Anda di halaman 1dari 141

PENGANTAR

BLOK 39
DERMATOVENEREOLOGY

dr. Made Sudarjana, Sp.KK., M. Biomed., FINSDV


EFLORESENSI
dr. MADE SUDARJANA , Sp.KK., M. BIOMED.FINSDV
EFLORESENSI

 Petunjuk proses patologis lokal kulit dan sistemik


 Kesepakatan internasional

 Prinsip: morfologi, ukuran, susunan, distribusi dan


penyebaran dan juga lokasi predileksi
EFLORESENSI DAPAT BERUBAH

1. Alamiah pada waktu berlangsungnya penyakit.


Biasa terjadi dalam perjalanan proses patologik.

2. Pengaruh luar, misalnya trauma garukan.


pengobatan yang diberikan.
Morfologik penyakit menyimpang dari biasanya
dan sulit dikenali.
EFLORESENSI PENYAKIT KULIT

 Kelainan kulit tampak


 Gambaran khas
 Pemberian nama udah baku, diakui dan di pakai di
seluruh dunia
 Tujuan:
menolong dan menetapkan diagnosis klinik
KELOMPOK LESI BERDASAR
LETAK TERHADAP PERMUKAAN KULIT

SAMA RATA (FLAT) Lebih tinggi Lebih rendah

Makula: Papul Erosi


Hipopimentasi Nodus Ekskoriasi
Hiperpigmentasi Urtikaria Ulkus
Eritema Vesikel Fisura
Telengiektasi Bula Fistel
Purpura Kista Sinus
Stakriks eutropi Skuama Guma
Krusta Sikatris atropi
Vegetasi
Sikatriks hipertropi
CARA PENGELOMPOKKAN LAIN

Efloresensi Efolresensi Eloresensi Kulit Khusus


Primer Sekunder Kanalikuli
Makula Skuama Milia
Papula Krusta Komedo
Nodus Erosi Eksantema
Vesikula Ekskoriasi Purpurik
Bula Ulkus Lesi target
Urtika Rhagade Burrow
Tumor Parut Teleangiektasis
Kista Keloid Vegetasi
Plak Abses Roseola
Abses Likenifikasi
Guma
Hiperpigmentasi
Hipopigmentasi
MAKULA

 Perubahan warna kulit semata-mata


 Umumnya berbatas tegas
 Penyebab:
a. Pigmen kulit (melanin)
b. Vasodilatasi menyebabkan hiperemi
(eritema, kongesti pembuluh darah
c. Ekstravasasi eritrosit: petekiae, ekimosis,
purpura
d. Pelebaran pembuluh darah dan aliran
bertambah serta permanen (talangiektasi)

PATCH ?
PAPULA

 Penonjolan dipermukaan kulit


 Konsistensi padat, batas tegas
 Ukuran <0,5-1 cm
 Bentuk: kerucut (folikuler), kubah, kasar,
bertangkai, umbilikasi, datar, poligonal
 Warna papul: putih, serupa tembaga. Kekuningan

PLAK ?
?
PLAK

 Infiltrat padat, batas tegas, datar, ukuran lebih dari 1


cm
NODUS

 Penonjolan infiltrat kulit lebih besar dari papul (>


0,5 cm) infitrat bisa terletak di epidermis atau
subkutan
 Contoh: ENL, nodus pada penderita TBC
NODUS/ ABSES
URTIKA

 Edema setempat yang muncul


mendadak dan hilang perlahan-lahan
 Proses: edema akibat vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas
 Klinis: edem batas tegas disertai
kemerahan disekitarnya, pucat bagian
tengah, kadang ada pseudopodi,
dermografisme
VESIKEL

 Gelembung di permukaan kulit


berisi cairan serosa, batas tegas, punya atap dan
dasar
 Ukuran < 0,5 cm
 Jenis vesikel tergantung ketebalan dinding. Ada
yang letaknya di epidermis, sub epidermis, sub
corneal
 Isi cairan : serosa, pus, vesikel
 Atap : umbilikasi
BULA

 Vesikel berukuran lebih besar dari 0,5 cm


 Isi: bula purulen, bula hemorhagik, bula hipopion,
bula multilokuler
PUSTULA
KISTA

 Rongga yang terbentuk kemudian (bukan rongga


alami)
 Mempunyai kapsul
 Letak bisa di epidermis, dermis, subkutis
 Sumber pembentukan:
duktus kelenjar, pembuluh darah,
dinding: epitel atau endotel
Konsistensi : kenyal/keras, fluktuasi, radang ?
Isi : cairan kental, setengah padat
Contoh: kista epidermal, kista dermal
SKUAMA

 Stratum korneum terlepas


primer/ sekunder

 Bentuk skuama
a. skuama kasar: psoriasis, eritroderma, iktiosis
b. skuama halus : pitiriasis versikolor / rosea
c. skuama kolaret (sisa atap vesikel atau bula
yang pecah
d. skuama tersusun mirip genting: tinea
imbrikata atau iktiosis lamelaris
KRUSTA

 Cairan tubu diatas permukaan kulit yang mengering


 Warna mencerminkan asal cairan
kuning, hitam, kuning kehijauan, kekuningan
berminyak mirip mentega (greasy), cradle cap
KRUSTA
VEGETASI

 Erupsi kulit yang tumbuh ke permukaan


 Asal: bisa dari permukaan kulit atau dari
ulkus
 Bentuk: menyerupai papil….papilomatosa

meruncing………………veruciformis
kasar seperti parutan..verukosa
EROSI

 Kehilangan jaringan tak


melebihi stratum basalis.
 Secara klinis tampak terlihat
serum
 Penyebab: trauma, luka
laserasi, vesikel/ bula yang
pecah
EKSKORIASI

 Kehilangan jaringan sampai stratum papilare di


dermis
 Secara klinis: ada bintik perdarahan di kulit
ULKUS

 Kehilangan jaringan yang


melebihi stratum papilare
 Berbentuk mirip cawan, punya
tepi, dinding, plong (ulkus
tropik)
 Kulit sekitar: tenang, tanda
inflamasi akut atau kronis
kronis
 Tepi ulkus: datar, meninggi
 Dinding: bergaung: ulkus
malnutrisi, ulkus mole,
tuberkulosis
FISURA

 Kontinuitas kulit hilang


sehingga kulit terbelah tanpa
kehilangan jaringan
 Bentuk biasanya linear
 Penyebab trauma tajam,
kekeringan kulit. peregangan
kulit dan pecah
 Lokasi sering pada sudut bibir,
telapak kaki, sela jari kaki
SIKATRIKS

 Jaringan parut dengan


permukaan licin, halus, berkilat
dan tidak berambut
 Bentuk ada yang atropik,
eutropik dan hipertropik
 Hipertropik: jaringan sikatrik
tumbuh kesamping dan keatas
melebihi ukuran awal luka.
 Keloid: tumbuh sangat
berlebihan
SKLEROSIS

 Pengerasan kulit dan jaringan dibawahnya


 Biasanya difus
LIKENIFIKASI

 Penebalan kulitdisertai
relief kulit yang makin
jelas
 Contoh: LSK di tengkuk
dan dipergelangan
dorsum pedis
ENANTEM DAN EXANTEMA

 Lesi dimukosa atau kulit yang timbul serentak dalam


waktu yang singkat
 Contoh: enantem di palatum durum (sifilis stadium
II), exantema pada varisela, morbili, erupsi obat
UKURAN

 MILIAR = jarum pentul


 LENTIKULAR = biji kagung
 GUTATA = tetesan air
 NUMULAR = uang koin/ logam (500-1000)
 PLAKAT = telapak tangan dewasa

Plak>numular>gutata>numular>plakat
SUSUNAN/ KONFIGURASI

7. KORIMBIFORMIS
1. LINIER

2. SIRSINER 8.HERPETIFORMIS

3. ARSINER 9. MONOMORF

4. POLISIKLIK 10. POLIMORF

5. IRISFORMIS 11. MULTIPLE

12. SOLITER
6. KONFLUENS
SUSUNAN/KONFIGURASI

1. LINIER : lesi yang tersusun lurus mirip garis


(dermografisme, stratch march)

2. SIRSINER : lesi tersusun bundar mirip cincin

3. ARSINER : lesi bebentuk setengah lingkaran atau


mirip busur panah

4. POLISIKLIK : beberapa lesi kulit arsiner bergabung

5. IRISIFORMIS : menyerupai iris mata


SUSUNAN/KONFIGURASI
6. Konfluens: dua atau beberapa lesi menyatu

7. Korimbiformis: lesi seperti seekor induk ayam dikelilingi anak


anaknya

8. Herpetiformis: beberapa lesi berkumpul disatu tempat


menyerupai lesi herpes

9. Monomorf: kelainan kulit terdiri dari satu jenis morfologi

10. Polimorf : kelainan kulit terdiri dari bermacam morfologi


(lebih dari dua: contoh, terlihat eritema, vesikel, erosi, krusta.

11. Soliter: hanya ada satu lesi


DISTRIBUSI ATAU SEBARAN

 REGIONAL=lesi hanya ditemukan disatu tempat

 UNIVERSALIS= lesi tersebardi seluruh tubuh (90-


100%)
 GENERALISATA= lesi tersebar disetiap bagian tubuh
(umum melebihi 50-90% luas permukaan tubuh)

 BILATERAL= lesi tersebar di kedua belahan tubuh.


Tidak perlu persis baik letak maupun ukurannya

 SIMETRIS:= lesi tersebar di kedua belahan badan


letak , bentuk dan besar persis sama
DISTRIBUSI ATAU SEBARAN

 UNILATERAL: lesi hanya ditemukan di datu sisi


badan
 DISEMINATA: Perjalanan dari satu lesi ke bagian
lainnya
 FAGADENIK: perjalanan meluas ke dalam dan ke
samping dari satu lesi awal
 DISKRET: lesi tersebar satu persatu ada di mana-
mana
 SERPIGINOSA: Perjalanan lesi ke satu arah, diikuti
penyembuhan disisi yang ditinggalkan
SISTEMATIKA

 Lokasi lesi
 Morfologi/ efloresensi
 Warna dan batas lesi
 Ukuran
 Susunan/ bentuk masing masing lesi
 Penyebaran/ distribusi
TERIMAKASIH
SOAL PRAKTIKUM
2
3
4
5
5
6
7
7
8
9
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
BLOK INTEGUMEN
KASUS 1

Anda mungkin juga menyukai