Anda di halaman 1dari 12

Reaksi

Hipersensitivitas

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Dra Refdanita, M.Si

Yul Romaito Silalahi


18334726
Reaksi Hipersensitivitas
Reaksi Hipersensitivitas adalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan
karena terlalu senisitifnya respon imun (merusak, menghasilkan
1 ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan
oleh sistem imun.

3 Tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau


2 4
bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-
bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
2
Klasifikasi Hipersensitivitas
1. Tipe I ( reaksi anafilaktik )
2. Tipe II ( reaksi sitotoksik )
3. Tipe III ( reaksi kompleks imun )
4. Tipe IV ( reaksi tipe lambat )
TIPE I
Reaksi Anafilaktik

Reaksi ini berhubungan dengan


01 kulit, mata, nasofaring, jaringan 02 Waktu reaksi berkisar antara 15-30
bronkopulmonari, dan saluran menit setelah terpapar antigen.
gastrointestinal

03 Hipersensitivitas tipe I
diperantarai oleh imunoglobulin
04 Komponen seluler utama pada reaksi
ini adalah mastosit atau basofil.
E (IgE).
TIPE I
Reaksi Anafilaktik

05 Peningkatan kadar IgE merupakan salah satu penanda terjadinya


alergi akibat hipersensitivitas pada bagian yang dianggap sebagai alergen.

06 Pengobatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi hipersensitivitas tipe I


adalah menggunakan anti-histamin
TIPE II
Reaksi Sitotoksik

Hipersensitivitas tipe II
01 diakibatkan oleh antibodi berupa 02 Kerusakan akan terbatas atau spesifik
pada sel atau jaringan yang langsung
imunoglobulin G (IgG) dan
berhubungan dengan antigen tersebut.
imunoglobulin E (IgE).

Antibodi yang langsung Hipersensitivitas dapat melibatkan


03 berinteraksi dengan antigen
permukaan sel akan bersifat
04 reaksi komplemen (atau reaksi silang)
yang berikatan dengan antibodi sel
patogenik dan menimbulkan sehingga dapat pula menimbulkan
kerusakan pada target sel. kerusakan jaringan.
TIPE III
Reaksi Kompleks Imun

• Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun.


• Hal ini disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang
kecil dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya
inflamasi atau peradangan.
• Pada kondisi normal, kompleks antigen-antibodi yang diproduksi dalam
jumlah besar dan seimbang akan dibersihkan dengan adanya fagosit.
• Namun, kadang-kadang, kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau
antigen yang persisten akan membuat tubuh secara otomatis memproduksi
antibodi terhadap senyawa asing tersebut sehingga terjadi pengendapan
kompleks antigen-antibodi secara terus-menerus.
Tanda dan Gejala

TIPE I TIPE II TIPE III TIPE IV

Reaksi tipe III


Reaksi tipe II
Urtikaria, angioedema,
Reaksi tipe I umumnya berupa Manifestasi klinis
eritema, dll.
dapat kelainan darah, hipersensitivitas tipe
Gejala sering disertai
terjadi sebagai seperti anemia IV, dapat berupa
pruritis, Demam
suatu gangguan hemolitik, trombosito reaksi paru akut
Kelainan sendi,
sistemik penia, seperti demam, sesak,
artralgia dan efusi sendi
atau reaksi lokal eosinofilia dan granul batuk dan efusi pleura
dan Limfadenopati
ositopenia.
TIPE IV
Reaksi Tipe Lambat

Hipersensitivitas tipe IV  Waktu cukup lama


dikenal sebagai hipersensitivitas dibutuhkan dalam reaksi ini
yang diperantarai sel atau tipe untuk aktivasi dan
lambat (delayed-type). diferensiasi sel T, sekresi
 Reaksi ini terjadi karena sitokin dan kemokin, serta
aktivitas perusakan jaringan akumulasi makrofag dan
oleh sel T dan makrofag. leukosit lain pada daerah
yang terkena paparan
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Apakah ada kemerahan, bentol-
bentol dan terdapat gejala adanya
urtikaria, angioderma pruritus
dan pembengkakan pada bibir
A Auskultasi
Mendengarkan suara napas,
Palpasi
Ada nyeri dan kemerahan B D bunyi jantung, bunyi
usus( karena pada oarng yang
menderita alergi bunyi usunya
C cencerung lebih meningkat)

Perkusi
Mengetahui apakah diperut
terdapat udara atau cairan
Penanganan atau Terapi
1. Menghindari Allergen
2. Terapi Farmakologis, seperti adrenergik,
antihistmin, kromolin sodium, dan kortikosteroid
3. Imunoterapi
4. Profilaksis
Thank you

Anda mungkin juga menyukai