Anda di halaman 1dari 31

Oleh :

dr. Angga Ario Mutari

Narasumber :
dr. Ety Febriani, Sp. PD
Pendamping :
dr. Evi Fitriany
dr. Riza Monica
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. As
 Usia : 80 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Jln. Komplek SDN 42, Lingkar
Timur
 Agama : Islam
 No. MR : 053884
 Masuk RS : 24 Januari 2017 pukul 09.45 WIB
KELUHAN UTAMA

 BAB hitam sejak 2 hari SMRS


Riwayat Perjalanan Penyakit
 BAB hitam sejak 2 hari SMRS, BAB hitam seperti aspal,
konsistensi padat, ferkuensi BAB 1 – 2 kali sehari, darah
segar dan lendir tidak ada. Sedangkan BAK tidak ada
keluhan.
 Sejak 1 minggu SMRS, pasien sering merasa mual dan
muntah berisi makanan yang dimakan sebanyak ½ `gelas,
darah tidak ada, dengan frekuensi muntah 2 kali sehari.
Paisen merasa lemas dan mengeluhkan nyeri ulu hati.
Nyeri telah dirasakan sejak 1 minggu SMRS dan
memberat sejak 1 hari, nyeri dirasakan seperti terbakar,
penuh di ulu hati dan cepat kenyang. Nyeri timbul setelah
makan. Nyeri pada ulu hati tidak menyebar dan tidak
diperberat oleh aktifitas. Pasien juga mengeluh sering
merasa ingin sendawa dan rasa asam dikerongkongan
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang
sama sebelumnya sebulumnya. Riwayat
sakit maag (+) terkontrol dengan pemberian
antasida. Riwayat nyeri sendi (rematik) (+) +
10 tahun dan mengkonsumsi obat anti nyeri
dari warung dan pasien tidak mengetahui
nama obatnya. Riwayat hipertensi (+)
terkontrol.
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga lainnya yang
mengalami keluhan nyeri ulu hati dan BAB
hitam sama seperti yang dialami pasien

Riwayat Kebiasaan
 Pasien sebelumnya rutin mengkonsumsi obat
anti nyeri yang di beli diwarung karena pasien
menderita nyeri sendi + 10 tahun. Riwayat
meminum alkohol disangkal. Pasien makan
teratur 3 kali sehari dengan porsi sedang,
riwayat suka makan pedas (+), asam (+),
konsumsi kopi 1kali sehari.
Riwayat Sosial Ekonomi
 Pasien bekerja sebagai IRT dengan
penghasilan keluarga + 1.500.000,-per
bulan.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Kompos Mentis
 Tekanan darah : 160/ 100 mmHg
 Frekuensi nafas : 20 x/ menit, teratur, sifat
torakoabdominal
 Nadi : 92 x/ menit, regular, isi
dan tegangan cukup
 Temperatur : 37,4 ºC
 Tinggi badan : 160 cm
 Berat badan : 70 kg
PEMERIKSAAN FISIK

2. Status Generalis
 Kepala : Normocephal, rambut hitam,
tersebar merata, dan tidak rontok
 Mata : Konjungtiva palpebra anemis (+/+),
sklera ikterik (-/-)
 Leher : JVP (5-2) cmH₂O, pembesaran
kelenjar getah bening (-), tiroid tidak
membesar
PEMERIKSAAN FISIK
 Dada
 Paru
 Inspeksi : Statis dan dinamis simetris dinding
dada kiri dan kanan, retraksi dinding dada (-)
 Palpasi : Stemfremitus dextra sinistra simetris,
ekspansi dinding dada dextra sinistra simetris.
 Perkusi : Sonor di semua lapang paru.
 Auskultasi : Vesikuler (+) normal, Wheezing -/-.
Ronkhi -/-
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea
midklavikula sinistra, thrill (-)
 Pekusi :
○ Batas kanan jantung ICS IV linea sternalis dextra
○ Batas kiri jantung ICS IV linea midklavikula sinistra
○ Batas atas jantung ICS II linea parasternalis sinistra
 Auskultasi : HR 92x/ menit, BJ1 dan BJ2 (+)
reguler, gallop (-), murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen
 Inspeksi : datar, scar (-)
 Auskultasi : BU (+) normal
 Palpasi: Supel, nyeri tekan epigastrium (+),hepar
dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani di seluruh region
abdomen
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik,
edema (-/-), terdapat tophi di persendian
ekstremitas atas dan bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium IGD (24-01-2017)
 Hb : 7,1 mg/dl (N : 12-16 gr/dl)
 Ht : 21 % (N : 40-54%)
 Leukosit : 10.800 mm³ (N : 4000-10.000 mm³)
 Trombosit : 611.000 sel/mm³ (N : 150.000-400.000 sel/ mm³)
 Ureum : 67 mg/dl (N : 20-40 mg/dl)
 Kreatinin : 1,9 Unit/L (N : 0.5-1.1 Unit/ L)
 GDS : 124 mg/dl (N : 70-120mg/dl)
 Kesan : pasien mengalami anemia sedang dan Trombositosis
 RUMUSAN MASALAH
 BAB hitam
 Anemia

 DIAGNOSIS KERJA
 Melena e.c susp. Gastritis Erosif e.c susp. Gastrophati
NSAID + Anemia Perdarahan + Hipertensi stage I +
susp. Gout Arthritis

 DIAGNOSIS BANDING
 Melena e.c susp. Ulkus Peptikum + Anemia perdarahan
+ Gout arthritis
PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan dari IGD:
 Istirahat
 Diet makanan lunak
 IVFD RL gtt XX/ menit
 Inj. Pantoprazole 1 x 40 (IV)
 Inj. Asam Traneksamat 50 mg 3 x 1 amp (IV)
 Inj. Vitamin K 3 x 1 amp (IV)
 Sukralfat syrup 3 x 1 c.orig
 Captopril tab 12,5 mg 3 x 1 tab
 Rencana transfusi PRC 3 x 250 cc
 RENCANA PEMERIKSAAN
 Cek darah rutin (H2TL)
 Cek asam urat
 Cek faktor rhematoid
 Endoskopi
 Ekstremitas : edema a/r ekstremitas
inferior bilateral, pitting edem a/r
pretibial dan dorsum pedis, kulit tegang,
turgor menurun
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1

DARAH
 Hb : 13,8 gr/dL
 Lekosit : 14400/mm3
 Hematokrit : 43 %
 Trombosit : 320.000
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 2
URINE
 Warna : Kuning Sedimen :
 Kejernihan : keruh
 Leukosit :+ banyak
 Eritrosit : 1-2
 Protein : +++  Kristal :-
 Bilirubin : -  Bakteri :-
 Silinder :-
 Epitel : 3-5
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

1. Sindrom Nefrotik primer


2. Sindrom Nefrotik Sekunder
DIAGNOSIS KERJA

SINDROM NEFROTIK PRIMER


PENATALAKSANAAN

 IVFD RL 12 gtt/menit
 Inj. Ceftriakson 1 gr/12 jam
 Inj. Metil Prednisolon 125 mg/8 jam
 Inj. Ranitidin 1 Amp/12 jam
 Inj. Ondansentron 1 Amp/12 jam
 Plan : USG Abdomen
 Konsul Sp.PD di ruangan
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad
bonam
Tinjauan Pustaka
Defenisi Sindrom Nefrotik
 Sindroma nefrotik merupakan kumpulan
gejala yang terdiri atas:
 Edema.
 Proteinuria masif (≥ 40 mg/m2/jam atau
proteinuria +3 atau lebih).
 Hipoalbuminemia (≤ 2,5 mg).
 Hiperkolesterolemia ≥ 200 mg/dl.
 Kadang-kadang hipertensi, hematuria,
azotemia.
Epidemiologi
 anak-anak (< 16 tahun) : nefropati lesi minimal (75%-85%)
 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat
 laki-laki dan wanita 2 : 1

Etiologi:

Kongenita

Primer /
Idiopatik
SN Sekunder
Dasar Diagnosis
 SN: edema, hipoproteinemia (kadar protein serum 5,5 g/dl),
hipoalbuminemia (kadar albumin serum 2,5 g/dl), hiperkolesterolemia
(kadar kolesterol serum 200 mg/dl), proteinuri masif (kadar proteinuri
0,05-0,1 g/kgBB/24 jam atau +++ pada pemeriksaan semi kualitatif).
 SNI: bila etiologi SN tidak diketahui.
 SN kongenital: bila gejala-gejala ditemukan 3 bulan pertama dari
kehidupan.
 SN sekunder: bila ditemukan penyebab.
 Kortikosteroid responsif: urin bebas protein (<4 mg/jam/m2 LPT) atau
negatif/trace dengan pemeriksaan asam sulfosalisilat 3 hari berturut-turut.
 SN resisten steroid: remisi tidak terjadi setelah akhir minggu kedelapan
pengobatan steroid alternating.
 Relaps jarang: Proteinuria +2 - +3 muncul kembali (kurang dari 2 kali)
dalam setahun setelah pengobatan steroid dihentikan.
 Relaps sering: Proteinuria muncul 2 kali dalam 6 bulan atau 3 kali dalam
setahun setelah pengobatan steroid dihentikan.
 Dependen steroid: relaps terjadi pada saat dosis steroid diturunkan atau
dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan, dan hal ini terjadi 2 kali
berturut-turut.
Penatalaksanaan:
a. Sindroma Nefrotik Primer
 Dietetik
 Diuretika
 Antibiotika/antiviral
 Imunisasi
 Tuberkulostatika
 Pengobatan Kortikosteroid
b. Sindroma nefrotik kongenital
• Steroid tidak diberikan.
• Pengobatan konservatif lainnya (dietetik, penanggulangan infeksi,
koreksi hipovolemia).
• ACE inhibitor:
• Transplantasi ginjal
c. Sindroma nefrotik sekunder
 Disamping penanganan terhadap sindroma nefrotiknya, perlu pengobatan
terhadap penyakit yang mendasarinya  tergantung pada SP masing-
masing dari jenis penyakit yang menimbulkan sindroma nefrotik.
Komplikasi
 Tromboemboli, infeksi, hiperlipidemia, hipokalsemia,
hipovolemia, gagal ginjal akut, anemia dan pertumbuhan
abnormal.

Prognosis:
 SNKM: 4-5% menjadi gagal ginjal terminal pada pengamatan
selama 20 tahun. GSFS: 25% menjadi gagal ginjal terminal
dalam 5 tahun.
 SN primer (SNKM) /kortikosteroid responsif umumnya baik.
 Pada kortikosteroid non responsif prognosis kurang baik,
mortalitas pada jenis GSFS 50% 16 tahun setelah diketahui,
pada GNMP 50% 11 tahun setelah diketahui. SN sekunder
tergantung penyakit primer.

Anda mungkin juga menyukai