• Anggota : 1. Eka nanda putriani (1315041021) 2. Guntur wahyu (1345041002) 3. Nurhayati tantri (1315041040) 4. Siti apriani (1315041048) TUGAS BAHASA INDONESIA
SINTESIS, PELAPISAN DAN STABILITAS SENYAWA
OKSIDA BESI OLEH SILIKA DAN APLIKASINYA UNTUK AMOBILISASI PROTEIN Abstrak Oksida besi seperti Fe3O4, γ-Fe2O3 dan α-Fe2O3 merupakan suatu material yang sangat menarik untuk dipelajari. Perbedaan suhu kalsinasi akan menghasilkan berbagai tipe material magnetik. Sintesis partikel magnetik α-Fe2O3 dan α-Fe2O3-SiO2 menggunakan metoda sol gel telah berhasil dilakukan. Sumber Fe berasal dari Fe3+ yang dilakukan pereduksian menggunakan dietanolamin, dan TEOS sebagai sumber silika. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa material magnetik adalah α-Fe2O3 dengan ukuran kristal 5,4 nm. Terbentuknya ikatan dalam material magnetik dibuktikan berdasarkan spektrum FTIR. Analisis SEM dan Nanolaser memperlihatkan morfologi dan distribusi partikel tidak merata dengan ukuran partikel yang relatif seragam. Berdasarkan analisis VSM, produk yang didapatkan bersifat superparamagnetik dan mengalami penurunan medan magnet setelah dilapisi oleh silika. Material magnetik yang dihasilkan memiliki kemampuan menyerap molekul Bovin Serum Albumin (BSA) yang bagus ketika dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. α-Fe2O3-SiO2 memiliki kemampuan menyerap molekul BSA lebih tinggi dibandingkan dengan α-Fe2O3 dan yang dimodifikasi. Selain itu, ketika uji stabilitas dilakukan menunjukkan produk yang dihasilkan memiliki kestabilan yang bagus untuk beberapa kali reaksi.
• Kata kunci : Material magnetik, Sol-Gel, Amobilisasi, Bovin Serum Albumin.
Pendahuluan • Nanopartikel magnetik merupakan suatu material yang memiliki berbagai keunggulan, antara lain: bersifat superparamagnetik, kejenuhan magnet yang tinggi, kontribusi anisotropi yang bagus, dan biokompatibel. Selain sifat magnetik yang dimiliki, material magnetik dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi, seperti: pemisahan/ amobilisasi enzim (Shao., 2009), transpor obat, serapan gelombang mikro, fotokatalis, aplikasi biologi, biomedik, pemisahan logam, magnetic resonance imaging (MRI), hipertermia, dll (Dang., 2010). Salah satu metoda yang paling banyak digunakan untuk menghasilkan nanopartikel magnetit adalah metoda sol- gel. Bahan dan metode • Sintesis Partikel Magnetik 16,22 g FeCl3 sebagai prekursor dilarutkan dalam 50 mL etanol 96%, sambil dilakukan proses stirer maka ditambahkan DEA secara perlahan-lahan. Proses stirrer dilanjutkan selama 4 jam pada suhu kamar. Setelah semua campuran larut dan homogen, dilakukan penambahan NH4OH sampai sekitar pH 10. •Proses Pelapisan Partikel Magnetik Oleh Silika
Prosesnya yang berlangsung hampir sama
dengan proses sintesis partikel magnetik, tapi yang membedakannya adalah FeCl3 sebagai prekursor dilarutkan dalam 150 mL etanol 96% dan hasil endapan yang terbentuk diberi nama magnetit-SiO2. • Modifikasi Permukaan Partikel Magnetik Menggunakan CTAB
200 mg partikel magnetik α-Fe2O3- SiO2 dilarutkan
dalam 50 mL etanol 96%. Selanjutnya ditambahkan 200 mg CTAB sebagai gugus modifikator, campuran yang terbentuk distirer selama 24 jam. Produk yang terbentuk diasumsikan partikel magnetik yang termodifikasi. • Amobilisasi Bovin Serum Albumin pada Material Magnetik
1 mg material magnetik (α-Fe2O3 dan α-
Fe2O3-SiO2) didispersikan dalam 10 mL larutan buffer (0,1 M, pH 5). Selanjutnya ditambahkan 10 mL BSA dengan berbagai macam variasi konsentrasi (0,5 – 2,5 µM) kedalam masing-masing larutan magnetik. HASIL DAN PEMBAHASAN • Hasil Analisis XRD (X-Ray Diffraction) Analisis XRD digunakan untuk mengetahui susunan atom-atom dalam suatu kristalin sehingga akan diketahui struktur, orientasi dan ukuran kristal. • Hasil Analisis Spektrofotometer FT-IR Keberhasilan terlapisinya α-Fe2O3 oleh SiO2 ditandai dengan terjadinya pengurangan intensitas dan pergeseran puncak serapan dari 559 cm-1 ke 547 cm-1, yang dapat diasumsikan bahwa permukaan α-Fe2O3 telah tertutupi oleh silika, SiO2. • Hasil Analisis SEM Morfologi, kehomogenan permukaan, dan distribusi partikel dapat diketahui menggunakan SEM. Proses pelapisan permukaan material magnetik, α-Fe2O3 menggunakan silika memberikan perubahan yang berarti ketika dibandingkan dengan α- Fe2O3 tanpa pelapisan. • Hasil Analisis VSM Uji menggunakan VSM dilakukan untuk memperoleh kurva magnetisasi suatu bahan sebagai fungsi suhu maupun sebagai fungsi medan luar sehingga dapat ditentukan fasa magnetik bahan, suhu transisi magnetik dan konstanta anisotropik bahan. • Uji Stabilitas Materia Magnetik untuk Beberapa Kali Reaksi Untuk melihat kestabilan material magnetik (α- Fe2O3 dan α-Fe2O3-SiO2), maka dapat dilihat dari jumlah molekul BSA yang mampu terserap pada material magnetik ketika diaplikasikan dalam beberapa kali pengulangan reaksi. KESIMPULAN DAN SARAN • Kesimpulan 1. Silika mempunyai kemampuan untuk menstabilkan pembentukan material magnetik dari proses reaksi balik (rasio mol prekursor : TEOS = 1 : 1), hal ini dapat diketahui dari rendemen hasil yang didapatkan jauh lebih tinggi ketika dilakukan proses pelapisan menggunakan silika, jika dibandingkan tanpa pelapisan ( 5 : 1 ) 2. Material magnetik (α-Fe2O3) yang dihasilkan mengalami penurunan sifat magnet ketika dilapisi dengan silika (α- Fe2O3-SiO2), dan sangat stabil terhadap proses oksidasi lanjut 3. Material magnetik (α-Fe2O3 dan α- Fe2O3- SiO2) bisa digunakan sebagai suatu material support yang bagus untuk mengamobilisasi protein, maksimum pada konsentrasi Bovin Serum Albumin (BSA) 1,5 μM. 4. Material magnetik (α-Fe2O3 dan α- Fe2O3- SiO2) memiliki kestabilan yang bagus dalam proses amobilisasi protein, ditandai dengan BSA terserap untuk beberapa kali pengulangan reaksi adalah konstan (50 %). 5. α-Fe2O3-SiO2 memiliki aktifitas yang lebih bagus untuk amobilisasi Bovin Serum Albumin (BSA) dibandingkan dengan α-Fe2O3, meskipun tidak mengalami perbedaan yang signifikan