), dengan rumus:

(fo – fh)2
X2 = fh

Untuk mengerjakan rumus itu, diperlukan tabel


persiapan sebagai berikut.
Dikerjakan: (lanjutan)

Tabel persiapan untuk menghitung X2


Pernah Tidak pernah Jumlah
Kecelakaan Kecelakaan
Ikut kursus 42 12 54
Tdk ikut kursus 78 38 116
Jumlah 120 50 170

Keterangan:
Angka-angka 44, 10, 81, dqn 35 adalah frekuensi yang terobservasi (fo)
Cari terlebih dahulu fh (frekuensi yang diharapkan), dengan rumus:
(∑f kolom) (∑f baris)
Jumlah total
Tempatkan fh di antara tanda kurung di belakang fo.
Dikerjakan: (lanjutan)

Tabel persiapan untuk menghitung X2


Pernah Tidak pernah Jumlah
Kecelakaan Kecelakaan
Ikut kursus 44 (39,7) 10 (14,3) 54
Tdk ikut kursus 81 (85,3) 35 (30,7) 116
Jumlah 125 45 170

Keterangan:
Angka-angka 44, 10, 81, dqn 35 adalah frekuensi yang terobservasi (fo)
Cari terlebih dahulu fh (frekuensi yang diharapkan), dengan rumus:
(∑f kolom) (∑f baris)
Jumlah total
Tempatkan fh di antara tanda kurung di belakang fo.
Dikerjakan: (lanjutan)

(fo – fh)2
X2 = fh X2 = 2,5777943 = 2,58

6. Mengkonsultasikan statistik empirik dengan


statistik teoretik (yang dikriteriakan) dan ambil
keputusan:
X2 empirik/hitung = 2,58
X2 teoretik/tabel = 3,84
X2 empirik/hitung < X2 teoretik/tabel
Keputusannya, H0 tidak ditolak.
Dikerjakan: (lanjutan)

7. Karena H0 tidak ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak


ada perbedaan frekuensi kecelakaan antara sopir yang pernah
ikut kursus menyetir dengan sopir yang tidak pernah ikut kursus
menyetir.
Semua sopir, apakah pernah kursus menyetir atau tidak,
memiliki peluang yang sama untuk mengalami kecelakaan.
Dengan kata lain, kecelakaan yang dialami oleh para sopir
bukanlah karena faktor pernah atau tidaknya mereka mengikuti
kursus menyetir.
Kesimpulan ini berlaku untuk 95 kasus di antara 100 kasus.

Anda mungkin juga menyukai