Narasumber :
dr. Ety Febriani, Sp. PD
Pendamping :
dr. Evi Fitriany
dr. Riza Monica
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. As
Usia : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Komplek SDN 42, Lingkar
Timur
Agama : Islam
No. MR : 053884
Masuk RS : 24 Januari 2017 pukul 09.45 WIB
KELUHAN UTAMA
Riwayat Kebiasaan
Pasien sebelumnya rutin mengkonsumsi obat
anti nyeri yang di beli diwarung karena pasien
menderita nyeri sendi + 10 tahun. Riwayat
meminum alkohol disangkal. Pasien makan
teratur 3 kali sehari dengan porsi sedang,
riwayat suka makan pedas (+), asam (+),
konsumsi kopi 1kali sehari.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai IRT dengan
penghasilan keluarga + 1.500.000,-per
bulan.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan darah : 160/ 100 mmHg
Frekuensi nafas : 20 x/ menit, teratur, sifat
torakoabdominal
Nadi : 92 x/ menit, regular, isi
dan tegangan cukup
Temperatur : 37,4 ºC
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 70 kg
PEMERIKSAAN FISIK
2. Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut hitam,
tersebar merata, dan tidak rontok
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH₂O, pembesaran
kelenjar getah bening (-), tiroid tidak
membesar
PEMERIKSAAN FISIK
Dada
Paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris dinding
dada kiri dan kanan, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Stemfremitus dextra sinistra simetris,
ekspansi dinding dada dextra sinistra simetris.
Perkusi : Sonor di semua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, Wheezing -/-.
Ronkhi -/-
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea
midklavikula sinistra, thrill (-)
Pekusi :
○ Batas kanan jantung ICS IV linea sternalis dextra
○ Batas kiri jantung ICS IV linea midklavikula sinistra
○ Batas atas jantung ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : HR 92x/ menit, BJ1 dan BJ2 (+)
reguler, gallop (-), murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi : datar, scar (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi: Supel, nyeri tekan epigastrium (+),hepar
dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani di seluruh region
abdomen
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik,
edema (-/-), terdapat tophi di persendian
ekstremitas atas dan bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium IGD (24-01-2017)
Hb : 7,1 mg/dl (N : 12-16 gr/dl)
Ht : 21 % (N : 40-54%)
Leukosit : 10.800 mm³ (N : 4000-10.000 mm³)
Trombosit : 611.000 sel/mm³ (N : 150.000-400.000 sel/ mm³)
Ureum : 67 mg/dl (N : 20-40 mg/dl)
Kreatinin : 1,9 Unit/L (N : 0.5-1.1 Unit/ L)
GDS : 124 mg/dl (N : 70-120mg/dl)
Kesan : pasien mengalami anemia sedang dan Trombositosis
RUMUSAN MASALAH
BAB hitam
Anemia
DIAGNOSIS KERJA
Melena e.c susp. Gastritis Erosif e.c susp. Gastrophati
NSAID + Anemia Perdarahan + Hipertensi stage I +
susp. Gout Arthritis
DIAGNOSIS BANDING
Melena e.c susp. Ulkus Peptikum + Anemia perdarahan
+ Gout arthritis
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari IGD:
Istirahat
Diet makanan lunak
IVFD RL gtt XX/ menit
Inj. Pantoprazole 1 x 40 (IV)
Inj. Asam Traneksamat 50 mg 3 x 1 amp (IV)
Inj. Vitamin K 3 x 1 amp (IV)
Sukralfat syrup 3 x 1 c.orig
Captopril tab 12,5 mg 3 x 1 tab
Rencana transfusi PRC 3 x 250 cc
RENCANA PEMERIKSAAN
Cek darah rutin (H2TL)
Cek asam urat
Cek faktor rhematoid
Endoskopi
Ekstremitas : edema a/r ekstremitas
inferior bilateral, pitting edem a/r
pretibial dan dorsum pedis, kulit tegang,
turgor menurun
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1
DARAH
Hb : 13,8 gr/dL
Lekosit : 14400/mm3
Hematokrit : 43 %
Trombosit : 320.000
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 2
URINE
Warna : Kuning Sedimen :
Kejernihan : keruh
Leukosit :+ banyak
Eritrosit : 1-2
Protein : +++ Kristal :-
Bilirubin : - Bakteri :-
Silinder :-
Epitel : 3-5
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
IVFD RL 12 gtt/menit
Inj. Ceftriakson 1 gr/12 jam
Inj. Metil Prednisolon 125 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 1 Amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 Amp/12 jam
Plan : USG Abdomen
Konsul Sp.PD di ruangan
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad
bonam
Tinjauan Pustaka
Defenisi Sindrom Nefrotik
Sindroma nefrotik merupakan kumpulan
gejala yang terdiri atas:
Edema.
Proteinuria masif (≥ 40 mg/m2/jam atau
proteinuria +3 atau lebih).
Hipoalbuminemia (≤ 2,5 mg).
Hiperkolesterolemia ≥ 200 mg/dl.
Kadang-kadang hipertensi, hematuria,
azotemia.
Epidemiologi
anak-anak (< 16 tahun) : nefropati lesi minimal (75%-85%)
80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat
laki-laki dan wanita 2 : 1
Etiologi:
Kongenita
Primer /
Idiopatik
SN Sekunder
Dasar Diagnosis
SN: edema, hipoproteinemia (kadar protein serum 5,5 g/dl),
hipoalbuminemia (kadar albumin serum 2,5 g/dl), hiperkolesterolemia
(kadar kolesterol serum 200 mg/dl), proteinuri masif (kadar proteinuri
0,05-0,1 g/kgBB/24 jam atau +++ pada pemeriksaan semi kualitatif).
SNI: bila etiologi SN tidak diketahui.
SN kongenital: bila gejala-gejala ditemukan 3 bulan pertama dari
kehidupan.
SN sekunder: bila ditemukan penyebab.
Kortikosteroid responsif: urin bebas protein (<4 mg/jam/m2 LPT) atau
negatif/trace dengan pemeriksaan asam sulfosalisilat 3 hari berturut-turut.
SN resisten steroid: remisi tidak terjadi setelah akhir minggu kedelapan
pengobatan steroid alternating.
Relaps jarang: Proteinuria +2 - +3 muncul kembali (kurang dari 2 kali)
dalam setahun setelah pengobatan steroid dihentikan.
Relaps sering: Proteinuria muncul 2 kali dalam 6 bulan atau 3 kali dalam
setahun setelah pengobatan steroid dihentikan.
Dependen steroid: relaps terjadi pada saat dosis steroid diturunkan atau
dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan, dan hal ini terjadi 2 kali
berturut-turut.
Penatalaksanaan:
a. Sindroma Nefrotik Primer
Dietetik
Diuretika
Antibiotika/antiviral
Imunisasi
Tuberkulostatika
Pengobatan Kortikosteroid
b. Sindroma nefrotik kongenital
• Steroid tidak diberikan.
• Pengobatan konservatif lainnya (dietetik, penanggulangan infeksi,
koreksi hipovolemia).
• ACE inhibitor:
• Transplantasi ginjal
c. Sindroma nefrotik sekunder
Disamping penanganan terhadap sindroma nefrotiknya, perlu pengobatan
terhadap penyakit yang mendasarinya tergantung pada SP masing-
masing dari jenis penyakit yang menimbulkan sindroma nefrotik.
Komplikasi
Tromboemboli, infeksi, hiperlipidemia, hipokalsemia,
hipovolemia, gagal ginjal akut, anemia dan pertumbuhan
abnormal.
Prognosis:
SNKM: 4-5% menjadi gagal ginjal terminal pada pengamatan
selama 20 tahun. GSFS: 25% menjadi gagal ginjal terminal
dalam 5 tahun.
SN primer (SNKM) /kortikosteroid responsif umumnya baik.
Pada kortikosteroid non responsif prognosis kurang baik,
mortalitas pada jenis GSFS 50% 16 tahun setelah diketahui,
pada GNMP 50% 11 tahun setelah diketahui. SN sekunder
tergantung penyakit primer.